BPPT Pantau Langsung Tsunami untuk Pertama Kali

- Editor

Kamis, 17 Maret 2011

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Dampak gempa Sanriku pada 11 Maret 2011 di pantai timur Jepang menjadi momentum pemantauan seketika tsunami oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. Kemampuan tersebut diharap berkesinambungan karena penting untuk menunjang sistem peringatan dini tsunami di Tanah Air untuk masa-masa mendatang.

Hasil pemantauan diperoleh dari empat buoy DART (Deep Ocean Assessment Realtime Tsunami) milik Amerika Serikat. Dari keempat buoy, antara lain Buoy DART #52402 yang berjarak 1.100 kilometer timur episentrum gempa yang telah diberi nama Sanriku 11 Maret 2011. Informasi juga diperoleh dari Buoy DART #52403 yang ditempatkan 900 km utara Jayapura.

”Hasil pemantauan tsunami seketika (real time) ini diteruskan ke Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sehingga bisa untuk peringatan dini adanya tsunami yang akan menimpa wilayah timur Indonesia,” kata Kepala Program Operasi Ina Buoy Tsunami Early Warning System (TEWS) BPPT Wahyu Pandoe dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (16/3).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Narasumber lain hadir dalam konferensi pers dengan tema ”Analisis Gempa Jepang dan Mitigasi Bencana di Indonesia”. Mereka adalah Deputi Kepala Bidang Teknologi Pengembangan Sumber Daya Alam BPPT Ridwan Djamaluddin, Perekayasa Bidang Teknologi Sumber Daya Lahan, Wilayah, dan Mitigasi Bencana BPPT Mulyo Harris Pradono, serta Perekayasa Bidang Deformasi Kebumian, Pusat Teknologi Inventarisasi Sumber Daya Alam BPPT Agustan.

Agustan memaparkan, tsunami masuk wilayah Indonesia kurang dari enam jam. Wahyu mengakui, adanya pencabutan peringatan dini tsunami oleh BMKG pada pukul 21.00 tidak disusul pembenahan peringatan dini berikutnya, hingga datangnya tsunami kedua di Jayapura saat tengah malam.

”Ada gelombang tsunami kedua berselang sekitar empat jam dari sebelumnya di Jayapura yang kekuatannya hampir sama dengan gelombang pertama. Biasanya tsunami besar hanya terjadi pertama kali,” kata Wahyu.

Sementara itu, Mulyo memaparkan, kesiapsiagaan Jepang memang harus diakui dalam menghadapi risiko gempa.

”Gempa di Aceh atau Padang sempat menghancurkan konstruksi bangunan bertingkat, tetapi di Jepang hanya berdampak pada robohnya atap plafon,” ujar Mulyo. (NAW)

Sumber: Kompas, 17 Maret 2011

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Seberapa Penting Penghargaan Nobel?
Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024
Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI
Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin
Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Berita ini 2 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:50 WIB

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:46 WIB

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:41 WIB

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:31 WIB

Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:22 WIB

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB