Platform informasi kebencanaan PetaBencana.id yang digagas Badan Nasional Penanggulangan Bencana memenangi penghargaan Sektor Publik dari Perserikatan Bangsa-Bangsa atau United Nations Public Sector Award (UNPSA) 2019. Aplikasi itu memungkinkan masyarakat aktif melaporkan kondisi banjir di wilayahnya.
PetaBencana.id itu menjadi pemenang untuk kategori Memastikan Pendekatan Terintegrasi di Lembaga Publik. ”Penghargaan ini amat membanggakan. Di tengah situasi politik saat ini, BNPB telah membawa nama baik Indonesia dengan penghargaan dari PBB,” kata Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo, yang saat dihubungi berada di Den Haag, Belanda, Selasa (21/5/2019).
KOMPAS/VIDELIS JEMALI–Salah satu anggota Forum Pengurangan Risiko Bencana mengikat anakan bakau yang sudah ditanam pada bilah bambu di titik pasang-surut Teluk Palu di Kelurahan Talise, Kecamatan Mantikulore, Kota Palu, Sulawesi Tengah, Minggu (19/5/2019). Penanaman mangrove tersebut merupakan bagian dari inisiatif melindungi kawasan pesisir yang dihantam tsunami delapan bulan lalu. Langkah itu juga merupakan bentuk perlawanan terhadap rencana pemerintah membangun tanggul laut di Teluk Palu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
”Ini harus menjadi pendorong bekerja lebih keras lagi, terutama untuk mengurangi risiko dan dampak bencana. Seperti kita ketahui bersama, Indonesia memiliki hampir semua jenis bencana,” kata Doni.
Sebelumnya, tahun 2016, PetaBencana.id mendapatkan penghargaan dari Geospatial Asia sebagai platform bencana open source yang melibatkan partisipasi warga melalui media sosial. Melalui aplikasi ini, warga bisa aktif melaporkan keadaan banjir di wilayahnya.
Partisipasi warga amat penting dalam pengurangan risiko bencana. Saat ini keterlibatan publik untuk melaporkan bencana sudah amat tinggi agar data dan frekuensi bencana kian cepat terinfokan dan tertangani. ”Keterlibatan publik diharapkan makin besar ke depan, bukan hanya melaporkan, melainkan juga mengurangi risiko bencana,” kata Doni.
Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, ”Saat banjir Jakarta pada awal 2016, kami pakai aplikasi ini. Ribuan penduduk melaporkan kejadian banjir di Jakarta secara cepat sehingga sebaran banjir, dampak, dan petanya langsung tersusun secara otomatis.”
Selain didukung Massachusetts Institute of Technology Urban Risk Lab, platform itu didukung Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta dan Badan untuk Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID).
Pada awalnya, platform dikembangkan untuk memetakan bencana banjir di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Tangerang Selatan, dan Bekasi, serta Kota Bandung dan Surabaya. ”Saat ini, kami mengembangkan untuk bencana lain, seperti gempa, kebakaran hutan dan lahan, longsor, serta tsunami,” katanya.
Berbagi informasi
Menurut Sutopo, PetaBencana.id tak hanya mengumpulkan laporan crowdsourcing dari media digital, tetapi juga informasi infrastruktur bencana. Data dari laporan warga ditampilkan di peta berupa tinggi muka air di pintu air dan lokasi pompa terdekat sebagai gambaran menyeluruh situasi banjir.
Dengan berbagi informasi ini, warga diharapkan menolong satu sama lain untuk mengambil keputusan. Warga juga bisa membantu instansi berwenang menangani bencana, termasuk BNPB dan BPBD.
Tantangan ke depan, tiap daerah harus mempunyai strategi mitigasi bencana dan menguatkan kapasitas kelembagaan serta sumber daya manusia. ”Daerah mesti meningkatkan anggaran prabencana dan tanggap darurat agar tidak bergantung kepada pusat,” kata Doni.
Oleh AHMAD ARIF
Sumber: Kompas, 22 Mei 2019