Pemantauan cuaca dan iklim akan diotomatisasi untuk mempercepat analisis dan prediksi serta layanan informasi bagi publik. Otomatisasi mengacu pada standar dunia yang ditetapkan Organisasi Meteorologi Dunia.
“Hal sama diterapkan untuk navigasi udara di bandara sesuai ketentuan Organisasi Aviasi Sipil Internasional,” kata Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Andi Eka Sakya dalam Rapat Koordinasi Nasional BMKG, Selasa (26/4), di Jakarta. Rakornas dihadiri Menteri Perhubungan Ignasius Jonan.
Otomatisasi peralatan bertujuan meningkatkan kapasitas BMKG sebagai anggota Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) sehingga dapat menghasilkan data pemantauan dan analisis yang benar, andal, dan tepercaya. Dengan peralatan otomatis dan terstandar, data cuaca dan iklim bisa dihimpun cepat dan dipertukarkan serta diakses melalui jaringan berbasis web dengan sejumlah negara.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Untuk program otomatisasi peralatan hingga tahun 2017 disediakan dana Rp 560 miliar untuk penyediaan peralatan. Berbagai peralatan pemantau otomatis akan didatangkan dari Jerman, Finlandia, Perancis, Amerika Serikat, dan Jepang.
Peralatan otomatis menggantikan sistem manual. Selama ini, data dari alat pengukur di lapangan harus didatangi pengamat setiap jam. Alat itu mengukur suhu, tekanan dan kelembaban udara, kecepatan dan arah angin, penguapan, serta radiasi.
“Seiring pemasangan sensor dan sistem telemetri, data dapat langsung dikirim ke pusat pemantau setiap 10 menit,” kata Deputi Bidang Instrumentasi Kalibrasi Rekayasa dan Jaringan Komunikasi BMKG Untung Merdiyanto.
Nantinya, tenaga pengamat cuaca akan dididik sebagai analisis, melakukan kalibrasi, dan pemeliharaan alat. “Mereka yang berpendidikan D-1 hingga D-3 akan dididik di strata D-4 dan sarjana,” kata Untung.
Dalam otomatisasi peralatan pemantau cuaca dan iklim secara umum telah dilakukan fase pra-operasional untuk menerapkan Sistem Observasi Global Terintegrasi yang dicanangkan WMO pada 2040.
Dalam sambutannya, Jonan mengharapkan BMKG melengkapi peralatan pemantau cuaca di bandara-bandara perintis. Di Papua, umumnya bandara perintis belum dilengkapi fasilitas tersebut. Dengan sistem otomatis, pemantauan cuaca dapat dilakukan di daerah terpencil dengan lebih baik, tanpa melibatkan tenaga operator. (YUN)
————–
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 28 April 2016, di halaman 14 dengan judul “BMKG Otomatisasikan Pemantauan”.