Taksonomi atau pengelompokan dan penamaan spesies biota alam yang dilakukan berdasarkan ciri-ciri fisik kini mulai ditinggalkan. Sebagai gantinya, di Indonesia saat ini mulai dirintis penerapan metode taksonomi menggunakan teknik DNA lingkungan atau environmental DNA.
Demikian disampaikan Kepala Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Dirhamsyah pada pembukaan Pelatihan Taksonomi Molekuler di Bidang Kelautan Berdasarkan pada Barcoding dan Meta-barcoding DNA. Pelatihan diadakan LIPI bekerja sama dengan Regional Training and Research Center on Marine Biodiversity and Ecosystem Health. Pelatihan yang diadakan hingga 6 Oktober 2017 itu diikuti 21 peserta dari sembilan negara, termasuk Indonesia.
Pelatihan di bidang taksonomi molekuler dan genetika, ujar Dirhamsyah, bertujuan meningkatkan pemahaman dan pengenalan beragam spesies di laut serta asal usulnya di lingkup Indonesia dan Asia. “Di dunia penggunaan teknologi biologi molekuler dan genetika ini dapat meningkatkan kecepatan penemuan biota laut baru. Untuk jenis ikan saja, dengan teknik ini ditemukan sekitar 150 spesies baru per tahun,” katanya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Metode ini penting untuk dikuasai para peneliti di Indonesia mengingat Indonesia menjadi salah satu pusat riset dan pelatihan regional di bidang kelautan, terutama yang berkaitan dengan Marine Biodiversity and Ecosystem Health.
Indonesia yang memiliki keragaman hayati paling kaya di dunia juga berkepentingan melakukan program jangka panjang antara lain untuk memantau kesehatan ekosistem kelautan, khususnya terumbu karang. Hal ini terkait Program Pengelolaan dan Rehabilitasi Terumbu Karang yang dimulai 1998.
Menurut Dirhamsyah, pelatihan ini diharapkan dapat mendukung rencana dan strategi pengelolaan lingkungan kelautan, termasuk untuk konservasi spesies dan takson tertentu. Selain itu, pelatihan ini juga untuk mengetahui status ilmiah struktur jaring makanan dan komunitas biota laut di berbagai ekosistem, termasuk di laut dalam.
Pembacaan kode gen
Hagi Yulia Sugeha, Kepala Laboratorium Genetika Molekuler Kelautan LIPI, menjelaskan, metode DNA lingkungan ini dilakukan dengan menggunakan serangkaian instrumen digital untuk melakukan analisis barcoding dan metabarcoding, yaitu teknik “pembacaan” kode gen organisme.
Teknik ini sejak tiga tahun lalu mulai diterapkan di Pusat Penelitian Oseanografi LIPI untuk memahami status keragaman hayati organisme laut di ekosistem perairan. Sementara untuk organisme darat, teknik ini sudah diterapkan sejak 2008. Studi barcoding DNA ini membantu memvalidasi penelitian taksonomi yang berbasis morfologi.
Hagi menambahkan, teknik baru ini memungkinkan pengumpulan materi genetika di kolom air dari berbagai ekosistem laut, termasuk laut dalam. Studi kode DNA tunggal untuk mengidentifikasi spesies dilakukan berdasarkan bahan genetika yang dikumpulkan dari spesimen individu.
Sementara studi metabarcoding memungkinkan untuk mengidentifikasi beberapa spesies di ekosistem tertentu berdasarkan limbah metabolik, jaringan yang rusak, atau sel kulit yang tergenang.
“Kedua teknik ini dapat memvalidasi dan melengkapi status keragaman hayati di laut tropis,” lanjut Dirhamsyah. Pelatihan akan dilakukan untuk mengidentifikasi organisme di laut tropis yang meliputi vertebrata laut (termasuk ikan dan burung) dan invertebrata laut (kerang). Selain itu, juga diteliti plankton, bakteri dan virus, serta tanaman laut, yaitu alga dan rumput laut.(YUN)
—————-
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 26 September 2017, di halaman 14 dengan judul “Taksonomi Molekuler Digalakkan”.