Besok, Puncak Hujan Meteor Orionid

- Editor

Senin, 20 Oktober 2014

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Pada perjalanan mengelilingi Matahari, Bumi melintasi bekas aliran Komet Halley setiap pertengahan hingga akhir Oktober. Di daerah itu banyak debu sisa komet yang terbakar saat bersinggungan dengan atmosfer Bumi hingga menimbulkan hujan meteor.

Oleh karena hujan meteor itu seolah-olah memancar dari rasi Orion, peristiwa itu disebut hujan meteor Orionid. Puncaknya terjadi pada Selasa (21/10) dini hari. ”Diperkirakan 20 meteor terlihat setiap jamnya,” kata Kepala Kantor Lingkungan Meteoroid Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) Bill Cooke, akhir pekan lalu.

Potensi melihat hujan meteor Orionid tahun ini cukup besar mengingat Bulan sedang memasuki fase Bulan tua sehingga cahayanya takkan terlalu mengganggu pengamatan. Di Jakarta, Bulan akan terbit pukul 03.25. Selain itu, sebagian besar wilayah Indonesia sedang pada puncak musim kemarau sehingga potensi gangguan keberadaan awan juga kecil.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Manajer Program Obyek Dekat Bumi NASA Don Yeomans menambahkan, ukuran debu yang kecil seukuran pasir akan membuat sebagian besar meteoroid itu habis terbakar di atmosfer bagian atas, tidak sampai jatuh ke permukaan Bumi. Meteor itu memasuki atmosfer Bumi dengan kecepatan 66 kilometer per detik.

Hujan meteor ini bisa disaksikan di seluruh belahan Bumi. Waktu pengamatan terbaik adalah dini hari, setelah lewat tengah malam hingga menjelang fajar.

Untuk mengamati, hanya perlu pergi ke daerah yang jauh dari cahaya kota. Selanjutnya, untuk pengamatan di Indonesia, arahkan pandangan ke timur, yakni ke arah rasi Orion atau Lintang Luku.

”Hujan meteor Orionid bukanlah hujan meteor terbesar, tetapi termasuk salah satu yang terindah,” kata Cooke. (NASA/UNIVERSTODAY/MZW)

Sumber: Kompas, 20 Oktober 2014

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Seberapa Penting Penghargaan Nobel?
Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024
Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI
Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin
Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Berita ini 21 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:50 WIB

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:46 WIB

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:41 WIB

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:31 WIB

Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:22 WIB

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB