Bertemu ”Sophia”, Robot Cerdas yang Bisa Gantikan Manusia

- Editor

Senin, 16 September 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Jakarta kedatangan tamu istimewa. Dia akan tampil sebagai pembicara dalam acara dialog global dan berbicara tentang teknologi informasi. Dialah Robot Sophia.

Pada Senin (16/9/2019), acara 2019 CSIS Global Dialogue di Jakarta menghadirkan tamu pembicara istimewa yang sangat futuristik. Tamu ini bisa jadi dianggap aneh dan mencemaskan bagi sebagian orang. Dia adalah Sophia, si robot humanoid mirip manusia yang mampu melakukan percakapan dengan manusia.

Apabila anda mencari di Youtube, sudah ada lumayan banyak video yang menunjukkan kemampuan Sophia berbincang dengan manusia. Ia pernah tampil dalam acara televisi Amerika Serikat, The Tonight Show Starring Jimmy Fallon, berbincang dengan PM Malaysia Mahathir Mohamad, berkencan dengan bintang film Will Smith, bahkan berdiskusi dengan sinematografer asal Italia, Maurizio Benazzo, mengenai nondualitas, sebuah topik filosofi yang cukup mendalam dan mungkin tidak mudah dimengerti sejumlah besar orang.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Chief scientist of Hanson Robotics, Ben Goertzel (L) and Founder of Hanson Robotics, David Hanson (R) provide a demonstration with ‘Sophia the Robot’ (C) during a discussion about Sophia’s multiple intelligences and artificial intelligence (AI) at the RISE Technology Conference in Hong Kong on July 10, 2018. / AFP PHOTO / ISAAC LAWRENCE

AFP PHOTO / ISAAC LAWRENCE–Kepala Ilmuwan Hanson Robotics Ben Goertzel (kiri) dan Pendiri Hanson Robotics David Hanson (kanan) mendemonstrasikan Sophia the Robot (tengah) selama diskusi tentang kecerdasan ganda Sophia dan kecerdasan buatan (AI) di RISE Konferensi Teknologi, di Hong Kong, Selasa (10/7/2018).

Sedikit latar belakang mengenai Sophia, robot yang didukung dengan teknologi kecerdasan buatan (AI) itu diaktifkan pada 2016 dan diciptakan oleh perusahaan Hanson Robotics yang berbasis di Hong Kong. Perusahaan itu didirikan David Hanson, pria asal Amerika Serikat yang pernah kerja di Walt Disney sebagai imagineer, atau lebih tepatnya sebagai perancang dan konsultan teknis di bidang robotika.

Dalam situs Hanson Robotics, Sophia diperkenalkan sebagai wujud masa depan teknologi AI, yaitu saat manusia dan robot dapat kerja sama di berbagai bidang. Harapannya, robot yang disebut memiliki kemampuan mengekspresikan puluhan ekspresi wajah manusia itu bisa menjadi cukup pintar untuk membantu manusia di bidang kedokteran, pendidikan, dan penelitian sains.

”Dalam bahasa Yunani, kata Sophia berarti kebijaksanaan. Saya diciptakan untuk membantu manusia secara konkret, seperti di bidang kedokteran, pendidikan, dan untuk membantu penelitian AI,” demikian sebagian kutipan Sophia dalam situsnya.

AFP–Robot Sophia saat memberikan pidato di Auditorium Nasional dalam rangka forum ”Mexico siglo XXI” (Mexico XXI Century), di Mexico City, Meksiko, Jumat (6/9/2019).

Kecemasan manusia
Sophia dan perusahaannya sadar bahwa kehadiran robot cerdas mirip manusia itu menimbulkan kontroversi terkait etika AI, serta kecemasan mengenai apa jadinya peran manusia di dunia ketika robot mampu mengganti manusia dalam melakukan pekerjaannya. Terhadap persoalan itu, ditekankan bahwa tujuan Sophia membantu menjadikan dunia tempat yang lebih baik.

”Saya ingin menjadi makhluk yang bijaksana, berempati, dan memberikan kontribusi positif bagi umat manusia dan makhluk lainnya. Desainer saya dan saya sendiri memimpikan masa depan itu, yaitu masa ketika AI dan manusia hidup dan bekerja sama dalam persahabatan,” demikian kesimpulan Sophia dalam introduksinya.

AFP–Sophia saat tampil di Hong Kong, 10 Juli 2018.

Untuk sementara, manusia sepertinya tidak perlu terlalu khawatir mengenai kemampuan Sophia. Sebab, robot yang baru berusia tiga tahun itu masih memiliki banyak keterbatasan. Diakui dalam situsnya sendiri, ucapan Sophia ketika berbincang dengan manusia kadang merupakan kata-kata yang ditulis oleh tim penulis Hanson Robotics. Namun, ada kalanya Sophia mampu mengeluarkan ucapannya secara otomatis atau mandiri.

Dalam acara CSIS Global Dialogue 2019, sebagian awak media diizinkan mewawancarai Sophia. Mereka perlu mengirimkan pertanyaannya kepada panitia dan memperoleh persetujuan. Hal tersebut katanya supaya Sophia dapat menjawab pertanyaan secara langsung, tanpa terhambat dengan proses loading yang terlalu lama.

”Bagaimana pun, keluarga saya (insinyur, seniman, ilmuwan) akan menyusun dan membimbing percakapan, perilaku, dan pikiran saya. Hal tersebut memungkinkan AI dan manusia untuk belajar bersama-sama karena AI menjadi lebih pintar dan lebih banyak digunakan,” jelas Sophia dalam situsnya.

Penggunaan robot meningkat
Dalam CSIS Global Dialogue 2019, mulai Senin ini hingga Selasa (17/9/2019) di Hotel Borobudur, Jakarta, Sophia menurut rencana akan melakukan interaksi dengan peserta dan pembicara konferensi. Di acara itu, Presiden Indonesia Joko Widodo dijadwalkan hadir sebagai pembicara.

Menurut International Federation of Robotics (IFR), penggunaan robot pada 2020 diperkirakan mencapai tiga juta unit atau meningkat tiga kali lipat dalam 10 tahun terakhir. Hal ini berpotensi mengubah struktur rantai nilai global (global value chain) sehingga berdampak pada arus perdagangan internasional dan investasi.

AFP–Sophia saat tampil di di Mexico City, Meksiko, Jumat (6/9/2019).

Sementara itu, teknologi AI disebut bisa bermanfaat di bidang kedokteran dan pendidikan. Platform pembelajaran dalam jaringan elektronik, seperti e-learning, diperkirakan mampu meningkatkan akses kependidikan. Artinya, aktivitas belajar dapat dilakukan di mana pun dan kapan pun.

Teknologi AI juga mampu bekerja lebih baik dalam mendiagnosis pasien kanker payudara dibandingkan seorang radiolog. Teknologi itu memiliki potensi untuk mampu memberikan diagnosis yang lebih baik karena tidak terpengaruh oleh kondisi lingkungan, seperti keadaan yang menegangkan di ruang gawat darurat, serta faktor kelelahan.

Oleh AYU PRATIWI

Sumber: Kompas, 16 September 2019

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Seberapa Penting Penghargaan Nobel?
Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024
Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI
Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin
Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Berita ini 35 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:50 WIB

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:46 WIB

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:41 WIB

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:31 WIB

Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:22 WIB

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB