Berpikir Tingkat Tinggi Tidak Tergantung pada Teknologi

- Editor

Senin, 26 November 2018

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Cara berpikir tingkat tinggi tetap bisa hadir di wilayah yang belum terjamah teknologi. Kuncinya dengan mewujudkan pendidikan yang kaya akan pengamatan, pemahaman, dan penerapan.

Teknologi merupakan bagian penting kemajuan pendidikan tetapi bukan merupakan hal yang mutlak. Kemampuan segenap lingkungan sekolah menciptakan suasana pembelajaran yang bersifat langsung dirasakan dan diterapkan jauh lebih memengaruhi peningkatan kompetensi siswa.

“Kalau hanya mengandalkan teknologi, akan selalu ada wilayah yang perkembangannya lebih lambat daripada kota-kota besar. Tidak adil kalau pendidikan dinilai cuma dari ketersediaan teknologi,” kata pakar pendidikan dari Universiti Teknologi Mara Malaysia, Airil Haimi Mohd Adnan ketika berbicara di hadapan para peserta Temu Ilmiah Nasional Guru X di Universitas Terbuka, Tangerang Selatan, Banten pada hari Minggu (25/11/2018).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

KOMPAS/LARASWATI ARIADNE ANWAR–Pakar Pendidikan dari Universiti Teknologi Mara Malaysia, Airil Haimi Mohd Adnan (paling kanan) menjelaskan tentang skema pembelajaran berdasarkan kemampuan berpikir tingkat tinggi.

Ia mengatakan, pendidikan yang bermutu dan mengedepankan cara berpikir tingkat tinggi tetap bisa hadir di wilayah yang belum terjamah teknologi seperti di wilayah terdepan, terluar, dan tertinggal. Kuncinya adalah wujud pendidikan yang kaya akan pengamatan, pemahaman, dan penerapan.

Tanpa adanya gawai seperti telepon pintar, siswa tetap bisa mendapatkan informasi. Keterbatasan bahan bacaan bisa diatasi dengan memperbanyak diskusi, analisa, dan refleksi. Hal ini kemudian dilanjutkan dengan siswa diberi tugas menerapkan ilmu yang ia pelajari dan mendokumentasikannya dalam tulisan.

“Namun, guru tidak bisa bekerja sendirian. Orangtua sebagai pendidik utama tetap harus dilibatkan,” tutur Airil.

Ia mencontohkan, di Malaysia, orangtua siswa secara berkala dikumpulkan di sekolah untuk diberi pembekalan mengenai cara menerapkan pembelajaran berbasis pemikiran tingkat tinggi di rumah. Hanya dengan pendekatan ini pendidikan bisa berlangsung utuh.

Gerakan bersama
Associate Professor National University of Tainan, Taiwan, Meg Lu menjelaskan, apabila sudah ada teknologi, harus ada gerakan bersama untuk mengajar segenap masyarakat cara memanfaatkan teknologi dengan benar. Berbagai bahan ajar dan metode pembelajaran yang bermutu bisa diunggah dan diakses tanpa batas dengan adanya teknologi.

Lu mengungkapkan, teknologi hendaknya juga bisa menambah angka partisipasi pendidikan dan memberi kesetaraan di masyarakat. Di Taiwan, berkat teknologi yang mudah diakses, jumlah peminat jurusan sains, teknologi, keinsinyuran, dan matematika bertambah drastis. Termasuk di kalangan perempuan. Semakin terdidiknya kaum perempuan menciptakan masyarakat yang adil, setara, dan berkemajuan.

Peserta TING X juga mendengarkan pemaparan para dosen UT terkait peningkatan mutu pembelajaran. Dosen Pendidikan Matematika dari Unit Pembelajaran Jarak Jauh DI Yogyakarta Tukimin Pramono mengungkapkan, guru cenderung kaku dalam menafsirkan dan menerapkan kurikulum. Hal ini tampak dari penelitiannya di 30 TK, SD, dan SMP di Yogyakarta dan wilayah sekitar.

“Guru langsung memperkenalkan matematika secara abstrak berupa angka, penambahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Akibatnya, siswa takut dengan pelajaran matematika,” tuturnya.

KLMPAS/LARASWATI ARIADNE ANWAR–Dosen Pendidikan Matematika Universitas Terbuka untuk Unit Pembelajaran Jarak Jauh Yogyakarta, Tukimin Pramono, memberi contoh soal yang interaktif bagi siswa.

Ia mencoba mengintervensi dengan mengajak siswa bereksplorasi dengan jumlah sebelum masuk ke rumus. Misalnya, siswa TK diajak mengenal jumlah jari sambil belajar mengenai anggota tubuh lewat tarian dan nyanyian. Adapun siswa SD dan SMP diajak menerapkan matematika.

Misalnya, mengajak siswa menggambar ataupun membangun segitiga sama kaki dalam ukuran berbeda-beda. Ada juga mengajak sepuluh siswa bersalam-salaman untuk mencari frekuensi jumlah salaman yang dilakukan, sering juga siswa diajak mencari kelipatan roda kendaraan yang diparkir di depan sekolah.

“Setelah dihitung secara manual, baru bersama-sama dicari rumusnya. Bukan guru langsung menyuruh siswa menghafal rumus,” papar Tukimin.

Ia mengutarakan, guru tidak perlu takut dengan teknologi, seperti kalkulator. Selama ini, guru sering menilai kalkulator membodohkan siswa karena membuat mereka malas berpikir. Justru, siswa semestinya diajari menggunakan kalkulator secara benar agar bisa berhitung cepat sehingga waktu yang tersisa bisa dipakai untuk memperdalam konsep.–LARASWATI ARIADNE ANWAR

Sumber: Kompas, 26 November 2018

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Masalah Keagenan Pembiayaan Usaha Mikro pada Baitul Maal wa Tamwil di Indonesia
Perkembangan Hidup, Teknologi dan Agama
Jembatan antara Kecerdasan Buatan dan Kebijaksanaan Manusia dalam Al-Qur’an
AI di Mata Korporasi, Akademisi, dan Pemerintah
Ancaman AI untuk Peradaban Manusia
Tingkatkan Produktivitas dengan Kecerdasan Artifisial
Menilik Pengaruh Teknologi Kecerdasan Buatan dalam Pendidikan
Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Berita ini 5 kali dibaca

Informasi terkait

Minggu, 16 Februari 2025 - 09:06 WIB

Masalah Keagenan Pembiayaan Usaha Mikro pada Baitul Maal wa Tamwil di Indonesia

Minggu, 16 Februari 2025 - 08:57 WIB

Perkembangan Hidup, Teknologi dan Agama

Minggu, 16 Februari 2025 - 08:52 WIB

Jembatan antara Kecerdasan Buatan dan Kebijaksanaan Manusia dalam Al-Qur’an

Minggu, 16 Februari 2025 - 08:48 WIB

AI di Mata Korporasi, Akademisi, dan Pemerintah

Minggu, 16 Februari 2025 - 08:41 WIB

Tingkatkan Produktivitas dengan Kecerdasan Artifisial

Berita Terbaru

Profil Ilmuwan

Mengenal Achmad Baiquni, Ahli Nuklir Pertama Indonesia Kelahiran Solo

Selasa, 29 Apr 2025 - 12:44 WIB

Berita

Perkembangan Hidup, Teknologi dan Agama

Minggu, 16 Feb 2025 - 08:57 WIB

Berita

AI di Mata Korporasi, Akademisi, dan Pemerintah

Minggu, 16 Feb 2025 - 08:48 WIB