Tumpukan bayam hijau menggunung tinggi di tepi ladang sayur milik Shinichi Asaka, petani di Fukushima, Jepang. Sayuran yang baru dipanen itu dibiarkan layu oleh pemiliknya karena tak bisa dijual. Kementerian Kesehatan Jepang melarang penjualan sayuran dari daerah tercemar radiasi.
Bencana nuklir kini juga menjadi bencana bagi Asaka dan para petani Fukushima lainnya. Pemerintah tak hanya melarang penjualan sayuran daun dan susu dari daerah itu, tapi juga produk pertanian dari prefektur di sekitarnya. Kementerian Kesehatan menemukan level radiasi dalam produk pangan itu melampaui batas aman bagi konsumsi manusia.
Larangan itu adalah pukulan berat bagi Asaka. “Kami terpaksa membuangnya,” ujarnya. “Mengambil sebuah traktor besar, mengeruknya, dan membuangnya. Tak ada lagi yang dapat dilakukan.”
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Sebenarnya Asaka juga mempunyai beberapa pohon buah-buahan, tapi penghasilan utamanya berasal dari bayam hijau itu. Kini dia tengah mempertimbangkan mengganti bayam dengan menanam wortel atau mentimun. Namun dia khawatir, pada saat sayuran itu masak, pemerintah juga akan melarang penjualan wortel atau mentimun dari daerah tersebut.
Petani tua itu menertawakan gagasan untuk mencari pekerjaan lain di luar pertanian. “Saya dilahirkan di sebuah ladang sekitar 70 tahun lalu, sehingga saya telah bertani seumur hidup saya,” katanya.
Pemerintah Jepang memberi tahu petani agar tidak melakukan apa pun, baik memanen, menanam, maupun mengolah tanahnya. Pemerintah berjanji memberi kompensasi atas semua susu dan sayur yang terpaksa dibuang, tapi belum jelas bagaimana caranya.
Takashi Kano, anggota serikat petani setempat, menyatakan petani tak bisa terus menunggu. Jika persiapan menanam padi tak dilakukan hingga akhir pekan ini, Fukushima tidak akan menghasilkan beras sama sekali. Padahal prefektur itu dan dua prefektur tetangganya memproduksi 15 persen beras Jepang. Kano mengatakan pemerintah harus memberi penjelasan kepada petani agar mereka dapat melanjutkan hidup mereka.
Meski berat, Asaka dan Kano ada kemungkinan harus mempertimbangkan untuk mencari profesi lain bila radiasi tinggi mencemari lahan dan air tanah di daerah itu. Kalau Anda ingin tahu berapa lama radioaktivitas akan bertahan di sekitar Fukushima, lihat saja babi liar di Jerman. Seperempat abad setelah bencana nuklir Chernobyl di Uni Soviet menyebarkan awan radiasi ke berbagai penjuru Eropa, binatang tersebut masih mengandung material radioaktif cukup tinggi, sehingga masyarakat dianjurkan tidak memakannya.
Bukan hanya babi, jamur yang dimakan oleh binatang itu pun tak aman dikonsumsi. Pengalaman Jerman tersebut memperlihatkan apa yang akan dialami Jepang pada masa mendatang jika masalah di Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Daiichi di Fukushima kian parah.
Celeng Jerman itu hidup di hutan yang jaraknya hampir 1.500 kilometer dari Chernobyl. Meski bencana itu telah lama berlalu, unsur radioaktif cesium-137 yang ditemukan dalam jaringan binatang tersebut kerap terdeteksi puluhan kali lipat di atas batas aman untuk dikonsumsi, dan ribuan kali lipat di atas normal. “Kami masih merasakan konsekuensi meledaknya Chernobyl di sini,” kata Christian Kueppers, pakar radiasi dari Institute for Applied Ecology Jerman di Freiburg. “Kontaminasi ini tak akan lenyap dalam waktu dekat karena waktu paruh cesium sekitar 30 tahun. Radioaktivitasnya hanya akan menurun sedikit dalam beberapa tahun ke depan.”
Di dalam tubuh, cesium dapat terakumulasi dan dalam level tinggi unsur itu berisiko memicu timbulnya berbagai macam kanker. Namun hingga saat ini para peneliti kasus Chernobyl belum bisa menemukan adanya peningkatan penderita kanker yang mungkin berkaitan dengan cesium.
Cesium juga terakumulasi di dalam tanah, membuat celeng sebagai binatang yang paling rentan. “Babi mengendus tanah hutan menggunakan moncongnya dan mengkonsumsi berbagai macam jamur yang cenderung menyimpan radioaktivitas,” kata juru bicara Kementerian Lingkungan Jerman, Thomas Hagbeck.
Masalah ini begitu sering ditemukan, sehingga sekarang semua celeng hasil bidikan para pemburu di kawasan yang tercemar radiasi harus diperiksa terlebih dulu untuk mengetahui apakah babi itu aman dikonsumsi. Dalam 12 bulan terakhir, pemerintah bahkan harus memberi kompensasi hingga US$ 650 ribu bagi para pemburu yang hasil buruannya harus dimusnahkan. “Sayang sekali ketika Anda harus membuang daging yang normalnya luar biasa lezat,” kata Joachim Reddemann, Direktur Asosiasi Perburuan di Negara Bagian Bavaria.
Setiap tahun, ribuan celeng terpaksa dibunuh di Jerman selatan karena mengandung kadar radiasi di atas batas aman. Federal Office for Radiation Protection Jerman menyatakan semua yang berada di atas 600 becquerel (satuan radiasi) per kilogram tidak direkomendasikan untuk dikonsumsi.
Daging normal rata-rata terkontaminasi 0,5 becquerel per kilogram. Normalnya orang Jerman mengkonsumsi sekitar 100 becquerel per tahun lewat produk susu dan sayuran. Reddeman mengatakan sekitar 2 persen dari 50 ribu celeng yang diburu memiliki kandungan radioaktif di atas batas yang diizinkan. Kantor perlindungan radiasi pemerintah menyatakan beberapa jenis jamur tercatat tercemar radiasi 20 kali lipat di atas batas cesium legal.
Di Prancis sekalipun, yang letaknya sangat jauh dari Chernobyl, tanah masih terkontaminasi. Di Austria, jejak radioaktif cesium masih tersisa di tanah. Bukan hanya babi hutan dan jamur, tapi rusa di negeri ini pun terpengaruh radiasi.
Pejabat Eropa menekankan bahwa sesekali mengkonsumsi daging babi hutan atau jamur yang terkontaminasi tidak langsung meningkatkan risiko kesehatan. Lembaga Perlindungan Radiasi Jerman menyatakan, konsumsi 200 gram jamur yang terkontaminasi radiasi tujuh kali di atas batas cesium legal setara dengan paparan radiasi ketinggian dalam penerbangan sejauh 3.200 kilometer.
Meski pemerintah Jepang telah mengambil tindakan antisipatif untuk memutus masuknya radiasi ke dalam rantai pangan, ada kemungkinan paparan radiasi akan terus mengancam hingga puluhan tahun mendatang. Apa yang dialami Jerman dan negara-negara Eropa lain yang terkontaminasi radiasi Chernobyl dapat menjadi pelajaran berharga.“Perburuan tetap terpengaruh sampai 2025, dan setelah itu barulah menyusut dengan amat lambat,” kata Reddemann.“ Masalah itu akan tetap menghantui hingga 100 tahun ke depan. Chernobyl akan tetap menjadi masalah bagi anakanak dan cucu kami.” TJANDRA DEWI | AP | NPR
Masa Hidup Material Radioaktif
Material radioaktif diukur dalam waktu paruh atau waktu yang dibutuhkan radiasi untuk meluruh hingga 50 persen secara alami. Radiasi sejumlah isotop berkurang separuhnya seiring dengan
berlalunya waktu, tapi beberapa material tetap bersifat radioaktif hampir tak terbatas.
Sumber: Koran Tempo, 5 April 2011