Berbekal alat-alat sederhana yang tidak asing dengan dunia anak, semisal tangkai es krim, kardus atau karton, sendok makan dari plastik atau logam, dan karet gelang, puluhan murid sekolah dasar di Jakarta, akhir pekan lalu, berkreasi membuat alat. Mereka menciptakan alat yang dapat memecahkan masalah dengan memanfaatkan sains, teknologi, rekayasa/teknik, dan matematika atau STEM.
Siswa kelas I-VI SD diajak berkompetisi membuat mobil bertenaga angin, pelontar potensial, serta mobil pengangkut massa. Beragam model alat pun didesain dengan perhitungan matang agar dapat berfungsi optimal sesuai yang diperintahkan.
Tidak ada alat serupa, variasi banyak bergantung pada kreativitas tiap peserta. Kegembiraan meliputi suasana kompetisi STEM Challenge yang digelar Rolls-Royce Indonesia dan majalah komik sains Kuark di Kantor Wali Kota Jakarta Timur.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Tiara Sakira, siswa kelas I SDN Pulogebang 4, senang ketika mobil tenaga angin terbuat dari kertas dan dilengkapi dengan balon yang ditiup dengan sedotan plastik miliknya bisa mengenai sasaran, yakni mencapai landasan. Dia harus mampu memperhitungkan balon yang ditiupnya agar berhenti mobil tepat di landasan.
“Senang bisa belajar sains sambil bermain. Asyik, belajar jadi seru. Lebih seperti bermain,” ujar Tiara.
Presiden Direktur Rolls-Royce Indonesia Adrian Short mengatakan, dunia membutuhkan banyak ilmuwan dan teknisi untuk mendesain, mengembangkan, memproduksi, dan melayani sistem energi yang terintegrasi untuk digunakan di udara, darat, ataupun laut. Untuk itu, dukungan bagi generasi muda dalam memahami karier ini dengan menguasai STEM sejak dini dibutuhkan.
“Kami mempromosikan pengajaran STEM kepada siswa usia 7-12 tahun dengan cara menarik dan menyenangkan. Kami berharap nanti banyak lahir ahli teknik dari Indonesia yang bisa mengisi kebutuhan hingga tingkat global,” ujar Short.
Sejak September-November 2015, Rolls-Royce dan Kuark menggelar program STEM di tujuh SD negeri dan swasta di kawasan Pulogebang, Jakarta Timur. Program dimulai dengan lokakarya bagi guru dengan fokus pentingnya STEM bagi siswa yang diajarkan dengan cara menyenangkan.
Aktivitas
Rosalyna Wijaya dari PT Kuark Internasional mengatakan, penting pengenalan pendidikan STEM melalui aktivitas yang interaktif dan menyenangkan. Programnya diawali dengan lokakarya guru untuk memahami pentingnya STEM dan berusaha menginspirasi guru-guru mengajarkan STEM melalui metode yang kreatif dan modern.
Ada tiga tahap program. Pertama pekan edukasi energi, yakni anak-anak dengan bimbingan guru membaca komik sains Kuark yang memperkenalkan konsep-konsep sains seputar gaya dan energi kinetik. Lalu, dilanjutkan dengan menggelar STEM Day di masing-masing sekolah peserta. Para siswa di tiap sekolah berlomba membuat mobil tenaga angin untuk level I, pelontar potensial untuk level II, dan mobil pengangkut massa untuk level III.
Puncak acaranya adalah STEM Challenge yang merupakan final kompetisi antarsekolah.
“Ini bukan hanya kompetisi untuk mendorong siswa berusaha menjadi yang terbaik, melainkan juga untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah dan keterampilan berpikir kritis,” kata Rosalyna. Harapannya, semakin banyak anak tertarik dengan bidang itu.(ELN)
————–
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 2 Desember 2015, di halaman 12 dengan judul “Belajar Sains Sambil Bermain Mengasyikkan”.