Belajar sains, teknologi, teknik, dan matematika atau STEM yang menyenangkan harus dikembangkan untuk menarik minat siswa. Karena itu, belajar STEM yang selama ini berfokus pada teori untuk mengingat formula dan angka perlu diubah dengan strategi pembelajaran yang lebih mengeksplorasi.
”Kini, belajar STEM tidak hanya membaca buku dan mengingat angka dan formula. Justru, belajar STEM harus dengan mencoba dan mengeksplorasi. Karena itu, Honeywell sangat bangga bisa berinvestasi pada para guru dalam rangka membantu mereka meningkatkan teknik mengajar serta kurikulum mereka. Pada akhirnya, murid-murid mereka dapat meraih masa depan terbaik,” kata President Honeywell Indonesia Roy Kosasih dalam acara penyambutan 10 guru Indonesia yang baru saja mengikuti Honeywell Educators at Space Academy (HESA) 2018 di Jakarta, Jumat (29/6/2018).
Para guru Indonesia menjalani pengembangan profesionalisme dalam bidang sains dan matematika dengan pendekatan luar angkasa di United States Space and Rocket Center (USSRC) di Huntsville, Alabama, untuk memperkuat minat siswa belajar STEM.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
KOMPAS/ESTER LINCE NAPITUPULU–Guru sains dan matematika dari sejumlah negara yang mengikuti program Honeywell Educators at Space Academy (HESA) 2018 di Huntsville, Alabama, Amerika Serikat, bekerja sama membuat roket.
Roy mengatakan, para guru mendedikasikan hidupnya untuk mendidik dan menyiapkan murid-muridnya untuk kelak memimpin dunia. Salah satunya, untuk menyiapkan para profesional dalam bidang STEM yang dibutuhkan dunia untuk menghasilkan inovasi dalam mendorong terciptanya kehidupan manusia yang lebih baik.
Selama mengikuti program HESA 2018, para guru mengikuti pelatihan dan aktivitas yang berfokus di bidang STEM pada 21-25 Juni. Tahun ini program HESA berlangsung dalam dua kelompok, yang melibatkan 224 guru dari 35 negara dan 45 negara bagian Amerika Serikat.
KOMPAS/ESTER LINCE NAPITUPULU–Guru dari sejumlah negara, termasuk Indonesia, mendapat beasiswa pelatihan STEM dari program Honeywell Educators at Space Academy (HESA) 2018 di Huntsville, Alabama, Amerika Serikat.
Melalui kerja sama antara Honeywell Hometown Solutions—badan tanggung jawab sosial perusahaan—dan US Space & Rocket Center (USSRC), program pengembangan profesional ini diciptakan khusus untuk membantu para guru sains dan matematika di sekolah dasar dan menengah agar mampu menjadi pendidik yang lebih inovatif dan efektif di bidang sains, teknologi, teknik, dan matematika. Sejak dimulai pada 2004, lebih dari tiga ribu guru telah mengikuti program HESA dan diperkirakan mereka telah berhasil menginspirasi lebih dari lima juta murid di penjuru dunia.
Guru SD Negeri Deresan, Sleman, Yogyakarta, Nur Fitriana Suyanto, mengatakan, para guru peserta HESA mengikuti pelatihan yang membekali mereka untuk mengajar STEM yang mudah dipahami siswa. Salah satunya, belajar membuat roket yang umumnya disenangi siswa. Kali ini ada pendekatan teknologi yang diaplikasikan dengan coding untuk membuat roket berfungsi dengan baik.
”Para guru juga diajarkan untuk memanfaatkan barang bekas untuk membuat alat-alat eksperimen yang membantu siswa paham dengan suatu konsep yang dipelajari. Sebenarnya, di sekolah kami, pembelajaran dengan memanfaatkan sampah juga sudah dilakukan. Keterbatasan di sekolah bukan jadi halangan untuk kreativitas guru menghadirkan pembelajaran aktif pada siswa,” ujar Nur.
Guru SD Tunas Daud, Denpasar, Bali, Mega Lamita Tan mengatakan, dalam belajar STEM para guru bukan hanya fokus soal materi. Pembentukan karakter baik siswa juga menjadi bagian yang tidak terpisahkan.
”Ketika belajar roket, bukan hanya soal mekanika, melainkan juga keterhubungan dengan bidang lain. Artinya, kerja sama atau teamwork harus bisa dibangun. Demikian juga ketika memasang kabel-kabel kecil untuk program roket, berarti ada ketelitian yang harus diperhatikan,” kata Mega.
KOMPAS/ESTER LINCE NAPITUPULU–CEO dan Direktur Eksekutif USSRC Deborah Barnhart
Sementara itu, CEO dan Direktur Eksekutif USSRC Deborah Barnhart mengatakan, pihaknya sangat senang dapat membantu para guru agar mereka bisa menginspirasi murid-murid mereka tentang luar angkasa dan di dalam bidang STEM. Para guru juga belajar melalui simulasi pelatihan yang digunakan oleh para astronaut NASA dan mengasah jiwa kepemimpinan dan kerja sama mereka, serta membangun jaringan dengan guru-guru dari negara lain.
”Tidak banyak kesempatan yang tersedia bagi guru untuk mendapatkan pelatihan yang baik, yang memampukan mereka untuk menginspirasi siswa, terutama di bidang STEM. Padahal, satu guru punya pengaruh, sedikitnya pada puluhan siswa di ruang kelasnya. Karena itu, guru harus jadi pohon yang kuat supaya menghasilkan akar yang kuat, daun dan buah yang kuat pada siswa dalam pembelajaran sains dan matematika sebagai fondasi menguasai bidang STEM,” kata Deborah. (ELN)–ESTER LINCE NAPITUPULU
Sumber: Kompas, 2 Juli 2018