Mengikuti lomba perakitan mekanika merupakan salah satu upaya mengasah kemampuan siswa pada pelajaran sains, teknologi, matematika, keinsiyuran, dan seni.
Minat siswa kepada pelajaran sains, teknologi, matematika, keinsinyuran, dan seni hendaknya ditumbuhkan sedini mungkin. Mengikuti perlombaan perakitan mekanika Rube Goldberg merupakan salah satu metode memberi mereka motivasi belajar.
“Siswa antusias mengikuti perlombaan karena mereka bisa berkarya bersama-sama dengan teman-teman. Juga ada kesempatan jalan-jalan ke luar kota,” kata Janto V Sulungbudi, Kepala Laboratorium Fisika Berkelanjutan Universitas Katolik Parahyangan Bandung. Ia bertindak sebagai juri kepala pada Perlombaan Nasional Greenmech dan R4M (Robot for Mission) di Universitas Tarumanagara, Jakarta pada hari Sabtu (19/5/2018).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Greenmech adalah sebuah kompetisi membuat struktur mekanika Rube Goldberg Machine yang menghubungkan berbagai fungsi dari mekanika dan green energy melalui operasi yang kompleks untuk menyelesaikan masalah sederhana. Adapun R4M adalah kompetisi merancang robot menggunakan prinsip saintifik berbasis STEAM (sains, teknologi, matematika, keinsinyuran, dan seni).
KOMPAS/LARASWATI ARIADNE ANWAR–Juri Kepala Perlombaan Nasional Greenmech dan Robotika Janto Sulungbudi (berkaus putih dan berkaca mata) menilai mekanisme Rube Goldberg karya tim SD Santo Antonius 1 Semarang dalam Perlombaan Nasional Greenmech dan R4M (Robot for Mission) di Universitas Tarumanagara, Jakarta pada hari Sabtu (19/5/2018).
Kompetisi ini dilakukan oleh Rumah Edukasi selaku World Association Greenmech bekerja sama dengan Universitas Tarumanagara dan Universitas Parahyangan. Pemenangnya akan mengikuti lomba tingkat global di Taiwan pada awal Agustus.
Perlombaan Greenmench diikuti sembilan tim dari tingkat SD hingga SMA. Mereka diminta membangun mekanika Rube Goldberg dari balok dan pipa, yaitu rangkaian prinsip saintifik sederhana. Untuk kategori SD tantangannya adalah membuat mekanika tersebut menghasilkan bunyi-bunyian. Sementara untuk SMP dan SMA bisa mengerek bendera setinggi 30 sentimeter.
Mekanika Rube Goldberg membutuhkan keterampilan merancang struktur; matematika; serta keinsinyuran sederhana untuk menggerakkan beberapa bagian dengan menggunakan listrik, angin, air, atau pun bidang miring. Hal ini menjadikan pembelajaran sains menyenangkan dan penuh tantangan.
Janto menjelaskan, untuk kategori SD rancangan mekanika masih dibuat oleh guru. Siswa diminta merakit kembali struktur tersebut di tempat lomba. Adapun untuk tingkat SMP dan SMA siswa harus terlibat dalam proses perancangan struktur.
Contohnya adalah tim dari SMA Bintang Mulia, Bandung. Selain menggunakan balok yang diharuskan oleh panitia, mereka juga memakai bahan-bahan bekas seperti botol minuman dan kardus.
“Kalau cuma memakai balok yang diharuskan, strukturnya enggak akan jadi. Makanya memakai botol plastik dan karton untuk membuat jalur lintasan bola yang akan menggerakkan mekanisme lain sehingga muncul efek domino,” kata Delicia Evangeline (18), siswa kelas XII SMA Bintang Mulia.
Berlatih sabar
Selain merakit mekanisme Rube Goldberg, lomba juga mendidik siswa bersabar dan bekerja sama. Menurut Janto, tim yang emosional akan sukar merakit dan memastikan mekanisme berjalan sehingga kesulitan mendapat penilaian baik dari para juri.
Tim SD Marsudirini BSB Semarang yang memenangi kategori SD misalnya. Sepanjang perlombaan mereka tampak tegang karena mekanisme mereka sempat tidak berjalan. Akan tetapi, mereka tetap bisa mempertahankan kerja sama tim. Bukan saling memarahi.
“Awalnya tegang, tapi semua (anggota tim) sibuk merakit balok. Akhirnya kita jadi saling menyemangati. Lagian tim lain juga kesulitan, bukan cuma tim kita,” kata Christian Davidson (12) siswa kelas V SD Marsudirini BSB Semarang.
Didominasi swasta
Perlombaan Greenmech masih didominasi oleh sekolah-sekolah swasta. Direktur Rumah Edukasi – lembaga yang memberi pelatihan sains kepada guru dan menyediakan balok bahan dasar struktur – Mulia Anton, mengungkapkan, baru sekolah swasta yang mampu membeli alat pelatihan Greenmech. Kalaupun sekolah tidak memiliki anggaran, orangtua siswa bisa menyumbang.
“Untuk sekolah negeri memang ada kendala karena mereka tidak boleh menerima sumbangan. Sementara, kalau menunggu anggaran dari pemerintah butuh waktu lama,” tutur Mulia.
Meskipun begitu, lanjut Mulia, sekolah tetap bisa mengikuti lomba dengan perangkat buatan sendiri. Hal terpenting adalah memenuhi persyaratan pembangunan struktur sesuai aturan lomba.–LARASWATI ARIADNE ANWAR
Sumber: Kompas, 21 Mei 2018