Pendidikan keterampilan lunak (soft skill) di dalam perkuliahan menciptakan generasi siap kerja yang tidak hanya andal, tetapi juga berkarakter positif. Karena itu, perguruan tinggi diimbau untuk berkomitmen melatih dan mengembangkan kemampuan mahasiswa secara komprehensif.
Hal itu diungkapkan Sekretaris Kementerian Ketenagakerjaan (Kemennaker) Abdul Wahab Bangkona seusai penandatanganan nota kesepahaman dan perjanjian kerja sama “Tim Peneliti Kebijakan Ketenagakerjaan dan Rapat Kerja Teknis 2016”, di Jakarta, Senin (21/3). Kerja sama tersebut digalang dengan 17 perguruan tinggi negeri dan swasta, seperti Universitas Gadjah Mada, Universitas Indonesia, Universitas Trilogi, dan Universitas Mataram.
Dua sisi
Abdul Wahab menjelaskan, sejauh ini pekerja di Indonesia tercitrakan berkarakter baik, terutama yang bekerja di luar negeri atau masuk dalam jaringan kerja internasional.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Pekerja yang berkiprah di luar negeri, misalnya, orang-orang yang bekerja di kapal pelayaran internasional. “Rata-rata, umpan balik yang disampaikan kepada Kemennaker positif. Pekerja Indonesia memiliki keterampilan lunak yang baik,” tuturnya.
Karakter yang dimaksud antara lain ramah, sabar, rapi, bersih, dan patuh kepada peraturan yang berlaku. Hal serupa tampak pada pekerjaan seputar jaringan hotel internasional. Pekerja Indonesia dikenal sebagai profesional bidang keramahtamahan yang mumpuni.
Namun, Abdul Wahab mengakui, untuk di dalam negeri masih banyak keluhan yang diterima pihaknya mengenai keterampilan lunak tersebut. “Masalah seperti tepat waktu, keuletan, dan tidak patuh pada aturan keselamatan kerja termasuk yang sering dipermasalahkan,” ujar Abdul Wahab.
Ia menjelaskan, keterampilan lunak semestinya ditanamkan dan dilatih terlebih dulu sebelum pengetahuan dan keterampilan teknis. Pasalnya, keterampilan lunak berdasar pada pembentukan karakter.
Oleh sebab itu, perlu pembiasaan dan contoh dari lingkungan. Dalam hal ini, dosen beserta tenaga pengajar dituntut menunjukkan perilaku profesional. “Hal teknis bisa dipelajari cepat jika konsisten,” ujarnya.
Masuk kurikulum
Dosen Politeknik Komputer Niaga dan STMIK Lembaga Pendidikan Komputer Indonesia Amerika (LPKIA) Bandung Rahayu S Purnami mengatakan, mahasiswa di kampusnya diberikan mata kuliah Pengembangan Keterampilan Lunak. Materinya dibuat dalam siklus yang dimulai dari pengetahuan, pembuatan komitmen, hingga tindakan. Inti dari kecakapan lunak itu ialah kecakapan intrapersonal (memahami diri sendiri) dan kecakapan interpersonal (saling memahami antara diri sendiri dan orang lain). Mahasiswa diajak untuk membangun sikap seperti menghargai diri sendiri supaya muncul percaya diri, mengelola stres, dan memelihara antusiasme.
Sikap terhadap orang lain, seperti membangun relasi, komunikasi, kerja sama, mengatasi konflik, memahami etiket-etiket, serta yang tidak kalah menjadi pribadi yang melayani pihak internal dan eksternal.
“Institusi pendidikan sebaiknya merancang skenario materi pengembangan kecakapan lunak. Karena targetnya perubahan perilaku, materi disesuaikan, misalnya mengadopsi metode experiential learning,” kata Rahayu. Metode yang dimaksudkan adalah proses belajar, proses perubahan yang menggunakan pengalaman sebagai media belajar atau pembelajaran.
Sementara itu, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi dalam rapat kerja nasional beberapa waktu lalu menggulirkan diterapkannya pendidikan umum yang dapat juga memperkuat kecakapan khusus mahasiswa dan lulusan. Pengayaan yang diberikan meliputi wawasan kebangsaan dan bela negara, belajar bagaimana cara belajar yang efektif, keterampilan berpikir (bernalar, kreatif, dan kritis), kemampuan berkomunikasi secara lisan dan tertulis, serta penguasaan teknologi komunikasi dan informasi, berorganisasi dan kepemimpinan, serta moral dan etika. (ELN/DNE)
—————–
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 22 Maret 2016, di halaman 12 dengan judul “Bangun Kecakapan secara Menyeluruh”.