Hemat dan diversifikasi energi merupakan solusi jangka panjang bagi krisis energi dan bahan bakar. Persepsi itu perlu ditanamkan kepada generasi muda untuk membentuk masyarakat yang peduli terhadap pengurangan emisi.
KOMPAS/LARASWATI ARIADNE ANWAR–Mahasiswa semester VIII Teknik Mesin Universitas Gadjah Mada, Kenjee, bersiap mengemudikan Semar, mobil konsep urban karya UGM ke dalam lintasan lomba Shell Ecp-Marathon di Sirkuit Internasional Sepang, Malaysia, Selasa (30/4/2019).
” Mahasiswa adalah generasi penerus yang akan memenuhi posisi strategis untuk 10-15 tahun mendatang,” kata Presiden Direktur PT Shell Indonesia Darwin Silalahi di sela-sela ajang Shell Eco-Marathon (SEM) Asia 2019 di Sirkuit Internasional Sepang, Selangor, Malaysia, Rabu (1/5/2019).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
KOMPAS/LARASWATI ARIADNE ANWAR–Presiden Direktur PT Shell Indonesia Darwin Silalahi di Sepang, Selangor, Malaysia, Rabu (1/5/2019).
SEM Asia ini adalah kali kesepuluh diadakan. Pada tahun 2008, Shell mengeluarkan Skenario Energi 2050 untuk mengurangi emisi dan beralih kepada energi yang lebih ramah lingkungan. Pada tataran global, SEM sudah diadakan sejak tahun 1989 dan datang ke Asia pada tahun 2009.
“Ini kesempatan emas untuk mengajak publik terlibat dalam skema hemat energi,” tutur Darwin. Cara yang ditempuh ialah mendatangi perguruan-perguruan tinggi (PT) untuk mengadakan kuliah umum mengenai energi transisi sekaligus mempromosikan SEM Asia.
Gayung bersambut, PT-PT menunjukkan ketertarikan mereka mengikuti SEM Asia. Pada lima tahun pertama Shell masih memberi subsidi Rp 20 juta untuk setiap tim yang ikut. Namun, mulai tahun 2015 subsidi tersebut dihilangkan agar setiap tim bisa swasembada mengembangkan ide dan mencari sponsor. Hal itu bertujuan untuk agar riset energi transisi ini tidak sekadar dimotivasi untuk mengikuti lomba, melainkan benar-benar dikembangkan untuk masa depan.
Dari segi peserta, tidak hanya PT-PT besar seperti Institut Teknologi Bandung, Universitas Indonesia, dan Universitas Gadjah Mada yang ikut. PT seperti lembaga pendidikan tenaga kependidikan, politeknik, dan universitas swasta juga turut berpartisipasi.
Darwin mengungkapkan pembicaraan dia dengan mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) beberapa tahun lalu. Mereka mengaku kurang percaya diri bersaing dengan para calon sarjana teknik, sementara para mahasiswa UPI adalah calon-calon guru.
“Justru karena mereka calon guru sangat penting untuk mengikuti SEM. Guru bisa meregenerasikan ide hemat energi kepada siswa-siswa mereka yang sebisa mungkin dari usia dini,” ujarnya.
Efisiensi
Hal serupa juga dikemukakan oleh Direktur Teknis SEM Asia Colin Chin. Setiap tim wajib merancang dan membangun mobil hemat energi, tidak sekadar merakit. Di dalamnya, mahasiswa tidak hanya belajar mengembangkan riset, melainkan juga meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan.
KOMPAS/LARASWATI ARIADNE ANWAR–Direktur Teknis Shell Eco-Marathon Asia Colin Chin di Sirkuit Internasional Sepang, Malaysia, Selasa (30/4/2019).
Ia menjelaskan, tren industri otomotif sudah beralih kepada penghematan energi. Misalnya, mobil-mobil baru kini dilengkapi teknologi yang otomatis menghentikan mesin di lampu merah agar tidak mubazir emisi. Ini adalah salah satu teknologi yang diadaptasi industri dari SEM.
“Mahasiswa juga diajak untuk memahami sumber-sumber energi. Misalnya, mobil listrik memang bebas emisi, tetapi listriknya berasal dari pembangkit listrik yang bisa saja tidak ramah lingkungan,” katanya.
Berdasarkan prinsip itu, SEM bukanlah balapan untuk mencari mobil tercepat, tetapi terhemat. Setiap mobil diberi waktu 25 menit untuk menuntaskan jarak 10,33 kilometer. Setelah itu, akan dihitung jumlah bahan bakar yang habis. Mobil yang menggunakan bahan bakar paling sedikit dinyatakan menang.
Diri sendiri
Praktik menurunkan emisi dimulai pada diri sendiri oleh tim Universitas Negeri Yogyakarta. Mobil mereka, Garuda Urban Gasoline 19, berkompetisi di kategori mobil konsep urban. Mobil ini menggunakan bahan bakar bensin dengan alasan merupakan bahan bakar yang paling mudah diperoleh dan bisa terus diefisienkan penggunaannya.
“Sebelum menurunkan ke mobil, teknologi hemat energi kami pakai di sepeda motor masing-masing,” kata manajer tim UNY Muhammad Nurdin Wahid yang juga mahasiswa semester IV di jurusan Teknik Mesin.
KOMPAS/LARASWATI ARIADNE ANWAR–Tim Universitas Negeri Yogyakarta melakukan pemeriksaan atas mobil konsep urban Garuda Urban Gasoline 19 di hanggar Sirkuit Internasional Sepang, Malaysia, Selasa (30/4/2019).
Ia menjelaskan, para anggota tim memodifikasi sepeda motor mereka dengan cara mengecilkan ruang pembakaran. Selain itu, mereka juga menggunakan sensor yang terhubung ke komputer ataupun telepon pintar untuk menghitung jumlah energi yang diproduksi.
Sementara itu, dosen Teknik Mesin Institut Teknologi Sepuluh Nopember Wityanto yang membimbing tim juara bertahan Sapuangin XI Evo 2 mengatakan, selain mempraktikkan konsumsi hemat energi, juga harus disertai manajemen transportasi yang baik. “Aturan pemakaian jalan dan kebijakan transportasi harus dibenahi. Sekarang ini emisi berlebih bukan karena mesin kendaraan, tetapi jalanan yang macet,” jelasnya.
Sumber: Kompas, 2 Mei 2019