Bahan Kimia Berbahaya dalam Produk Piala Dunia

- Editor

Selasa, 20 Mei 2014

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Bahan kimia berbahaya, seperti perfluorinated chemicals (PFC), nonylphenolethoxylates (NPEs), phthalates, dan dimetilformamida (DMF), ditemukan pada produk alat olahraga berlabel Piala Dunia 2014. Jika masuk ke tubuh, akumulasi bahan tersebut berpotensi menyebabkan gangguan hormonal dan kanker.

”Salah satu produk dibuat di Indonesia. Sementara itu, di sini belum ada regulasi yang mengatur bahan kimia itu. Di Uni Eropa, penggunaan dan pemasaran untuk tekstil dan kegunaan tertentu dilarang sejak 2008,” kata Ahmad Ashov Birry, juru bicara Greenpeace Indonesia, di Jakarta, Senin (19/5).

Pada laporan Greenpeace serentak di 20 negara, sampel produk olahraga yang diuji kandungan kimianya diambil dari 16 negara. Produk-produk olahraga bermerek ternama itu, terdiri atas 21 pasang sepatu sepak bola, tujuh kaus sepak bola (jersey), empat pasang sarung tangan, dan satu bola resmi Piala Dunia 2014 ”brazuca”. Hampir sepertiga produk itu dibuat dan dijual di Indonesia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Bahan kimia NPEs yang banyak digunakan pada detergen dan surfaktan tekstil bersifat tak mudah terurai dan berpotensi mengganggu kerja hormon. PFC yang bersifat menolak air mengganggu sistem reproduksi dan kekebalan tubuh. Adapun DMF yang merupakan bahan beracun bisa mengganggu sistem reproduksi. Sementara itu, phthalates yang banyak dipakai dalam produk plastik berpotensi mengganggu sistem hormonal.

Greenpeace menyebutkan, di Uni Eropa pemakaian bahan-bahan itu dibatasi. Kandungan bahan PFC dibatasi 1 mikrogram per meter persegi, sedangkan kandungan pada produk sepatu yang diuji bervariasi, yakni 14,5-189 mikrogram per meter persegi. Selain itu, pada sepatu sepak bola dan kaus tim juga ditemukan kandungan NPEs sebanyak 1,2-76 miligram per kilogram. ”Ini menegaskan, bahan kimia berbahaya sengaja digunakan,” kata Ashov.

”Bahan-bahan kimia ini takkan berdampak langsung saat tersentuh. Tapi, jika terpapar dalam waktu panjang dan terakumulasi di tubuh, memicu penyakit seperti kanker,” kata Hilda Meutia, Koordinator Pengawasan Air Greenpeace Indonesia.

Persoalannya, kata Hilda, bahan kimia ini larut dalam air dan membahayakan makhluk hidup. Apalagi, masyarakat tidak tahu proses mengolah dan membuang limbah kimia berbahaya dalam proses produksinya.

Masyarakat, kata Ashov, perlu tahu risiko ini. Sebab, menjelang Piala Dunia 2014, banyak produk olahraga dibeli publik. (A12)

Sumber: Kompas, 20 Mei 2014

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Seberapa Penting Penghargaan Nobel?
Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024
Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI
Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin
Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Berita ini 8 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:50 WIB

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:46 WIB

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:41 WIB

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:31 WIB

Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:22 WIB

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB