Asupan gizi anak belum sepenuhnya terkontrol di lingkungan sekolah. Masih ada sekolah yang belum memiliki kantin sehingga anak-anak jajan di luar sekolah dengan makanan yang terpantau sekolah.
SDN Grogol Utara 05 Pagi Jakarta Selatan salah satunya. Sekolah ini tidak memiliki kantin sehingga siswa jajan di luar sekolah saat istirahat. Meskipun pihak sekolah kerap memantau jajanan tersebut, pedagang tidak bisa diintervensi soal bahan makanan yang dijual.
KOMPAS/RIZA FATHONI–Murid SDN 03/05 Muara Angke, Penjaringan, Jakarta, menyantap makanan tambahan untuk anak sekolah berupa susu UHT dan bubur kacang hijau, Senin (2/4). Program pembagian makanan tambahan ini bertujuan untuk meningkatkan asupan gizi dan meningkatkan ketahanan fisik bagi murid sekolah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
”Kami beberapa kali berbincang kepada para pedagang. Misal, ada minyak yang sudah digunakan berkali-kali seharusnya diganti yang baru, tetapi kami tidak bisa mengontrol lebih,” kata Kepala Sekolah SDN Grogol Utara 05 Pagi Sri Farhati, Kamis (24/1/2019), di Jakarta.
Ia mengatakan, sebelumnya sekolah yang ia pimpin memiliki kantin yang dikelola penjaga sekolah. Namun, setelah penjaga sekolah pensiun, belum ada lagi yang mengisi kantin itu.
Di depan SDN Grogol Utara 05 Pagi, berjajar pedagang kaki lima yang menjajakan jajanan. Ketika waktu istirahat tiba, anak-anak berhamburan membeli berbagai jajanan itu. Makanan yang dijajakan beragam, seperti goreng-gorengan, telur gulung, dan minuman saset.
Untuk menjaga asupan gizi siswa, pihak sekolah sudah membuat program membawa bekal dan buah dari rumah. Setiap hari Rabu, siswa diwajibkan membawa makanan yang terdiri dari nasi, sayur, dan lauk dari rumah masing-masing. Setiap hari Jumat, anak-anak diwajibkan membawa buah dari rumah untuk dikonsumsi bersama di sekolah.
”Selain itu, setiap Jumat ada senam bersama supaya anak-anak bisa berkegiatan fisik di sekolah. Itu di luar jam pelajaran olahraga,” ujar Sri.
Setiap Jumat ada senam bersama supaya anak-anak bisa berkegiatan fisik di sekolah. Itu di luar jam pelajaran olahraga.
Fasilitas
Ketersediaan fasilitas sekolah untuk anak-anak beraktivitas fisik juga dibutuhkan agar energi yang dikonsumsi bisa dikeluarkan melalui aktivitas fisik. Fasilitas yang minim masih menjadi kendala di beberapa sekolah.
SDN Grogol Utara 05 Pagi hanya memiliki lapangan berukuran sekitar 7 meter x 5 meter. Lapangan itu digunakan bergantian oleh 190 murid. Ketika lapangan dirasa kurang memadai, pihak sekolah kerap menggunakan lapangan di sekitar sekolah untuk berolahraga.
Selain usaha untuk mengontrol aktivitas fisik anak, sekolah mengukur tinggi badan dan berat badan peserta didik. Hal itu dilakukan agar kondisi tubuh anak bisa dikontrol untuk diberitahukan kepada orangtua.
Salah satu siswa, Casmira Clara Arundaya (11), memiliki tinggi badan 155 sentimeter dengan berat tubuh 70 kilogram. Menurut perhitungan indeks massa tubuh (IMT), Clara memiliki berat badan lebih. Orangtua Clara memberi pemahaman untuk menjaga asupan makanan dan beraktivitas fisik.
”Aku disuruh mengurangi jajan yang manis dan goreng-gorengan. Kalau libur, diajak orangtua olahraga. Mama bilang biar tidak obesitas,” kata Clara.
Ibu Clara, Sri Hartati (43), mengatakan, tidak mudah mengontrol anak dalam memilah apa yang di konsumsi di luar rumah. Meskipun sudah diberi nasihat, ia tidak mengetahui apa yang dikonsumsi anak di luar rumah. Selain itu, mendorong anak untuk mengonsumsi sayur masih menjadi tantangan untuk dia dan suami. ”Kalau diminta makan sayur, masih butuh waktu. Anak saya tidak terlalu suka sayur, padahal saya dan suami makan sayur,” kata Sri.
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Anung Sugihantono mengatakan, untuk mencegah obesitas pada anak di sekolah, butuh kerja keras banyak pihak. Dalam Surat Keputusan Bersama 4 Menteri tentang Usaha Kesehatan Sekolah, Kemenkes sudah membuat peraturan bersama untuk meningkatkan kesehatan anak di sekolah.
”Usaha kesehatan sekolah itu mempunyai tiga kegiatan pokok, yakni pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan, dan penciptaan lingkungan sekolah yang sehat,” kata Anung ketika dihubungi Rabu (23/1). (SUCIPTO)
Oleh EVY RACHMAWATI
Sumber: Kompas, 24 Januari 2019