Asap dari kebakaran hutan dan lahan di Sumatera sudah mencapai Jawa bagian barat. Hal itu bisa dilihat oleh warga di area Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Namun, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika menjamin, asap hanya berupa asap tipis yang tidak memengaruhi kondisi cuaca di Jawa, termasuk jarak pandang.
Warga di Jakarta, misalnya, bisa melihat kecerahan langit berkurang setidaknya sejak Jumat pekan lalu. Berdasarkan pemantauan Kompas dari dalam pesawat sesaat setelah tinggal landas, partikel-partikel debu terlihat menyelimuti area Bandar Udara Soekarno-Hatta di Cengkareng, Tangerang, Provinsi Banten, Senin (26/10).
Salah satu faktornya adalah asap dari sejumlah lahan di Sumatera yang sedang terbakar. Hal itu terkonfirmasi dari citra satelit cuaca Himawari, Senin pukul 10.30. Garis putus-putus terlihat melintasi Jawa bagian barat. Garis tersebut menandakan jangkauan asap tipis.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Tak terlalu berpengaruh
Kepala Bidang Informasi Meteorologi Publik BMKG Fachri mengatakan, karena tipis, asap tersebut tidak terlalu berpengaruh bagi wilayah Jawa. Dampak seperti di Sumatera dan Kalimantan, misalnya jarak pandang yang tidak memadai, kecil kemungkinan terjadi di Jawa.
Asap tersebut berada di lapisan tinggi, pada ketinggian sekitar 3 kilometer di atas permukaan laut. Daerah-daerah di Sumatera dan Kalimantan yang menerima asap tebal disebabkan oleh asap yang berada di lapisan permukaan, sekitar 10 meter hingga 1 kilometer.
Fachri menjelaskan, asap tipis mencapai Jawa bagian barat karena terbawa angin di lapisan atas yang berembus dari barat ke timur. Sementara itu, asap tebal kecil kemungkinan mencapai Jawa mengingat angin lapisan permukaan bertiup dari timur ke barat sehingga lebih berpotensi memberi dampak pada Malaysia dan Singapura.
KOMPAS/YUNIADHI AGUNG–Matahari terlihat tertutup kabut asap di Kota Jambi, Minggu (25/10). Kualitas udara yang buruk di Provinsi Jambi menyebabkan 129.229 warga Jambi menderita infeksi saluran pernapasan akut.
Asap tipis yang mencapai Jakarta sangat fluktuatif. Dari pantauan BMKG, asap tipis hanya muncul di pagi hari dan buyar di siang hari. “Ini karena pengaruh intensitas pemanasan matahari yang meningkat di siang hari,” kata Fachri.
Di sisi lain, demikian Fachri, kepekatan yang naik di Jakarta dipengaruhi oleh polusi udara dari Jakarta sendiri. Terkait tingkat polusi tersebut, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang mengetahui secara pasti.
Secara terpisah, Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho menjelaskan, asap tipis yang menutupi Jakarta bersifat temporer. “Mudah berubah setiap saat tergantung dari arah dan kecepatan angin,” ujarnya.
Kualitas udara di Jakarta saat ini masih normal hingga sedang. Justru asap dari kendaraan bermotor yang lebih berbahaya bagi kesehatan.
ICHWAN SUSANTO DAN JOHANES GALUH BIMANTARA
Sumber: Kompas Siang | 26 Oktober 2015