Asap Memicu Penyakit Paru Obstruktif Kronis

- Editor

Selasa, 12 Desember 2017

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Asap hasil pembakaran bahan biologis atau biomassa memicu munculnya penyakit paru obstruktif kronis. Penyakit ini menjadi penyebab kematian keempat di seluruh dunia.

Asap rokok menjadi penyebab utama pemicu penyakit paru obstruktif kronis (PPOK). Pemicu lainnya adalah asap pabrik, polusi kendaraan, asap hasil memasak makanan, dan debu bahan kimia hasil industri.

“Karena sering menghirup asap terutama asap rokok, otot pembuluh nadi menebal akibatnya saluran pernapasan menyempit. Gejalanya mirip asma, tetapi sebenarnya berbeda,” ujar Ketua Divisi Asma PPOK di Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Faisal Yunus, di sela-sela sosialisasi PPOK di Jakarta, Minggu (10/12).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

“Karena sering menghirup asap terutama asap rokok, otot pembuluh nadi menebal akibatnya saluran pernapasan menyempit.”

Faisal mengatakan, banyak masyarakat belum memiliki pemahaman dan kesadaran terhadap bahaya penyakit ini. Padahal, di Indonesia, diperkirakan terdapat 4,8 juta penderita PPOK dengan prevalensi lebih tinggi pada laki-laki (Kompas, 17/11).

Menurut Faisal, ada beberapa perbedaan antara PPOK dengan asma. PPOK cenderung muncul pada orang berusia 40 tahun ke atas dan gejalanya bersifat progresif. Penderita PPOK akan mengalami sesak napas, mudah letih, dan batuk berdahak dalam jangka waktu lama. Penderita meninggal dunia setelah sekian lama tersiksa akibat mengalami sesak napas.

“Pembuluh darah pada penderita asma bisa dilebarkan dengan obat, hal itu tidak terjadi pada PPOK,” katanya.

Deteksi dini
Untuk mencegah itu, pemeriksaan spirometri guna mendeteksi PPOK sedari dini diperlukan. Apabila gejala PPOK diketahui sejak awal, pencegahan dapat dilakukan.

Langkah berikutnya adalah berusaha menjauhi rokok, menggunakan masker di tempat dengan kualitas udara buruk, berolahraga secara rutin, dan tidak menggunakan bahan bakar biomassa di dalam ruangan yang ventilasinya buruk.

“Jahui rokok, gunakan masker di tempat dengan kualitas udara buruk, berolahraga secara rutin, dan tidak menggunakan bahan bakar biomassa di dalam ruangan yang ventilasinya buruk.”

Dalam kegiatan sosialisasi PPOK pada Minggu juga dilakukan pemeriksaan spirometri terhadap 278 orang. Hasilnya, kata Sekretaris Panitia Hari PPOK Sedunia 2017, Triya Damayanti, yang memiliki gejala PPOK sebanyak enam persen, rata-rata berusia di atas 35 tahun. Pemeriksaan spirometri itu belum spesifik dan masih bersifat awal.

“Angka ini cukup signifikan karena biasanya PPOK secara epidemiologi terjadi pada di atas 40 tahun, tetapi ternyata banyak yang punya gejala PPOK,” katanya. (DD10)

Sumber: Kompas, 12 Desember 2017

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Seberapa Penting Penghargaan Nobel?
Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024
Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI
Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin
Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Berita ini 1 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:50 WIB

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:46 WIB

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:41 WIB

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:31 WIB

Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:22 WIB

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB