DI MANAKAH ilmu pengetahuan dan teknologi bisa disemaikan dan dikembangkan? Terhadap pertanyaan ini, kita segera menjawab: di perguruan tinggi, di lembaga litbang (R&D) badan-badan usaha komersial, di badan-badan bentukan pemerintah yang memang dirancang untuk kepentingan itu, seperti LIPI, Batan, BPPT, Lembaga Biologi Nasional, dsb.
Namun, di luar itu semua, pemerintah Indonesia agaknya merasa perlu punya strategi lain. Maka lahirlah proyek Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspiptek) pada 1984, yang hingga saat ini terus dikembangkan fasilitasnya.
Puspiptek merupakan kawasan seluas 1.000 hektar di Serpong (sekitar 20 km sebelah barat Jakarta) Tangerang, Jawa Barat, letaknya dekat kawasan perumahan yang cukup beken, yaitu ”Bumi Serpong Damai” milik Ciputra. Puspiptek pada dasarnya merupakan tempat bertemunya para ahli dari berbagai disiplin ilmu yang bekerja sama untuk kegiatan penelitian dan pengembangkan iptek, didukung oleh sarana dan fasilitas yang memadai.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Secara lebih terinci, tujuan dari proyek ini adalah:
(1) Meningkatkan perencanaan penelitian dan pengembangan bidang iptek secara lebih terarah melalui peningkatan peran sumberdaya manusia pendukungnya
(2) Mengkaji terus-menerus perkembangan iptek di dunia serta melakukan proses penyaringan terhadap yang relevan dengan kondisi Indonesia
(3) Menjadi konsultan dan penunjang bagi penelitian di berbagai bidang maupun sektor, yang dilaksanakan oleh berbagai pusat pemikiran di Indonesia.
(4) Menjadi pusat pengumpulan, pengolahan serta pelayanan berbagai kebutuhan konkrit dalam penelitian, pengembangan dan penerapan iptek, untuk kalangan usahawan dan golongan masyarakat lainnya.
Sejak diresmikan tanggal 18 Desember 1984, ada beberapa laboratorium yang telah beroperasi, yaitu: (1) Lab uji konstruksi, (2) Lab kalibrasi, instrumentasi dan metrologi (LKIM) (3) Reaktor serba guna ”GA Siwabessy” dan laboratorium penunjangnnya, (4) Lab aero gas dinamlka dan getaran (LAGG) (5) Laboratorium metalurgi LIPI, (6) Lab sumber daya dan energi (LSDE). Selain itu telah dibangun juga prasarana dan pemukiman bagi tenaga ilmiah bidang penelitian serta karyawan yang bekerja pada lab-lab tersebut.
Yang saat ini tengah dalam proses penyelesaian adalah: (1) Lab fisika terapan, (2) Lab kimia terapan, (3) elektronika terapan. Sementara fasilitas-fasilitas lain yang tengah dibangun adalah pengembangan pemukiman ilmuwan, pusat perkantoran, dan kebun botani yang sebagian telah tersedia.
Sedangkan proyek yang tengah dalam tahap perencanaan pada saat ini adalah (1) Lab thermodinamika motor dan propulsi, (2) Lab teknologi pengolahan, (3) Lab mitigasi bencana alam. Tengah direncanakan juga pembangunan pusat pertemuan dan peragaan ilmiah, ketika segala komponen yang ada di dalam puspiptek itu telah cukup bekerja secara maksimal.
Uji Pesawat Udara
Dari penjelasan sederhana di atas, tampaklah bahwa proyek itu dibangun untuk mendukung pelaksanaan tugas pokok dan fungsi-fungsi Menristek, serta beberapa iembaga non-departemen seperti BPPT, LIPI, Batan, Lapan, dan Bakorsurtanal.
Dari berbagai laboratorium yang telah dibangun di atas yang barangkali belum banyak diketahui masyarakat adalah Laboratorium Aero Gasdinamika dan Getaran (LAGG). Lab ini ditujukan untuk meneliti soal-soal aerodinamika, aeroakustik dan getaran yang sangat diperlukan guna pengembangan industri dan teknik di berbagai bidang. Seperti penerbangan, perkapalan, angkutan darat, anjungan minyak lepas pantai, bangunan gedung, kincir, baling-baling, dan sejenisnya.
LAGG terdiri dari empat sublaboratoria, yakni: (1) terowongan angin kecepatan rendah yang berbentuk sirkuit tetutup dan diperlengkapi dengan kotak uji yang dapat ditukar-tukar untuk berbagai keperluan, (2) terowongan angin kecepatan tinggi diperlukan antara lain untuk uji pesawat terbang, (3) lab dinamika penerbangan, dan (4) lab akustik dan getaran.
Yang jelas, IPTN Bandung telah memanfaatkan secara maskimal fasilitas-fasilitas yang ada di LAGG ini, baik untuk produk-produk pesawat/helikopter berlisensi atau produk-produk di mana IPTN turut berperan dalam perekayasaan awal seperti CN-235 (kerjasama dengan CASA Spanyol) dan N-250 (rancangan IPTN penuh).
Sementara itu, laboratorium sumberdaya dan energi (LSDE) yang relatif baru beroperasi, memiliki tugas- tugas di bidang pencarian energi alternatif, yang sangat strategis bagi masa depan bangsa ini. Kegiatan lab ini adalah memberi sumbangan pemikiran bidang energi, antara lain: (1) pilihan sumber daya energi yang memiliki dampak segera bagi pembangunan nasional, seperti sumber daya angin, matahari, biomassa gasification dan liquification, (2) mengembangkan sumberdaya masa depan seperti hidrodinamika magnetis dan konversi tenaga panas laut, (3) penelitian tentang penghematan energi di berbagai bidang, dsb.
Sebagai proyek yang tergolong idealis di bidang pengembangan iptek dan tergolong elit Puspiptek, dilengkapi fasilitas-fasilitas penunjang yang baik, yang bisa menarik minat berbagai ahli dan peneliti untuk bergabung di dalamnya, antara lain perumahan, listrik, air, telepon, sarana peribadatan semua golongan agama, sarana pendidikan dari tingkat TK hingga SLTA, Pusat perbelanjaan, sistem pengolahan limbah, sistem pendingin mesin-mesin, dsb.
Makna Puspiptek
Bagi negara besar seperti Indonesia, yang mulai serius meletakkan iptek sebagai komponen penting pembangunannya proyek elit seperti Puspiptek ini memiliki makna yang strategis. Tidak sekadar sebagai etalase atau simbol bahwa telah ada, tetapi tentu dalam kapasitas kerjanya yang maksimal, ia merupakan pendukung sistemik dalam proses pembangunan bangsa dan khususnya pengembangan dunia iptek (terapan) di Indoensia.
Namun sebagai catatan, sebagaimana dikemukakan di awal tulisan ini, sekalipun penting Puspiptek ini bukanlah satu-satunya lembaga pengembangan iptek di Indonesia, dan tentu tidak berhak mendikte yang lainnya. Di luar itu, masih ada lembaga-lembaga independen yang berjasa besar dalam pengembangan iptek, seperti perguruan-perguruan tinggi, ataupun badan badan usaha yang mengembangkan iptek yang relevan dengan bidang mereka. Tentulah diharapkan tumbuh jaringan yang koordinatif di antara mereka, yang saling memperkaya masing-masing pihak dan sedapat mungkin menghindari kejumbuhan-kejumbuhan yang memboroskan (Anto Prabowo-28).
Sumber: tidak dikenali medianya, 10 Juni 1993