Aplikasi penyedia layanan solusi, Qlue, kembali mendapat penghargaan dari organisasi internasional. Awal Oktober lalu, perusahaan rintisan asal Indonesia ini berhasil memenangi kategori Best Mobility Project dalam perlombaan Kota Cerdas Dunia yang diselenggarakan oleh The World’s Smart Cities Organizations di London, Inggris.
Menurut pendiri sekaligus CEO Qlue Rama Raditya, aplikasi yang sudah berdiri sejak 2014 ini dinilai oleh panitia seleksi sebagai aplikasi paling berdampak bagi publik.
Qlue dianggap efektif untuk mengurangi titik banjir sebesar 94 persen, meningkatkan performa pemerintahan sejumlah 61,4 persen, dan menaikkan kepercayaan publik terhadap pemerintah sebanyak 47 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
KOMPAS/DENTY PIAWAI NASTITIE–Rama Raditya
”Dalam ajang tersebut, Qlue mengalahkan 300 perusahaan rintisan lain di seluruh dunia,” kata Rama saat dihubungi, Jumat (19/20/2018).
Sebelumnya, Qlue pernah mendapatkan penghargaan, antara lain The Best Application in Indonesia oleh Google Play Store Karya Anak Bangsa pada 2015, Grand Finalist Startup World Cup in South East Asia pada 2016, dan Sustainable Development Award pada 2017.
Tak hanya dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, Qlue juga sudah bekerja sama dengan 15 pemerintah kota dan provinsi lain, kepolisian daerah serta kepolisian resor, Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Badan SAR Nasional, dan lain-lain.
”Kami juga sudah bekerja sama dengan kota-kota mandiri, seperti Sinarmas Land, Agung Sedayu Group, dan Ciputra,” ucap Rama.
Saat ini, Qlue tengah berkoordinasi dengan pihak Istana Kepresidenan untuk membuat sistem pengintegrasian data lintas lembaga ataupun lintas kementerian. ”Harapannya, nanti Qlue bisa diterapkan di seluruh wilayah di Indonesia,” kata Rama.
Ia menambahkan, Qlue sedang menyusun pengembangan terkait kemampuan aplikasi untuk menerima aduan dari mesin yang diberi sensor khusus. Tujuannya, tidak hanya manusia yang bisa melapor. ”Misalnya, terkait curah hujan dan kualitas udara, yang melaporkan adalah alat,” ujar Rama.
”Kamera pengintai di tempat-tempat umum juga diproyeksikan akan diberi sensor khusus untuk merekam dan mendeteksi wajah. Dengan demikian, alat ini membantu polisi memburu pelaku kejahatan,” tutur Rama.
Beberapa kendala yang menurut Rama akan dihadapi terkait kesiapan fasilitas publik dan infrastruktur pendukung. Jika kedua hal itu telah terpenuhi, bukan tidak mungkin semua lembaga dapat memanfaatkan aplikasi pengaduan ini.
Sejak berdiri, Qlue telah menerima jutaan pengaduan dari masyarakat. Menurut data yang dihimpun dari laman resmi qlue.co.id sepanjang Oktober 2017 hingga Oktober 2018, ada 113.118 laporan kepada Pemprov DKI. Laporan tersebut terbagi atas laporan terkait permasalahan sampah sebanyak 20.767, terkait iklan liar sejumlah 20.440, dan terkait parkir liar sebanyak 12.438 laporan. Dari jumlah laporan tersebut, sebanyak 92.744 ditindaklanjuti oleh pemerintah.
KRISTI UTAMI UNTUK KOMPAS–Contoh hasil laporan masyarakat yang dilakukan melalui aplikasi Qlue. Laporan itu akan diterima oleh lurah sesuai dengan lokasi laporan.
Kehadiran Qlue menurut salah satu pengguna, Mariska Indriyani (25), sangat membantunya. ”Saya sudah menggunakan aplikasi Qlue sejak 2015. Selama ini, saya kerap menyampaikan pengaduan jika menemukan permasalahan, seperti sampah berserakan atau saluran air tersumbat, melalui Qlue,” papar warga Petamburan, Jakarta Pusat, itu.
Berdasarkan pengalaman Mariska, laporan yang diadukan cukup cepat direspons pemerintah. ”Ada juga laporan saya yang tidak ditanggapi. Tapi saya tetap melapor, ditanggapi ya bersyukur, kalau tidak ya paling tidak sudah melapor,” ucapnya.
Memetakan permasalahan
Kehadiran Qlue juga mendapatkan apresiasi dari Kepala Unit Pengelola Teknis Jakarta Smart City Setiaji. Menurut dia, Qlue sangat membantu pemerintah untuk bisa dengan cepat dan akurat menerima laporan warga. Dengan begitu, tindak lanjut juga bisa segera dilakukan.
”Kami juga bisa memetakan permasalahan di setiap wilayah dan melakukan pengembangan untuk menambahkan fasilitas yang belum ada di daerah tersebut,” ujar Setiaji.
Setiap hari Pemprov DKI Jakarta menerima 500 laporan dari Qlue. Laporan dari Qlue tersebut biasanya akan disampaikan kepada lurah di lokasi kejadian. Setelah itu, lurah akan menggerakkan petugasnya atau meneruskan kepada instansi terkait.
Saat ini, Pemprov DKI memiliki delapan kanal pengaduan resmi, antara lain melalui Twitter @DKIJakarta, Facebook Pemprov DKI Jakarta Balaiwargajakarta.go.id, Lapor 1708, Qlue, surat elektronik dki@jakarta.go.id, dan pengaduan langsung ke kecamatan.
Menurut Setiaji, aduan masyarakat yang masuk beragam, mulai dari persoalan sampah, parkir liar, iklan liar, kemacetan, hingga banjir. (KRISTI DWI UTAMI)–ADHI KUSUMAPUTRA
Sumber: Kompas, 19 Oktober 2018