Guru mengerahkan segala daya kreatif dan waktu agar pemelajaran jarak jauh tetap berjalan lancar. Mereka juga mengupayakan agar model belajar seperti itu tidak malah membebani siswa.
–Kebijakan belajar di rumah yang ditetapkan pemerintah terkait wabah Covid-19 dimanfaatkan SD Al Azhar 15 Pamulang, Tangerang Selatan, Banten untuk menggelar kegiatan belajar-mengajar secara daring, Selasa (17/3/2020).
Hampir tiga minggu pemelajaran jarak jauh sebagai konsekuensi pembatasan sosial karena pandemi Covid-19 berlangsung. Dengan segala siasat dan kreativitas, guru-guru mencoba menerapkan pemelajaran jarak jauh yang pas tanpa harus membebani para siswa.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Rosdiana Akmal Nasution, guru kelas 4A Sekolah Bogor Raya, mengaku sudah terbiasa menerapkan pemelajaran jarak jauh (PJJ) dalam jaringan (daring). Akan tetapi, PJJ selama tiga minggu karena pembatasan sosial akibat pandemi Covid-19 meninggalkan pengalaman berharga bagi dirinya.
Sebagai guru, sejak sore dia sudah mempersiapkan materi dan tugas. Dia menyusun materi ke dalam presentasi berupa Powerpoint atau video. Setelah itu, baik materi maupun tugas ia unggah ke Google Classrom. Pada malam hari, dia mengirim pesan kepada orang tua murid agar tidak lupa mengingatkan anak siap belajar daring pukul 08.00 pagi. Apabila ada tugas, orangtua diharap ikut memantau hingga anak mengunggah hasil penugasan ke sistem.
ARSIP PRIBADI—Rosdiana Akmal Nasution, guru kelas 4A Sekolah Bogor Raya
Sepuluh menit sebelum kelas dimulai pukul 08.00, Rosdiana sudah berpakaian rapi dan duduk di depan komputer. Dia siap mengajar. Dia kembali mengirim pesan kepada para orangtua murid agar menyiapkan anak mereka.
”Karena telah memasuki minggu ketiga PJJ dengan metode daring, siswa-siswa saya sudah paham pola belajar. Mereka tahu saya sebelum pukul 08.00 siap di (aplikasi) Zoom. Mereka tahu ketentuan saya bahwa PJJ harus diikuti dengan berpakaian rapi, duduk di depan meja belajar dan komputer, tidak boleh makan ketika berlangsung tatap muka di ruang virtual,” ujarnya saat dihubungi Selasa (7/4/2020), dari Jakarta.
Menurut Rosdiana, sepanjang pukul 08.00-09.00 merupakan waktu briefing. Setelah itu sampai pukul 12.00 adalah mengerjakan tugas. Lalu, pukul 13.00-14.00 adalah sesi tanya jawab. Selama kurun waktu mengerjakan tugas, dia pun tetap harus siap di depan komputer dan gawai karena ada kemungkinan ada anak yang bertanya, meskipun ada pula yang sifatnya pertanyaan tertulis.
”Tak ada waktu buat nyambi kegiatan lain. Intinya, saya, ya, harus selalu siap di depan komputer ataupun gawai. Seru sih, tetapi saya merasa rindu bonding dengan anak-anak secara langsung,” ujarnya.
ARSIP PRIBADI–Contoh materi belajar yang diberikan Devi Mariatul, guru SMK PGRI 1 Kediri.
Devi Mariatul, guru SMK PGRI 1 Kediri, juga mempunyai pengalaman tak kalah seru. Murid-muridnya sering kali konsultasi pelajaran sampai malam sehingga dia memutuskan membuat grup diskusi di Google Meet. Masalahnya, tidak semua siswanya tinggal di wilayah kota yang mempunyai kualitas jaringan internet yang bagus. Akibatnya, selama tiga minggu PJJ berjalan, Devi kerap mendapati siswanya terlambat mengumpulkan tugas. Meski demikian, ia tidak mempermasalahkan hal itu.
Dia mengungkapkan satu cerita haru selama PJJ. Ada salah seorang muridnya mengunggah video tugasnya dari pukul 18.00 sampai 22.00, tetapi kontennya susah terunggah. Dia menatap terus-menerus gawainya dan mencoba mencari tahu penyebab kesukaran. Hasilnya adalah videonya berdurasi terlalu panjang, sedangkan kuota internetnya sudah habis tanpa dia sadari.
”Kejadian seperti itu menimbulkan dilema untuk saya,” kata Devi.
Ada pula cerita lucu yang terjadi selama praktik membuat hand sanitizer di rumah masing-masing. Sesuai arahan pemerintah, PJJ perlu melibatkan belajar sesuai kondisi yang sedang terjadi di masyarakat sekarang. Salah seorang siswa beberapa kali salah pengucapan saat merekam proses tugas membuat hand sanitizer. Pengambilan gambar berlangsung hingga empat kali sehingga membuat orangtuanya deg-degan karena jumlah alkohol semakin terbatas. Akhirnya, si anak mengambil alkohol bekas khitanan.
Bersiasat
Suparman, guru Sejarah SMA Negeri 2 Jakarta Barat, menceritakan, selama hampir tiga minggu PJJ berjalan, dia lebih suka memanfaatkan grup Whatsapp untuk penyampaian materi dan diskusi. Sementara saat pelaporan tugas dan konsultasi, dia lebih nyaman memanfaatkan surat elektronik (surel).
Dia sering menyertakan tautan tayangan film pendek untuk mendukung belajar. Dia juga pernah mengimbau agar siswanya menonton kanal Youtube yang berisikan konten sejarah, seperti MetroTV ”Melawan Lupa-Jalan Merdeka Jenderal Sudirman”. Setelah murid menonton, Suparman meminta agar mereka menuliskan siapa tokoh sampai nilai-nilai yang bisa diambil. Hasilnya dikirim ke surel.
”Aplikasi pendukung PJJ melimpah, tetapi rata-rata guru terkesan baru mencoba sehingga belum fasih. Saya belum memanfaatkan aplikasi-aplikasi itu karena bagi saya, hal terpenting PJJ harus tetap terpenuhi dengan cara-cara kreatif apa pun. Hal yang harus selalu diingatkan ke siswa adalah PJJ untuk mendukung pembatasan sosial,” kata Suparman.
ARSIP PRIBADI–Endah Priyati, guru Sejarah SMA Negeri 12 Kota Bekasi
Endah Priyati, guru Sejarah SMA Negeri 12 Kota Bekasi, mengatakan, sebelum PJJ dengan metode daring dilaksanakan, dia memberikan motivasi dan tujuan. Dia selalu menekankan kepada murid prinsip PJJ sebagai merdeka belajar. Jarak dan tempat tidak menjadi halangan selama pemelajaran.
Selama mengajar, dia mengoptimalkan pemakaian Whatsapp dan Google Classroom. Lembar Kerja Siswa dikerjakan semampunya dengan batas waktu satu minggu. Apabila ada siswa yang cekatan mengerjakan, dia mengapresiasi dengan menayangkan di media sosial. Beberapa siswa yang tidak punya kuota internet cukup diperbolehkan mengerjakan tugas di buku tulis mereka, lalu dikumpul saat kelas tatap muka dibuka lagi.
Endah juga mengajak siswa memahami kondisi pandemi Covid-19. Selain imbauan terus-menerus menjaga kesehatan, siswa diperbolehkan membuat karya tulis bertemakan Covid-19. Karya tulis yang bagus rencananya akan dia dokumentasikan dulu, dipoles lebih baik, lalu dibuat menjadi konten komik. Endah sendiri memang pernah jadi peserta pameran komik tentang kebinekaan di Pusat Kebudayaan Soka Gakkai Indonesia.
Wijaya Kusuma, guru Teknologi Informasi Komunikasi SMP Labschool Jakarta, mengatakan, sebelum ada pembatasan sosial karena pandemi Covid-19, sekolah sudah memiliki platform pemelajaran daring, termasuk sistem absensi daring. Dia pun telah mengunggah materi bahan ajar di blog pribadinya yang bernama wijayaslab.com sehingga anak-anak dimudahkan.
”Total siswa saya sekitar 32 orang dan sudah punya blog. Mereka bisa sekaligus latihan menulis bagus di blog mereka selama PJJ. Untuk memotivasi, saya memberikan contoh tulisan saya di blog pribadi ataupun Kompasiana,” ujarnya.
Salah satu tantangan PJJ adalah sikap disiplin. Menurut Wijaya, waktu belajar di kelas fisik ataupun virtual sama, yaitu pukul 08.00. Namun, ada sejumlah siswa yang susah bangun pagi untuk mengikuti kelas.
”Saya mau tak mau kontak dan meminta bantuan orang tua,” ujarnya.
Biarkan kreatif
Ketua Umum Ikatan Guru Indonesia (IGI) M Ramli Rahim menceritakan, realitas di lapangan sempat muncul arahan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) bersama sejumlah pemerintah daerah agar PJJ memakai aplikasi edukasi yang sudah tersedia, seperti RuangGuru dan Zenius. Model seperti itu dinilai menghilangkan proses pemelajaran tatap muka langsung antara guru dan siswa.
Persoalan kedua yang muncul adalah mahalnya biaya dan ketersediaan kuota data internet. Permasalahan berikutnya adalah tidak semua guru mempunyai kemampuan menyelenggarakan PJJ dengan metode daring secara penuh.
Untuk mengatasi persoalan mahalnya biaya dan ketersediaan kuota, Ramli menyarankan agar anggaran pemerintah, seperti Kemdikbud, diarahkan untuk membantu. Dia mengakui kucuran dana bantuan operasional sekolah (BOS) sudah turun, tetapi semestinya pemerintah memiliki aturan jelas soal itu.
Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kemdikbud Supriano, Selasa (31/3/2020), di Jakarta, menyampaikan, pihaknya telah meluncurkan laman Guruberbagi.kemdikbud.go.id. Melalui laman ini, guru dan penggerak pendidikan bisa saling berbagi rencana pelaksanaan pemelajaran dan inspirasi praktik PJJ.
Laman Guru Berbagi terdiri tiga fitur, yaitu Berbagi Rencana Pelaksanaan Pemelajaran, Berbagi Bacaan, dan Berbagi Aksi. Guru dan penggerak pendidikan bisa mengunggah rencana pelaksanaan pemelajaran sesuai dengan konteks asal masing-masing, memuat penjelasan dan instruksi, dan menyertakan bentuk penilaian formatif.
Oleh MEDIANA
Editor ALOYSIUS BUDI KURNIAWAN
Sumber: Kompas, 8 April 2020