Andi Hakim Nasoetion 65 tahun, Konsepnya Banyak Jadi Kebijakan Nasional

- Editor

Senin, 31 Maret 1997

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Visi Prof Dr Ir Andi Hakim Nasoetion yang sangat jauh dalam upayanya mengembangkan Institut Pertanian Bogor sebagai universitas unggulan yang mengkhususkan diri dalam bidang ilmu-ilmu dasar, ilmu kehidupan dan ilmu terapan pertanian dalam arti luas, banyak yang kemudian menjadi kebijakan nasional.

Pemikiran dan konsep-konsepnya seperti program penerimaan mahasiswa baru melalui seleksi bakat sejak di SLTA, program pendidikan terminal empat tahun, program pascasarjana yang menyangkut pendidikan Magister dan Doktor, telah dipraktekkan di mana-mana.
Demikian diungkapkan Rektor lPB Prof Dr Ir Soleh Solahuddin dan juga mantan Rektor IPB Prof Dr Ir AM Satari (1971-1978), dalam acara sambutan dan kenangan Ulang Tahun ke-65 Prof Dr lr Andi Hakim Nasoetion, yang juga Mantan Rektor IPB (1979-1987), Minggu (30/3) siang di ruang sidang Hotel Pangrango Bogor.

Siang itu dosen dan alumni jurusan statistika Famipa IPB menyelenggarakan acara Sarasehan Statistika dan Genetika Kuantitatif untuk memperingatinya. Sekitar 100 bekas mahasiswanya dan rekan sekerja Prof Andi dalam mengembangkan almamater, turut hadir dalam acara ini.
Andi Hakim Nasoetion didampingi istrinya Ir Amini (menikah tahun 1967), yang telah dikaruniai tiga putra-putri serta seorang cucu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Andi Hakim sendiri dalam kesempatan itu, hanya mengemukakan pidato singkat. Salah satu kesan mendalamnya antara lain adalah ketika mendapat tantangan dari Rektor IPB Prof Dr AM Satari untuk membuat program S1 dan mengupayakan menerima mahasiswa baru 1.000 orang.
Unit biometrika

Andi Hakim, menurut Soleh Salahudin, dikenal dalam jajaran para pakar ilmu-ilmu alam dan matematika khususnya statistika. “Kepakaran beliau dalam bidang statistika dan genetika kuantitatif sudah dibuktikan melalui kerja nyatanya meletakkan dasar berpikir kuantitatif untuk biologi,” paparnya.

Dunia biologi (khususnya pertanian) di Indonesia pada mulanya tidak begitu akrab dengan metode-metode kuantitatif. Awal usahanya diwujudkan dengan membentuk Unit Biometrika di Fakultas Pertanian pada tahun 1967, setelah menyelesaikan program doktor dalam bidang statistika dan genetika kuantitatif dari North Carolina State University.

“Para ahli biologi dan pertanian rasanya patut berterima kasih atas usaha tersebut,” tandas Soleh.

Keahlian Andi Hakim dalam genetika kuantitatif (khususnya pemuliaan tanaman), sempat juga diterapkan dalam dunia pendidikan. Tahun 1975, muncul gagasan untuk memanggil langsung siswa-siswa berbakat SLTA dari seluruh Indonsia untuk menjadi mahasiswa IPB tanpa melalui ujian saringan masuk.

Menurut Andi Hakim, secara genetis orang yang mempunyai kemampuan akademik tinggi akan selalu unggul di lingkungan apa pun. Tugas pendidikan adalah membuat potensi genetis itu dapat berkembang secara optimum.

”Program penelusuran siswa berbakat ini dilakukan IPB atas prakarsa Prof Andi, sampai ke pelosok-pelosok tanah air. Maka sejak itu jadilah IPB kumpulan perwakilan bangsa Indonesia dari Sabang-Merauke. Program ini selanjutkan diadopsi Departemen P dan K Dan sampai saat ini, IPB masih mempertahankan program yang diberi nama USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) ini.” kata Rektor IPB.

Pendidikan dasar
Kepedulian Prof Andi Hakim Nasoetion terhadap dunia pendidikan tidak hanya pada tingkatan perguruan tinggi. Pemikiran dan kerja nyatanya juga dicurahkan untuk tingkatan sekolah dasar dan sekolah menengah pertama dalam bidang matematika.

Sementara itu, Prof Dr Max Wulur, mantan Rektor IKIP Manado yang meraih gelar Doktor Statistika pada Program Pascasarjana IPB di bawah bimbingan Prof Andi Hakim dalam makalahnya berjudul Melek Statistika Untuk Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah di Indonesia pada sarasehan itu antara lain mengatakan, masuknya matematika dalam kurikulum SD, pengantar statistika dan teori peluang di sekolah lanjutan adalah hasil kepedulian Prof Andi Hakim di kedua jenjang pendidikan ini.

Dosen-dosen IKIP, menurut Max Wulur, pada umumnya adalah lulusan IKIP. Sangat sulit bahkan tidak mungkin seorang dosen lulusan IKIP dapat mengikuti pascasarjana di perguruan tinggi di luar IKIP.

“Sebagai Direktur Sekolah Pascasarjana IPB waktu itu, Prof Andi membuat terobosan baru dengan menerima sarjana lulusan IKIP. Beberapa tahun kemudian universitas lain di Indonesia juga membuka pintu gerbang pascasarjana untuk dosen-dosen lulusan IKIP,” demikian Max Wulur
Ungkapan kenangan selain disampaikan oleh Prof Satari, juga diungkapkan oleh Ketua Jurusan Statistika FMIPA IPB, Dr Ir Abdurauf Rambe, Prof Dr Ir Edi Guhardja, dan Ir Nur Azam Achsani. Sedang makalah dipaparkan oleh Prof Max Wulur, Dr Ir Hidayat Syarief dan Dr Ir Asep Saefudln, Dr Ahmad Bey dan Dr Memet Gunawan.

Pada acara ini, Andi Hakim juga menerima penghargaan atas jasa-jasanya sebagai pendiri, pembina dan pembaharu pendidikan statistika di Indonesia, keberhasilannya mengembangkan statistika dalam bidang pendidikan dan perenca naan pembangunan SDM lndonesia, serta keberhasilannya mengembangkan terapan statistika di bidang pertanian dan agrobinis di Indonesia. (pun)

Sumber: Kompas, 31 Maret 1997

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Seberapa Penting Penghargaan Nobel?
Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024
Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI
Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin
Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Berita ini 4 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:50 WIB

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:46 WIB

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:41 WIB

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:31 WIB

Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:22 WIB

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB