Ampas Tahu Pengganti “Styrofoam” Dapat HKI

- Editor

Selasa, 25 April 2017

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Karya ilmiah berjudul “Sintesa Materi dari Ampas Tahu sebagai Substitusi Styrofoam Kemasan” dari dua siswa kelas XI SMA Negeri 3 Denpasar, Siti Nurmalasari dan I Gusti Ngurah Kusadhara Prema Dyotavaro, mendapatkan sertifikat hak kekayaan intelektual (HKI) dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.

Pada temuan itu, limbah ampas tahu diproses dengan beberapa bahan untuk menghasilkan bentuk mirip styrofoam kemasan, tetapi lebih kuat dan ramah lingkungan. Keduanya juga bakal mewakili Indonesia di ajang The 3rd ASEAN Student Science Project Competition (ASPC) 2017 di Bangkok, Thailand, Oktober mendatang. Kepala Bidang Dinas Pendidikan Provinsi Bali I Wayan Susila pada acara penyerahan sertifikat yang berlaku selama 50 tahun itu, di Denpasar, Bali, Jumat (21/4), menyatakan, karya-karya siswa yang mendapatkan sertifikat HKI tersebut harus menjadi contoh. (AYS)

————————-

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Bersepeda Tekan Risiko Sakit Jantung dan Kanker

Studi terhadap 250.000 komuter di Inggris selama lima tahun menunjukkan, bersepeda ke tempat kerja menekan risiko kanker dan sakit jantung. Selama studi, 2.430 orang meninggal, 3.748 didiagnosis kena kanker dan 1.110 menderita gangguan jantung. Mereka yang bersepeda secara teratur, risiko kematiannya turun hingga 41 persen, risiko kanker turun 45 persen, dan risiko penyakit jantung turun sampai 46 persen. Mereka yang bersepeda rata-rata menempuh 48 kilometer er minggu. Makin jauh jaraknya, kian besar manfaatnya. Manfaat serupa dirasakan mereka yang mengombinasikan bersepeda dengan angkutan umum. “Ini bukti jelas bahwa kaum komuter yang bersepeda punya risiko rendah,” kata Jason Gill dari Universitas Glasgow, Kamis (20/4). Studi yang dipublikasikan di British Medical Journal itu tak menjelaskan pasti relasi sebab akibat bersepeda dengan rendahnya risiko kanker dan penyakit jantung. Manfaat itu tetap ada meski faktor rokok, diet, dan berat badan diperhitungkan. Namun, manfaat bersepeda menekan risiko kanker tak bisa disamakan dengan penurunan berat badan. Pesepeda umumnya lebih ramping meski berat badan tak berkurang dan peradangan di tubuh lebih rendah. Manfaat bersepeda lebih besar dibandingkan berjalan kaki karena lebih lama dan intensif. Jalan kaki menekan risiko sakit jantung jika berjalan lebih dari 10 kilometer per minggu. (BBC/MZW)

————————

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 22 April 2017, di halaman 14 dengan judul “Kilas Iptek”.

——————–

BPPT Uji Pesawat Tanpa Awak “Alap-Alap”

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) berhasil menguji coba pesawat udara nirawak (PUNA) atau drone yang dinamai Alap-Alap PA4 di Nusawiru, Pangandaran, Banten, pekan lalu. Misi pesawat tersebut melakukan pemetaan dengan foto udara dan surveilans atau pengawasan. Pesawat dengan panjang 2 meter dan berbentang sayap 3,2 meter ini dilengkapi sistem kendali otopilot. Pada pengujiannya terbukti, drone Alap-Alap PA4 tersebut mampu terbang pada ketinggian di atas 1.500 meter selama 7 jam dengan total jarak jelajah 623 kilometer. Kawasan yang terpetakan seluas 750 hektar, menggunakan kamera beresolusi 13 sentimeter per piksel. Drone Alap-Alap PA4 sangat efisien dalam membantu pengawasan kawasan hutan, kawasan hutan seluas 1 juta hektar dapat dipetakan dalam 76 hari terbang. Saat ini BPPT sedang mengembangkan sistem pelontar katapul menyerupai panah besar dan pendaratannya di jaring. ”Dengan sarana itu, drone Alap-Alap dapat dioperasikan tanpa landasan pacu seperti di kapal patroli,” kata Kepala Program Drone BPPT Joko Purwono, Sabtu (27/5). (*/YUN)
—————–
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 29 Mei 2017, di halaman 14 dengan judul “Kilas Iptek”.
——————————-

Hutan Hujan Sumatera Warisan Dunia dalam Bahaya

Sidang Komite Warisan Dunia ke-41 sepakat mempertahankan hutan hujan tropis Sumatera sebagai Warisan Dunia dalam Bahaya. Sebab, hutan hujan di ekosistem Leuser penting bagi dunia, tetapi menghadapi ancaman. Koordinator Komunikasi Leuser Ecosystem, Leoni Rahmawati, menyampaikan hal itu, Jumat (7/7), di Jakarta. Panut Hadisiswoyo, pendiri dan Direktur Orangutan Information Centre, yang juga juru bicara masyarakat sipil pada pertemuan Komite Warisan Dunia, mengatakan, “Komite Warisan Dunia memastikan perlu tindakan tegas mengatasi ancaman terhadap hutan hujan warisan dunia di Sumatera.” Hutan hujan tropis Sumatera diajukan Pemerintah Indonesia sebagai Situs Warisan Dunia dan ditetapkan pada 2004. Hutan hujan dataran rendah dan lahan gambut di sekitar ekosistem Leuser itu jadi tempat orangutan, badak, harimau, dan gajah sumatera, hidup bersama di alam liar. Pada 2011, area itu masuk daftar Warisan Dunia dalam Bahaya karena pembalakan liar, perburuan, dan perluasan kelapa sawit. (*/AIK)
——————
Korban Perundungan Lebih Berpotensi Miliki Senjata

Perundungan di sekolah jadi masalah kesehatan publik yang kerap terabaikan. Di Amerika Serikat, 18-31 persen remaja jadi korban perundungan teman-temannya, baik perundungan tradisional secara lisan atau kekerasan fisik maupun perundungan siber lewat surat elektronik, media sosial, dan pesan singkat. Perundungan memicu depresi, kecemasan, dan kepercayaan diri randah. Korban perundungan lebih rentan terhadap trauma fisik dan mental, bunuh diri, dan penyalahgunaan obat. Studi Maayan Simckes, epidemiolog dari Universitas Washington, AS, menunjukkan, remaja 12-18 tahun korban perundungan punya akses dan peluang memiliki senjata tiga kali lebih besar daripada mereka yang bukan korban perundungan. Itu membuat mereka lebih berisiko melukai diri dan melakukan kejahatan ataupun kekerasan. “Namun, studi ini tak berarti perundungan pada remaja meningkatkan akses mereka pada senjata,” kata Simckes, Sabtu (1/7). Masalah itu bisa dicegah melalui kampanye pendidikan, dialog di sekolah, rumah, pusat kesehatan, dan kebijakan publik. (LIVESCIENCE/MZW)
——————-
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 8 Juli 2017, di halaman 14 dengan judul “Kilas Iptek”.
———————

148 Kg Gading Gajah Afrika Disita di Thailand

Gading gajah Afrika seberat 148 kilogram disita petugas Bea dan Cukai di bandara Bangkok pada Jumat (5/1). Di antara gading itu terdapat tiga gading berukuran besar yang bernilai 469.800 dollar AS (sekitar Rp 6 miliar). Menurut Jenderal Chalermkiat Srivorakan, Jumat (12/1), gading- gading itu berasal dari Nigeria dan akan dikirim ke China. Permintaan gading di China tinggi. Somkiat Soontornpittakkool, pejabat dari Department of National Parks, Wildlife and Plant Conservation Thailand, mengatakan, ”Ini diambil dari gajah yang amat besar yang sudah sulit ditemukan di Afrika.” Thailand merupakan pasar gelap gading terbesar di dunia. Pada 2014 dan 2015, muncul peraturan untuk pasar domestik dan mengkriminalisasikan perdagangan gading asal Afrika.
———————-
Variasi Genetik Ikan Salmon Menyusut

Ikan salmon chinook (Oncorhynchus tshawytscha), spesies ikonik dari perairan Pasifik bagian barat laut, telah kehilangan dua pertiga keragaman genetik mereka dalam 7.000 tahun terakhir. Studi ini dipublikasikan Bobbi M Johnson dari Wenatchee Valley College, Amerika Serikat, dan tim di jurnal Plos One pada 10 Januari 2018. Ini karena kerusakan habitat dan penangkapan berlebih. Studi ini dilakukan dengan membandingkan genetika 346 fosil salmon di situs arkeologi Indian-Amerika yang berumur 7.000 tahun dengan 366 sampel salmon yang ada saat ini. Hasilnya, sebagian besar variasi DNA salmon kuno tidak ditemui lagi saat ini. Padahal, keragaman genetik merupakan kunci dari kesuksesan adaptasi suatu spesies dalam menghadapi perubahan lingkungan. (PLOS.ORG/AIK)

Sumber: Kompas, 13 Januari 2018
———————-

Gempa M 4,9 Melanda Bengkulu Utara

Gempa tektonik kembali terjadi di Samudra Hindia, sebelah barat Bengkulu. Gempa pada Minggu (14/1) pukul 11.53 WIB itu berkekuatan M 4,9 dengan episenter di laut jarak 54 kilometer barat daya Kota Ketaun, Bengkulu Utara, kedalaman 49 kilometer. Kepala Bidang Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Daryono mengatakan, ditinjau dari kedalamannya, ini termasuk gempa dangkal akibat deformasi di lengan lempeng Indo-Australia yang tersubduksi di bawah Lempeng Eurasia. ”Berdasarkan peta guncangan, dampaknya dirasakan sampai Bengkulu Utara dan Kota Bengkulu skala intensitas II MMI. Gempa belum berpotensi memicu kerusakan,” ujarnya. (AIK)
—————–
Wisata Pengamatan Satwa Dikembangkan

Kabupaten Banggai Kepulauan, Sulawesi Tengah, menyimpan keragaman satwa endemik. Kini masyarakat di sekitar habitat satwa-satwa yang terlibat upaya konservasi menikmati manfaatnya lewat wisata pengamatan satwa. Satwa endemik yang hidup di Pulau Peling, Kabupaten Banggai, antara lain burung gagak banggai (Corvus unicolor), kuskus peling (Stigocuscus pelingensis), tarsius peling (Tarsius pelengensis), dan gosong sula (Megapodius bernsteinii). Penasihat Lembaga Adat Togong Tonga, Kecamatan Buko, Siwanto Tokila, mengatakan, warga terlibat dalam konservasi satwa endemik di area itu sejak 2007. ”Warga tak lagi berburu dan jadi pemandu wisata pengamatan satwa,” kata Siwanto di Palu, Jumat (12/1). (VDL)

Sumber: Kompas, 15 Januari 2018
———————

Tumbuhan Berbunga Ubah Lanskap Bumi

Tumbuhan berbunga atau angiosperma mencapai 90 persen dari seluruh jenis tumbuhan di Bumi. Dominasi itu baru terjadi 150 juta tahun lalu. Sebelumnya, tumbuhan runjung (konifer) dan pakis yang dominan. Tumbuhan bunga cepat menyebar dan mengubah lanskap Bumi dari hijau gelap jadi penuh warna bunga yang cerah. Bagaimana proses tumbuhan berbunga mengungguli tumbuhan runjung dan pakis jadi perdebatan selama berabad-abad, termasuk oleh ahli evolusi Charles Darwin. Studi Kevin Simonin dari Universitas Negeri San Francisco, AS, baru-baru ini menjawab misteri itu. Hasilnya, dominasi itu dipicu ukuran genom (seluruh informasi generik pada satu sel satu organisme) tumbuhan berbunga yang lebih kecil. ”Ini benar bergantung ukuran sel dan bagaimana sel yang kecil itu menjaga komponennya sepanjang hidupnya,” kata Simonin, Minggu (14/1). (BBC/MZW)
—————–
Harimau Semakin Terfragmentasi

Harimau di India tengah kehilangan 95 persen wilayah jelajahnya karena pembangunan jalan raya dan populasi yang menghambat pergerakan antarkantong. Demikian diberitakan sciencedaily.com, Kamis (11/1). Pembangunan tak terencana baik mengancam hilangnya koneksi antarwilayah harimau dan meningkatkan ancaman untuk punah. Untuk mempertahankan populasi, harimau harus dikelola dalam sebuah jaringan, yaitu wilayah-wilayah yang terhubung dengan koridor. Studi dilakukan sejumlah peneliti dari National Centre for Biological Sciences (NCBS), The Wildlife Conservation Trust, The Foundation for Ecological Research, Advocacy and Learning, dan The University of Montana. Mereka mengumpulkan informasi genetik dari kotoran harimau. ”Saat ini tak ada gerakan harimau dan pertukaran genetik antarwilayah,” ujar Prachi Thatte, a PhD, mahasiswa laboratorium Dr Uma Ramakrishnan, pelapor utama, di NCBS. (SCIENCEDAILY/ISW)

Sumber: Kompas, 16 Januari 2018

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Seberapa Penting Penghargaan Nobel?
Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024
Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI
Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin
Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Berita ini 45 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:50 WIB

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:46 WIB

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:41 WIB

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:31 WIB

Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:22 WIB

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB