Sejak 1970-an, bukti kemungkinan adanya air di Mars telah diketahui. Namun, hingga kini, wujud air berbentuk cair itu belum didapat. Penemuan aliran air asin di Mars yang diumumkan Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA), Senin (28/9), pun belum bisa membuktikan secara nyata adanya air cair di Mars.
Kemungkinan adanya aliran air asin di Mars itu diperoleh dari analisis citra garis-garis gelap berulang di lereng Mars. Garis gelap itu memiliki lebar 0,5-5 meter dan memanjang hingga ratusan meter menuruni lereng Mars.
Di daerah lintang menengah Mars, garis itu muncul di awal musim semi dan hilang saat musim gugur dan dingin. Di khatulistiwa Mars, garis gelap berulang tampak sepanjang tahun, tetapi hanya di daerah yang banyak terpapar sinar Matahari.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Citra itu diperoleh dengan kamera Eksperimen Ilmiah Pencitraan Resolusi Tinggi (HiRISE) di wahana Pengorbit Pengintai Mars (MRO) milik NASA pada 2011. Citra itu dianalisis Lujendra Ojha dari Institut Teknologi Georgia di Atlanta, AS, dan tim yang menyimpulkan garis gelap berulang saat temperatur Mars hangat itu adalah aliran air.
Namun, keberadaan air cair di Mars belum bisa langsung dibuktikan. “Kami belum punya alat pendeteksi air. Namun, adanya aliran air jadi dugaan terbaik untuk menjelaskan garis gelap berulang itu,” kata ahli geologi keplanetan Universitas Arizona AS, Alfred McEwen.
Dugaan aliran air asin didapat dari analisis mineral di bekas aliran air itu memakai instrumen MRO lain, yakni Spektrometer Pencitraan Kompak untuk Mars (CRISM). “Di bekas aliran air itu ditemukan spektrum garam terhidrasi atau garam mengering,” kata Ojha.
Endapan garam kering itu berasal dari air cair. Namun, CRISM tak bisa mengamati aliran airnya langsung. CRISM mengamati Mars di waktu terkering, pukul tiga sore waktu Mars, saat semua cairan di permukaan Mars menguap.
Namun, garam di Mars itu bukan seperti garam dapur atau natrium klorida yang kita kenal. Garam yang diamati di Mars berupa perklorat, senyawa yang tersusun dari unsur klorin. Adanya garam perklorat itu membuat titik beku air turun dari nol derajat celsius jadi minus 70 derajat celsius. Artinya, aliran air asin di Mars tak cepat beku.
Sebaliknya, adanya garam itu meningkatkan titik penguapan air di Mars. Artinya, proses penguapan air secara cepat bisa ditahan dan cukup waktu bagi air untuk mengalir. “Garam meningkatkan stabilitas air di Mars,” kata Ojha.
Lantas, dari mana air asin yang mengalir itu berasal? Ojha dan tim belum bisa memastikan asalnya. Salah satu kemungkinan, air itu berasal dari udara karena perklorat menyerap air di atmosfer. Namun, tak diketahui berapa banyak garam diperlukan hingga menimbulkan aliran air. Kemungkinan lain, aliran air dari mencairnya es di permukaan atau dekat permukaan Mars. Bisa juga dari pelepasan air dari akuifer (lapisan air) di Mars.
Peluang kehidupan
Pengamatan sejumlah wahana, termasuk Mariner 9 yang pertama kali mengorbit Mars pada 1971, menunjukkan di awal pembentukan Mars miliaran tahun lalu, planet itu hangat dan basah, ada sungai dan laut, hingga bisa menopang kehidupan mikroba di beberapa bagian.
Namun, kini, Mars amat dingin dan kering. Suhu rata-rata Mars mencapai minus 63 derajat celsius sehingga air akan selalu dalam kondisi beku. Rendahnya gravitasi, tipisnya atmosfer, membuat air cepat mendidih, menguap, dan lenyap ke angkasa. Karena itu, kemungkinan ada air cair di Mars kini jadi pertanyaan besar ilmuwan.
Hal itu membuat penemuan aliran air asin di Mars di sambut gembira banyak kalangan. Itu meningkatkan peluang ada kehidupan sederhana di Mars sekarang. Selain itu, aliran air itu bisa untuk mengidentifikasi sumber dan persediaan air guna memudahkan kolonisasi manusia di Mars nantinya.
“Keberadaan air itu akan menurunkan biaya pengiriman manusia ke Mars dan meningkatkan ketahanan mereka selama di Mars,” kata Mary Beth Willhelm dari Pusat Riset NASA Ames, di California, AS.
Meski air adalah sumber kehidupan, temuan itu bukan berarti ada kehidupan di Mars. Ojha mengatakan, air asin perklorat punya karakter berbeda dengan air asin yang dikenal di Bumi. Air asin itu tak mudah mendukung organisme di Mars.
Jika air yang mengalir adalah air asin perklorat jenuh, kehidupan seperti di Bumi tak akan mampu bertahan. John Grunsfeld, administrator di Direktorat Misi Keilmuan NASA, mengatakan, mikroba akan memilih hidup di dekat kutub Mars atau jauh di bawah permukaan Mars yang punya gletser air tawar yang sempat mencair, tak langsung menguap.
Namun, Peter Grindrod dari Badan Antariksa Inggris mengingatkan, walau ada air cair di Mars, tak membuat misi pengiriman manusia yang direncanakan pada 2030-an, bisa langsung dilakukan. “Keberadaan air cair justru membuat pesawat untuk mengirim manusia ke Mars tak bisa disterilkan. Sterilisasi diperlukan sebagai jaminan manusia tak akan mengontaminasi lokasi pendaratan itu,” ujarnya.
Itu berarti jalan manusia menuju kolonisasi di Mars masih panjang. Banyak upaya harus dilakukan agar manusia bisa hidup dengan aman di Mars. Ketersediaan air saja tak cukup karena banyak batasan teknik, fisik, dan biologi yang harus diperhatikan. (SPACE/BBC–M ZAID WAHYUDI)
—————————–
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 2 Oktober 2015, di halaman 14 dengan judul “Mencari Sumber Kehidupan Mars”.