Alat Riset Tertahan di Bea Cukai

- Editor

Senin, 18 April 2011

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Bantuan dari luar negeri berupa peralatan untuk penelitian banyak yang mubazir, karena akhirnya tidak bisa digunakan. Bukan karena peralatan itu tidak dibutuhkan, tetapi karena pihak perguruan tinggi tidak bisa mengambil peralatan itu karena tidak mampu membayar kepada pihak Bea Cukai.

Keluhan itu disampaikan Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Profesor Susamto Somowiyarjo, Sabtu (16/4) di Yogyakarta.

”Kami tak bisa mengambil karena harus membayar mahal kepada pihak Bea Cukai,” katanya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Susamto mencontohkan, tahun 1980-an UGM pernah mendapat bantuan hibah alat penganalisa asam amino (amino acid analyzer) dari Jepang. Namun, barang itu tak bisa diambil karena pihak universitas diminta membayar sejumlah uang. Hingga saat ini barang itu tak diketahui nasibnya di pelabuhan.

Tahun 2011, hal serupa dialami entomolog Fakultas Pertanian UGM, Suputa. Menurutnya, UGM juga mendapat bantuan hibah kotak spesimen serangga dari Australia, tapi barang itu tertahan di Bea Cukai dan belum bisa diambil karena proses birokrasi yang rumit.

”Kami diminta membuat surat keterangan bermacam-macam, serta membayar sejumlah uang. Karena terlalu mahal, kotak-kotak spesimen serangga itu belum bisa kami ambil,” kata Suputa.

Kotak-kotak spesimen serangga hibah dari Australia dibutuhkan untuk memajang berbagai macam spesimen serangga dan bukan untuk diperjualbelikan. Dalam kuliah, mahasiswa mempelajari jenis-jenis serangga melalui spesimen-spesimen yang terpasang dalam kotak serangga. Kotak serangga juga diperlukan untuk memajang berbagai macam spesies serangga di museum.

”Kalau harus membuat sendiri kotak-kotak serangga, biayanya mahal. Karena itu, bantuan hibah dari Australia itu sebenarnya sangat kami butuhkan,” ujarnya.

Menurut Suputa, banyak barang impor yang secara finansial menguntungkan mudah masuk ke Indonesia. Akan tetapi, bantuan-bantuan hibah untuk kebutuhan riset dan penelitian justru ”dipersulit” masuk.

”Rupanya kebijakan-kebijakan yang ada belum mendukung pengembangan teknologi dalam negeri,” katanya.

Menanggapi hal ini, pekan lalu Wakil Menteri Pertanian Bayu Krisnamurthi mengatakan, Kementerian Pertanian siap membantu masuknya bantuan hibah alat-alat penelitian dari luar negeri. (ABK)

Sumber: Kompas, 18 April 2011

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Seberapa Penting Penghargaan Nobel?
Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024
Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI
Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin
Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Berita ini 1 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:50 WIB

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:46 WIB

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:41 WIB

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:31 WIB

Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:22 WIB

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB