Bantuan dari luar negeri berupa peralatan untuk penelitian banyak yang mubazir, karena akhirnya tidak bisa digunakan. Bukan karena peralatan itu tidak dibutuhkan, tetapi karena pihak perguruan tinggi tidak bisa mengambil peralatan itu karena tidak mampu membayar kepada pihak Bea Cukai.
Keluhan itu disampaikan Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Profesor Susamto Somowiyarjo, Sabtu (16/4) di Yogyakarta.
”Kami tak bisa mengambil karena harus membayar mahal kepada pihak Bea Cukai,” katanya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Susamto mencontohkan, tahun 1980-an UGM pernah mendapat bantuan hibah alat penganalisa asam amino (amino acid analyzer) dari Jepang. Namun, barang itu tak bisa diambil karena pihak universitas diminta membayar sejumlah uang. Hingga saat ini barang itu tak diketahui nasibnya di pelabuhan.
Tahun 2011, hal serupa dialami entomolog Fakultas Pertanian UGM, Suputa. Menurutnya, UGM juga mendapat bantuan hibah kotak spesimen serangga dari Australia, tapi barang itu tertahan di Bea Cukai dan belum bisa diambil karena proses birokrasi yang rumit.
”Kami diminta membuat surat keterangan bermacam-macam, serta membayar sejumlah uang. Karena terlalu mahal, kotak-kotak spesimen serangga itu belum bisa kami ambil,” kata Suputa.
Kotak-kotak spesimen serangga hibah dari Australia dibutuhkan untuk memajang berbagai macam spesimen serangga dan bukan untuk diperjualbelikan. Dalam kuliah, mahasiswa mempelajari jenis-jenis serangga melalui spesimen-spesimen yang terpasang dalam kotak serangga. Kotak serangga juga diperlukan untuk memajang berbagai macam spesies serangga di museum.
”Kalau harus membuat sendiri kotak-kotak serangga, biayanya mahal. Karena itu, bantuan hibah dari Australia itu sebenarnya sangat kami butuhkan,” ujarnya.
Menurut Suputa, banyak barang impor yang secara finansial menguntungkan mudah masuk ke Indonesia. Akan tetapi, bantuan-bantuan hibah untuk kebutuhan riset dan penelitian justru ”dipersulit” masuk.
”Rupanya kebijakan-kebijakan yang ada belum mendukung pengembangan teknologi dalam negeri,” katanya.
Menanggapi hal ini, pekan lalu Wakil Menteri Pertanian Bayu Krisnamurthi mengatakan, Kementerian Pertanian siap membantu masuknya bantuan hibah alat-alat penelitian dari luar negeri. (ABK)
Sumber: Kompas, 18 April 2011