Pencegahan Kanker Belum Jadi Prioritas

- Editor

Kamis, 5 Februari 2015

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Kebiasaan Merokok Mempercepat Perkembangan Sel
Kanker merupakan penyakit tidak menular yang menyebabkan kematian nomor tiga di Indonesia setelah stroke dan penyakit jantung. Jumlah kasus kanker tertinggi yang diderita adalah kanker payudara dan kanker serviks pada kaum perempuan.


Padahal, kanker sebenarnya bisa dicegah jika dideteksi sejak dini.
Kementerian Kesehatan mencatat, prevalensi kanker 1,4 per 1.000 penduduk pada 2013. Kanker payudara terbanyak diderita perempuan dengan prevalensi 40 per 100.000 penduduk, disusul kanker serviks dengan prevalensi 10 per 100.000 jiwa. Adapun kanker paru-paru lebih banyak diderita pria dengan prevalensi 26 per 100.000 jiwa. Di Rumah Sakit Kanker Dharmais, Jakarta, pada 2005-2007, ada 2.480 kasus baru kanker payudara dan 1.229 kasus kanker serviks.

Secara global, tiap tahun diperkirakan ada 12 juta penderita kanker, dan 7,6 juta di antaranya meninggal. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memprediksi, pada 2030 jumlah kasus kanker 26 juta orang dan 17 juta di antaranya meninggal.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

”Kanker adalah penyakit gaya hidup sehingga bisa dicegah dengan menerapkan pola hidup sehat. Perlu deteksi dini agar tahu risiko kanker,” kata Menteri Kesehatan Nila F Moeloek pada peringatan Hari Kanker Sedunia, Rabu (4/2), di Jakarta.

Deteksi dini pada kanker leher rahim atau serviks bisa dengan metode IVA (inspeksi visual dengan asam setat). Pengobatannya bisa dilakukan dokter umum. Adapun kanker payudara dideteksi lewat pemeriksaan klinis. Program dicanangkan Kementerian Kesehatan sejak 2008.

Dokter spesialis kanker payudara Denni Joko Purwanto mengatakan, ketakutan pasien saat terdeteksi mengidap kanker banyak terjadi. Padahal, saat terdeteksi pada stadium I, pasien bisa disembuhkan. Deteksi dini mencegah kanker lebih parah sehingga pasien tak harus dioperasi, kemoterapi, dan tak perlu kehilangan payudara seperti pada pasien kanker stadium lanjut.

Namun, menurut Direktur Utama RS Kanker Dharmais, Jakarta, Sonar Soni Panigoro, pasien umumnya datang ke RS pada stadium lanjut. ”Jadi, prioritas pemerintah harus diubah dari mencegah penyakit menular jadi pencegahan penyakit tak menular seperti kanker,” ujarnya.

Sejak program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) diterapkan pada 1 Januari 2014, pemerintah menanggung biaya terapi kanker Rp 300 juta per orang setiap tahun. Biaya terapi kanker menyerap dana sekitar Rp 5,6 triliun atau sepertiga dana JKN pada 2014. ”Biaya itu bisa ditekan jika pencegahan dan deteksi dini kanker digalakkan,” kata Sonar.

Hidup sehat
Nila menjelaskan, perilaku hidup sehat menjadi langkah awal mencegah kanker. Hidup sehat meliputi, beraktivitas fisik teratur, mengonsumsi makanan bergizi seimbang (cukup buah dan sayur), serta mengelola stres. Penyebab kanker antara lain kebiasaan merokok, minum alkohol, kegemukan, pola makan tak seimbang, tak menyusui, dan melahirkan di atas usia 35 tahun.

Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan Mohamad Subuh menargetkan, angka kasus kanker di Indonesia bisa ditekan hingga prevalensi di bawah 1 per 1.000 jiwa pada 2019. Namun, pencegahan dan terapi kanker terkendala harga obat mahal dan fasilitas terapi terbatas. Selain itu, hanya sejumlah kanker bisa dideteksi dini, yakni kanker payudara, kanker rahim, dan kanker retinoblastoma atau mata.

Ketua Komite Penanggulangan Kanker Nasional Soehartati G menyatakan, penanganan kanker mesti terintegrasi dengan melibatkan pemerintah, swasta, dan masyarakat. ”Kanker bisa dicegah, dideteksi dini, diobati, atau dikontrol dengan terapi tepat. Pasien berhak mendapat mutu hidup lebih baik,” ujarnya.

Menurut Direktur Medik dan Keperawatan RS Kanker Dharmais Bambang, masyarakat bisa melindungi diri dari kanker dengan hidup sehat. Namun, kebiasaan merokok dan minimnya kesadaran deteksi dini kanker mengakibatkan angka kematian akibat kanker payudara dan kanker serviks tinggi.

Bambang menambahkan, gaya hidup tak sehat, seperti merokok, menurunkan daya tahan tubuh sehingga sel kanker berkembang lebih cepat pada pasien. Pada kanker serviks, merokok menyebabkan virus penyebab kanker itu, human papillomavirus (HPV), sulit diatasi. Untuk itu, Sonar menyatakan, pemerintah perlu membatasi iklan rokok karena rokok jadi salah satu penyebab utama kanker. (B07/B08)

Sumber: Kompas, 5 Februari 2015

Posted from WordPress for Android

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Seberapa Penting Penghargaan Nobel?
Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024
Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI
Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin
Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Berita ini 2 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:50 WIB

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:46 WIB

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:41 WIB

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:31 WIB

Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:22 WIB

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB