Balita Pemalu Rentan Alami Kecemasan Saat Besar

- Editor

Sabtu, 20 Desember 2014

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Sebanyak 15-20 persen bayi dan anak balita menunjukkan perilaku pemalu dan menarik diri dari lingkungan, seperti lebih suka menyendiri saat berada di taman bermain atau bereaksi negatif terhadap rangsangan baru saat bayi.


Ketika berusia 7 tahun, mereka umumnya menunjukkan gangguan kecemasan. Meski demikian, gangguan itu tak akan berkembang selama anak punya hubungan emosional kuat dengan pengasuhnya, khususnya orangtua. ”Ikatan emosi kuat akan membuat anak merasa terlindungi,” kata Erin Lewis-Morrarty, peneliti perkembangan anak di Universitas Maryland, Amerika Serikat, Kamis (18/12). Risiko mengalami kecemasan pada anak laki-laki lebih besar dibandingkan anak perempuan. Budaya kurang bisa menerima anak laki-laki pemalu dibandingkan perempuan membuat mereka lebih mudah cemas. (LIVESCIENCE/MZW)
—————————
Korteks Entorhinal, Kompas di Dalam Otak

Peneliti Universitas College London, Inggris, menemukan daerah di otak yang berperan sebagai penunjuk arah atau kompas. Bagian itu disebut korteks entorhinal yang tak hanya berperan memahami arah yang akan dituju, tetapi juga memutuskan arah yang harus dipilih saat ingin menuju lokasi baru. Mereka yang punya sinyal kuat di bagian korteks entorhinal jadi penunjuk arah atau navigator yang baik. ”Studi pada sopir taksi di London menunjukkan, hal pertama yang mereka lakukan saat keluar jalur adalah mencari arah kembali ke jalur itu. Korteks entorhinal bertanggung jawab memperhitungkan arah,” kata Hugo Spiers, pemimpin riset, Jumat (19/12). Menurut peneliti lain, Martin Chadwick, kompas internal di dalam otak mengatur ulang saat seseorang bergerak di lingkungan tertentu. ”Jika ingin berbelok ke kiri, korteks entorhinal akan memprosesnya sehingga Anda menghadap ke kiri menuju arah sesuai,” katanya. Jika seseorang tersesat karena terlalu banyak mengambil belokan, itu karena otak gagal menyesuaikan diri. Riset itu diharapkan menjelaskan kebingungan menentukan arah yang kerap dialami penderita alzheimer atau demensia. (BBC/MZW)

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Sumber: Kompas, 20 Desember 2014

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 0 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB