Jean Marcel Tirole; Peraih Hadiah Nobel Ekonomi 2014

- Editor

Rabu, 15 Oktober 2014

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Apakah ini perusahaan asuransi atau ”hedge fund” (pengelola dana investasi)? Demikian pernah mantan Gubernur Bank Sentral Amerika Serikat Ben Bernanke mengomentari perusahaan AIG. Menjelang krisis ekonomi 2008, sejumlah bank investasi AS, juga AIG, turut bermain spekulatif. Akibatnya adalah kerugian besar yang memaksa negara memberikan dana talangan besar.

Ucapan Bernanke gambaran kejengkelan. Perusahaan asuransi yang harusnya hati-hati mengelola dana-dana bermain spekulatif di pasar uang dan merugi. Tidak hanya dana Pemerintah AS terkuras untuk menjaga too big to fail, tetapi aktivitas ekonomi terempas dahsyat.

Dampaknya adalah kelesuan ekonomi yang masih terasa dengan pengangguran di atas 6 persen di AS dan 10 persen di zona euro. Inilah buah dari penjualan surat berharga yang dipoles dengan alasan sektor perumahan AS sedang booming, ternyata tidak demikian.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

French economist Jean Tirole poses after a news conference at the Toulouse School of Economics in ToulouseIni satu contoh. Contoh lain, betapa harga emas melejit, harga minyak meroket, harga komoditas melonjak walau tidak didasarkan permintaan nyata di pasar. Pendongkrakan harga oleh para spekulan besar adalah penyebab dominan. Para pelaku yang terlibat termasuk perusahaan kaliber internasional.

Sebelum krisis 2008, Jean Marcel Tirole (61) sudah mendalami sektor keuangan AS. Dia dosen di Massachusetts Institute of Technology (MIT) karena itu dicekoki berita heboh keuangan sejak dekade 2000-an.

Ketika krisis ekonomi AS merebak tahun 2008, dia menganalisis sektor itu lagi. Tahun lalu, bersama Roland Benabou dari Princeton University, dia menulis tentang dampak kebijakan pemberian bonus besar yang mengacaukan sistem kerja perusahaan, mendistorsi keputusan dewan manajemen, dan menyebabkan kerugian signifikan dalam jangka panjang. Bonus menjadi hal terpenting bagi staf yang diraih dengan cara apa pun.

Tirole tercengang. Betapa industri keuangan AS berjalan tanpa aturan. ”Perbankan memang sulit diatur. Kami, para ekonom, harus memberikan perhatian lebih pada bidang ini,” kata Tirole, yang mengatakan bahwa pebisnis selalu lebih cerdas, karena itulah pemerintah memerlukan kerangka untuk mengimbangi kelihaian korporasi.

Pada tahun 2012, kepada media Perancis, Tirole mengatakan rasa heran betapa otoritas AS mendukung bank investasi hanya karena alasan tidak memiliki deposan kecil sehingga tidak wajib terkena peraturan bisnis. Sudah tanpa aturan, magnitudo perusahaan keuangan AS itu juga besar dan memberikan efek luar biasa secara global. Besar, dominan, dan dibiarkan liar. Itulah yang dia temukan.

Persaingan itu diperlukan
Di luar industri keuangan, Tirole juga menganalisis sektor industri lain, seperti telekomunikasi dan beberapa sektor lain. Dia menemukan eksistensi perusahaan besar atau segelintir perusahaan yang mendominasi pasar. Ditemukan tindakan semena-mena dengan mengenakan harga produk yang sangat jauh di atas biaya produksi demi untung besar.

Ada aksi pemblokiran pendatang baru. Dengan demikian, ada perusahaan yang eksis bertahan walau berkinerja buruk akibat pencegahan pendatang baru yang sebenarnya berpotensi produktif. ”Kehidupan kita sekarang memang dipengaruhi keberadaan perusahaan besar sepanjang masa,” kata Tore Ellingsen, Ketua Komite untuk Hadiah Nobel Ekonomi untuk Mengenang Alfred Nobel (Chairman of the Committee for the Prize in Economic Sciences in Memory of Alfred Nobel), Senin (13/10), di Stockholm, Swedia.

Banyak industri yang dikuasai oligopoli hingga monopoli dan menguasai dunia. Ini gambaran lain dalam perekonomian di mana saja. Jika dibiarkan tanpa aturan, sering kali menghasilkan dampak sosial tak diinginkan, seperti pengenaan harga lebih tinggi dari seharusnya.

Sejak pertengahan 1980-an dan seterusnya, Tirole memberikan napas baru pada riset bidang itu. Banyak peneliti dan pembuat kebijakan mencari prinsip umum untuk mengatasi ekses buruk monopoli untuk semua industri. Mereka mengadvokasi peraturan sederhana, seperti mendorong kebijakan pemerintah untuk memangkas harga untuk produk yang dihasilkan perusahaan monopolistik, mencegah persekongkolan, tetapi mengizinkan kolaborasi di antara perusahaan untuk memperkuat jaringan. Tirole menunjukkan peraturan seperti itu bisa berlaku pada kondisi tertentu, tetapi bisa mengganggu jika diterapkan di bidang lain.

Kebijakan pembatasan harga pada produk satu industri monopolistik bisa mendorong perusahaan besar mengurangi biaya produksi. Ini baik bagi konsumen, tetapi kebijakan ini tetap bisa membiarkan perolehan untung berlebihan. Ini tetap merugikan.

Regulasi terbaik atau kebijakan persaingan harus diadopsi berdasarkan kondisi spesifik sektor industri, demikian saran Tirole. Ia mempersembahkan sebuah teori atau kerangka umum untuk merancang kebijakan di beberapa sektor industri, mulai dari telekomunikasi hingga perbankan. Ia memberi pemerintah pemahaman yang bertujuan mendorong perusahaan bekerja lebih produktif dan pada saat bersamaan mencegah penghancuran perusahaan pesaing dan konsumen. Kelebihan Tirole, dia menuangkan sesuatu yang relevan.

”Kita memerlukan persaingan. Akan tetapi, itu tidak akan datang sendirinya. Karena itu, diperlukan kerangka akademis untuk menganalisis ini,” kata Tirole.

Atas alasan inilah, dia mendapatkan Hadiah Nobel Ekonomi 2014 dan akan menerima uang 8 juta krona Swedia, setara 1,1 juta dollar AS. ”Penghargaan tahun ini di bidang ekonomi adalah soal pencegahan perusahaan berkekuatan dahsyat,” kata Staffan Normark, Sekretaris Permanen dari Royal Swedish Academy of Sciences.

”Dia (Tirole) yakin, pasar tidak selalu efektif dan konstan berpikir bagaimana cara memperbaikinya,” ujar Robert Litan, peneliti dari The Brookings Institution, Washington.

”Dia membawa teori permainan modern hingga ke pertanyaan bagaimana kita memperbaiki regulasi,” kata Bengt Holmstrom, profesor ekonomi dari MIT yang pada tahun 2011 menulis bersama Tirole soal likuiditas di pasar uang AS.

Perancis berjaya
Tirole berterima kasih kepada lingkungan, istri, dan ibunya. Dia bangga karena dihargai. ”Hadiah ini langsung membuat saya teringat semua orang yang pernah menolong karier saya, khususnya almarhum Jean-Jacques Laffont. Dialah seharusnya yang layak menerima ini.”

Tirole mengenang Laffont yang wafat 10 tahun lalu dan berperan sebagai seorang sahabat, mentor.

Hadiah Nobel untuk Tirole membuat Perancis berbahagia. Ini penghibur bagi negara yang sedang dilanda kelesuan ekonomi. Jangan salahkan Tirole jika Perancis sedang dilanda resesi. Seperti kata Torsten Persson dari Komite Nobel, ”Politisi tidak selalu mau mendengar (ekonom).”

Tirole adalah warga Perancis kedua penerima Nobel Ekonomi setelah Maurice Felix Charles Allais (31 Mei 1911-9 Oktober 2010), penerima Hadiah Nobel Ekonomi 1988.

Warga Perancis lain, Patrick Modiano, juga meraih Hadiah Nobel Kesusastraan 2014.

Ekonom Perancis lain, Thomas Piketty, juga menghasilkan buku terlaris dunia sepanjang 2014 soal ketimpangan pendapatan dengan judul Capital in the Twenty-First Century. (AP/AFP/REUTERS)

—————————————————————————
Jean Marcel Tirole
? Status: Menikah
? Lahir: Troyes, Perancis, 9 Agustus 1953
? Jabatan:
– Ketua Dewan Jean-Jacques Laffont Foundation di Toulouse School of Economics
– Anggota Kehormatan American Economic Association, 1993
– Dosen di Toulouse School of Economics
? Pendidikan:
– Lulus sarjana teknik dari Ecole Polytechnique, Paris, 1976
– Lulus sarjana dari Ecole Nationale des Ponts et Chaussees, Paris, 1978
– Lulus doktor matematika dari Dauphine University, Paris, 1978
– Doktor ekonomi dari Massachusetts Institute of Technology (MIT), AS, 1981
? Penghargaan:
– Hadiah Nobel Ekonomi 2014 atas analisis tentang ”kekuatan pasar dan regulasi”
– Doktor Honoris Kausa dari Free University di Brussels, Belgia, 1989
– Menerima penghargaan Yrjo Jahnsson dari European Economic Association, 1993
– Menerima penghargaan Public Utility Research Center Distinguished Service Award (University of Florida), 1997

Oleh: Simon Saragih

Sumber: Kompas, 15 Oktober 2014

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Sudirman; Membebaskan Dusun dari Kegelapan
Safwan Menghidupkan Perpustakaan Daerah
Agus Pakpahan; ”Komandan” Lalat Ingin Bangsa Ini Cerdas
Basu Swastha Dharmmesta; Profesor yang Jatuh Cinta pada Batik
Mohammad Ali; Dari Mangrove Menuju Kemandirian
Lestari Nurhajati, Perempuan Indonesia Peneliti Demokrasi di Nepal-Afganistan
Maria Yosephina Melinda GamparTotalitas Melayani Pasien
Endang Setyowati; Kepala Sekolah yang Gemar ”Nongkrong”
Berita ini 3 kali dibaca

Informasi terkait

Jumat, 26 Desember 2014 - 09:24 WIB

Sudirman; Membebaskan Dusun dari Kegelapan

Jumat, 19 Desember 2014 - 07:11 WIB

Safwan Menghidupkan Perpustakaan Daerah

Selasa, 16 Desember 2014 - 05:51 WIB

Agus Pakpahan; ”Komandan” Lalat Ingin Bangsa Ini Cerdas

Selasa, 9 Desember 2014 - 07:26 WIB

Basu Swastha Dharmmesta; Profesor yang Jatuh Cinta pada Batik

Senin, 8 Desember 2014 - 07:27 WIB

Mohammad Ali; Dari Mangrove Menuju Kemandirian

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB