Kapsul Berisi Tinja Bisa Hentikan Infeksi Usus

- Editor

Selasa, 14 Oktober 2014

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Kapsul berisi tinja beku mengatasi infeksi bakteri Clostridium difficile pada usus yang mengakibatkan diare parah. Metode itu dilakukan karena penelitian sebelumnya menunjukkan transplantasi tinja dapat mengatur ulang keseimbangan bakteri di dalam usus.

Namun, para ahli mengingatkan masyarakat untuk tidak membuat kapsul itu sendiri. C difficile hidup alami dalam usus, berebut tempat dan makanan bersama ratusan spesies lain. Namun, beberapa antibiotik dapat membunuh kompetitor C difficile sehingga bakteri itu justru tak terkendali. Penelitian ilmuwan AS dan Israel itu diuji pada 20 orang dengan infeksi kronis C difficile, masing-masing diberi 15 kapsul selama dua hari berturut-turut. Hasilnya, 14 orang sembuh total dan tak kambuh. Meski demikian, para peneliti yang memublikasikannya pada Journal of the American Medical Association itu mengingatkan, metode ini tidak nyaman, tidak praktis, dan berisiko pada pasien. Salah satu peneliti, Elizabeth Hohmann dari Sekolah Kedokteran Harvard, kepada BBC, Sabtu (11/10), mengatakan butuh penelitian lebih lanjut. (BBC/MZW)
——————-
Oksitosin Kendalikan Perilaku Seksual Tikus Betina

Sekelompok sel otak (neuron) pada korteks prefrontal di otak bagian depan yang merespons hormon oksitosin merupakan pengendali perilaku seksual tikus betina. Jika neuron itu dimatikan, hormon oksitosin tak akan direspons. Akibatnya, tikus betina tak tertarik lagi pada pasangan seksualnya. Jika neuron dimatikan dan suplai oksitosin dihentikan, tikus betina akan kehilangan minat kawin selama masa birahi atau masa aktif seksual. Namun, selama masa birahi itu, tikus betina tetap berperilaku sosial aktif terhadap tikus jantan. Itu menunjukkan oksitosin mengatur beberapa konteks yang berbeda. ”Dalam konteks khusus, oksitosin bekerja melalui korteks prefrontal untuk mengatur perilaku seksual dan sosial tikus betina,” kata penulis kedua penelitian itu, Nathaniel Heintz, dari Universitas Rockefeller, New York, AS, kepada BBC, Jumat (10/10). Itu berarti, oksitosin tidak hanya bekerja jika neuron yang meresponsnya aktif. Sirkuit yang merespons hormon oksitosin itu mungkin ada pada spesies lain, termasuk manusia. Memahami itu membantu manusia melihat dampak oksitosin pada manusia. (BBC/MZW)

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Sumber: Kompas, 14 Oktober 2014

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Seberapa Penting Penghargaan Nobel?
Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024
Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI
Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin
Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Berita ini 4 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:50 WIB

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:46 WIB

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:41 WIB

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:31 WIB

Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:22 WIB

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB