Yanti Budiyanti; Mendorong Munculnya Penulis Cilik dari Jambi

- Editor

Kamis, 11 September 2014

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Berawal dari mendirikan rumah baca di rumahnya untuk merangsang anak-anak tetangga agar suka membaca pada 2010, Yanti Budiyanti (45) lalu mengembangkan kegiatan pelatihan menulis gratis bagi anak-anak SD. Keinginannya mendorong lahirnya penulis cilik, seperti anaknya yang saat SD sudah menerbitkan novel, berbuah manis. Telah lahir sedikitnya 20 penulis cilik dari Jambi.

Anak-anak yang tekun hadir dalam pelatihan menulis di Rumah Baca Evergreen unjuk karya dengan terbitnya puluhan cerita pendek karya mereka di koran lokal Jambi. Selain itu, karya mereka pun terbit dalam bentuk antologi cerpen dan novel yang diedarkan secara nasional.

Cerpen karya anak-anak yang mengikuti pelatihan menulis di Rumah Baca Evergreen dan diterbitkan di koran lokal itu dirangkum dalam kumpulan cerpen penulis Jambi berjudul My Best Day. Dalam buku yang ilustrasinya juga dibuat anak-anak ini, ada sekitar 35 cerpen.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

”Saya sekadar ingin berbagi. Saya yakin, jika bakat dan minat anak dalam menulis dilatih, pasti mereka bisa mengembangkan diri dan berkarya,” ujar Yanti saat ditemui pada Rembuk Komunitas Baca yang digelar Forum Taman Bacaan Masyarakat di Yogyakarta, pertengahan Agustus lalu.

Yanti menyediakan waktu pada Sabtu dan Minggu untuk mendampingi anak-anak yang mau belajar menulis di rumahnya. Terkadang, anak tertuanya, Nisrina Hanifah (17) atau Ninis, ikut membantu sang ibu melatih mereka menulis.

Keinginan Yanti untuk mendorong lahirnya penulis cilik dari Jambi terinspirasi anak sulungnya itu. Ninis yang getol ikut pelatihan menulis sudah menelurkan satu novel yang diselesaikan hanya dalam enam bulan saat kelas III SD. Buku kedua anaknya terbit saat kelas V SD, judulnya The Evergreen. Judul itu kemudian menjadi nama rumah baca yang digagas Yanti dan keluarga.

”Saya mencoba mengembangkan pelatihan menulis dengan sistem trial and error. Targetnya, anak-anak bisa menulis paling tidak 4-5 halaman. Ternyata, banyak anak yang berminat dan mampu menghasilkan karya yang baik,” ujar Yanti.

Dia sesekali mengundang kenalannya yang merupakan penulis, wartawan, hingga editor penerbit ternama di Jambi untuk berbagi kiat penulisan kepada anak-anak asuhannya. Melalui jaringan pertemanan, Yanti bisa memperkaya wawasan mereka tentang menulis yang baik secara gratis.
Cari kegiatan

Yanti awalnya tak terpikir untuk berkiprah dalam kegiatan penulisan. Ketika diboyong suaminya pindah ke Jambi pada 2009, ia hanya ingin memiliki aktivitas lain di sela-sela kesibukannya sebagai ibu rumah tangga dengan tiga anak.

Yanti terpikir membuat rumah baca karena memiliki koleksi buku bacaan yang dikumpulkan anggota keluarganya yang gemar membaca. Mereka ingin buku bacaan itu juga dinikmati anak-anak tetangga. Rumah Baca Evergreen awalnya lahir dengan memanfaatkan ruang tamu di rumah kontrakan mereka.

Untuk memancing minat baca para tetangga, Yanti menggandeng pihak masjid. Dia melontarkan ide kegiatan Semarak Ramadhan, yakni para orangtua secara bergantian bertugas menceritakan kisah nabi kepada anak-anak di masjid. Alhasil, para orangtua melirik Rumah Baca Evergreen untuk mencari buku rujukan tentang kisah nabi yang akan mereka ceritakan.

Melihat Rumah Baca Evergreen bisa menjadi penyaluran aktivitas positif bagi anak-anak, Yanti berpikir untuk menambah kegiatan menulis. Dia memperkenalkan kegiatan ini dengan menggelar pelatihan menulis bagi siswa SD se-Kota Jambi yang dinamakan Pelatihan Penulis Cilik Jambi. Angkatan pertama pelatihan menulis itu diikuti 50 anak. Pelatihan ini sudah menghasilkan tiga angkatan.

Mereka diajak berlatih secara intensif di rumah Yanti. Biasanya, anak yang memanfaatkan pelatihan lanjutan secara gratis dari setiap angkatan ini berkisar 20-25 orang. Di ruang tamu berukuran 3 meter x 3,5 meter itu, mereka diajak untuk gemar membaca terlebih dahulu. Yanti memancing dengan cerita dari koleksi bukunya agar mereka penasaran.

”Hari Sabtu atau Minggu, kami siap rumah akan berantakan. Untung suami dan anak-anak tak keberatan dengan kegiatan ini,” ujarnya.

Pada 2013, kegiatan Rumah Baca Evergreen dipindahkan ke tanah kosong di sebelah rumah yang dibeli keluarga Yanti. Uang royalti buku Ninis dipakai untuk membangun semacam saung yang dijadikan ruang baca dan tempat latihan menulis anak-anak. Kegiatan pun dikembangkan dengan pelatihan membuat komik.

Yanti BudiyantiPelatihan menulis dikembangkan secara kreatif. Dia menstimulasi imajinasi secara visual dan audio. ”Misalnya, saya kasih gambar yang lucu-lucu pakai infocus, lalu anak-anak saya suruh menulis cerita. Untuk audio, misalnya didengarkan suara azan, angin, atau daun jatuh, lalu si anak menebak suara apa itu dan mereka bikin ceritanya,” kata Yanti.

Saat hendak mengajari anak agar mampu mendeskripsikan emosi, lingkungan, atau suasana, pelatihan dilakukan di luar rumah, seperti taman atau obyek wisata. Acara kunjungan semacam ini juga menjadi ajang menumbuhkan kepedulian anak terhadap kondisi sosial budaya di sekitarnya serta melatih keterampilan mereka mengembangkan kemampuan untuk mendeskripsikan sesuatu.

Yanti bersyukur bisa membantu anak-anak di Jambi mengasah bakat menulis. Rumah Baca Evergreen berkontribusi mengirimkan perwakilan anak-anak dari Jambi ke Konferensi Penulis Cilik Indonesia yang digelar Penerbit Mizan serta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ataupun Konferensi Anak Indonesia yang digelar majalah Bobo.

Pengakuan
Perjalanan Yanti melahirkan penulis cilik awalnya tak mudah. Ketika dia mencari sponsor, idenya itu dipuji, tetapi secara halus ditolak saat ia meminta bantuan dana.

”Saya sempat putus asa, tetapi bersyukur terhadap bantuan kenalan dan teman-teman sehingga kami bisa menjalankan kegiatan rumah baca dan pelatihan menulis,” katanya.

Dukungan dari para orangtua awalnya juga minim. Bahkan, ada orangtua yang tidak memahami kegiatan anaknya di Rumah Baca Evergreen. ”Malah ada orangtua yang memanfaatkannya sebagai tempat penitipan anak. Si anak tidak dijemput-jemput setelah diantarkan ke rumah baca,” ucapnya.

Ada pula orangtua yang tak pernah mengantar anaknya ke rumah baca. Hingga suatu saat si anak yang senang menulis terpilih mengikuti konferensi tingkat nasional. ”Jika anaknya sudah berprestasi, barulah orangtua sadar. Tiba-tiba saya dikasih amplop tebal,” ujar Yanti.

Namun, Yanti tak berkecil hati dengan minimnya dukungan orangtua itu. Dia tetap menyemangati anak-anak untuk berkarya. Bahkan eks anak didiknya yang kini beranjak remaja tetap meminta masukan untuk menilai karya mereka.

Komitmen dan konsistensi Yanti mendorong tumbuhnya minat baca dan penulis cilik di Jambi. Pada 2012, Rumah Baca Evergreen direkomendasikan mendapatkan penguatan rintisan Taman Bacaan Masyarakat sehingga mendapatkan dana Rp 30 juta untuk menambah koleksi buku. Di tingkat nasional, Rumah Baca Evergreen pun mulai diakui.

Yanti juga diminta mengelola Pojok Baca Pertamina di Rumah Sakit Raden Mattaher Jambi. Dia juga berkesempatan untuk berkeliling ke sejumlah tempat, seperti Batam, Solo, Surabaya, dan Yogyakarta, terkait dengan kegiatannya ini.
—————————————————————————
Yanti Budiyanti
? Lahir: Indramayu, Jawa Barat, 6 Desember 1968
? Suami: Dr Ir Bambang Hariyadi, MSc
? Anak:
–  Nisrina Hanifah (17)
–  Tsabitah Aristawati (12)
– Ahmad Zaidan (6)
? Pendidikan:
– SD-SMA di Indramayu
– S-1 Jurusan Tanah Pertanian  IPB
? Prestasi Rumah Baca Evergreen:
–  Juara Harapan I Taman Bacaan Masyarakat dalam Lomba PTK-PAUDNI Berprestasi Tingkat Nasional, 2013
–  Mengirimkan 13 anak dalam Konferensi Penulis Cilik Indonesia, 2013
–  Mengirimkan delegasi ke Konferensi Anak Indonesia
? Dalam kapasitas kepenulisan:
– Menjadi juri dalam Lomba Cipta Cerpen FLS2N tingkat Provinsi Jambi, mulai  2012
– Juara II  Lomba Karya Tulis Populer BKOW tingkat Provinsi Jambi, 2012
– Juara harapan Lomba Penulisan Opini  Eka Tjipta Foundation, 2012
? Kegiatan:
–  Dosen Stiteknas, Jambi
– Ketua Lembaga Pengembangan Masyarakat Pelangi
–  Ketua Pengelola Rumah Baca Evergreen, Jambi
–  Pengelola Pojok Baca Pertamina di Rumah Sakit Raden Mattaher, Jambi
–  Anggota Komunitas Peduli Autis, Jambi

Oleh: ESTER LINCE NAPITUPULU

Sumber: Kompas, 11 September 2014

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Sudirman; Membebaskan Dusun dari Kegelapan
Safwan Menghidupkan Perpustakaan Daerah
Agus Pakpahan; ”Komandan” Lalat Ingin Bangsa Ini Cerdas
Basu Swastha Dharmmesta; Profesor yang Jatuh Cinta pada Batik
Mohammad Ali; Dari Mangrove Menuju Kemandirian
Lestari Nurhajati, Perempuan Indonesia Peneliti Demokrasi di Nepal-Afganistan
Maria Yosephina Melinda GamparTotalitas Melayani Pasien
Endang Setyowati; Kepala Sekolah yang Gemar ”Nongkrong”
Berita ini 10 kali dibaca

Informasi terkait

Jumat, 26 Desember 2014 - 09:24 WIB

Sudirman; Membebaskan Dusun dari Kegelapan

Jumat, 19 Desember 2014 - 07:11 WIB

Safwan Menghidupkan Perpustakaan Daerah

Selasa, 16 Desember 2014 - 05:51 WIB

Agus Pakpahan; ”Komandan” Lalat Ingin Bangsa Ini Cerdas

Selasa, 9 Desember 2014 - 07:26 WIB

Basu Swastha Dharmmesta; Profesor yang Jatuh Cinta pada Batik

Senin, 8 Desember 2014 - 07:27 WIB

Mohammad Ali; Dari Mangrove Menuju Kemandirian

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB