Pengembangan Kedelai di Lahan Masam

- Editor

Rabu, 12 Maret 2014

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Pengembangan teknologi budidaya kedelai di daerah tropis, termasuk di lahan suboptimal yang masam, berpotensi mengurangi impor dari negara subtropis. Pelaihari, Kalimantan Selatan, kini menjadi pusat pembibitan nasional kedelai lahan masam.

Kawasan itu diproyeksikan menjadi pusat unggulan pertanian terpadu di lahan suboptimal berbasis kedelai. Untuk menjadi pusat unggulan akan dikembangkan kedelai. ”Mulai dari pembibitan hingga pengolahan pasca panen dan pemasarannya,” kata Menteri Riset dan Teknologi, Gusti Muhammad Hatta, di Pelaihari, Kabupaten Tanah Laut, Banjarmasin, Selasa (11/3), seusai panen perdana varietas Rajabasa bersama Bupati Tanah Laut Bambang Alamsyah.

Keterbatasan lahan subur jadi kendala peningkatan produktivitas pertanian, termasuk kedelai yang tumbuh di daerah sejuk. Pemanfaatan lahan marjinal atau suboptimal untuk budidaya kedelai, kata Gusti, dapat mencapai kemandirian dan meningkatkan ketahanan pangan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Keunggulan Rajabasa
rajabasaGorontaloVarietas kedelai Rajabasa yang merupakan hasil iradiasi di Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) memiliki keunggulan, yaitu dapat ditanam pada lahan masam dengan kadar pH 5. ”Pengembangannya sejak 2004 dan telah didesiminasikan di 20 provinsi,” kata Arwin, peneliti kedelai pada Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi Batan.

Kelebihan Rajabasa dibanding varietas kedelai yang ditanam petani adalah tingkat produktivitasnya lebih tinggi. Dari lahan satu hektar di Pelaihari, dihasilkan 1,3 ton kedelai Rajabasa. Sementara dari varietas lain, seperti Anjasmoro dan Grobogan, sekitar 1 ton per hektar.

Setelah Rajabasa akan diuji coba penanaman varietas kedelai Mutiara I yang berukuran biji sama dengan kedelai impor dan mitani yang dapat ditanam di dataran rendah.

Dibandingkan dengan lokasi lain, Balai Pengkajian Pengembangan Pertanian Terpadu Pelaihari punya nilai tambah. ”Penerapan pupuk organik dari bahan limbah dan pemanfaatan limbah setelah panen untuk pakan ternak,” kata Anis Wahdi, Koordinator Program Pengembangan Kedelai Kalsel.

Selama ini, untuk mengatasi kemasaman dilakukan penambahan kapur. Namun, di BP3T Pelaihari ditambah pupuk kompos hasil inovasi peneliti Universitas Lambung Mangkurat. Pupuk organik yang disebut Trikokompos merupakan hasil pengembangan peneliti di Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat.

Pemberian kompos dalam jangka panjang akan meningkatkan tingkat kesuburan lahan.

Di pusat pertanian ini, selain keterpaduan riset, juga ada sinergi dengan lembaga riset di pusat dan daerah. Itu meliputi pembibitan, pemupukan, pemberantasan hama, hingga pemberdayaan petani setelah panen.

Hasil panen perdana ini, menurut Deputi Menristek Bidang Relevansi dan Produktivitas Iptek Agus Puji Prasetyono, akan menjadi bibit kedelai yang juga diuji coba di lahan suboptimal di daerah lain.

Saat ini, belum ada jaminan suplai kedelai dari petani. Panen kedelai sekali setahun. ”Dengan pertanian terpadu akan ditingkatkan hingga tiga kali setahun, dan jumlah memadai,” ujar
Anis. (YUN)

Sumber: Kompas, 12 Maret 2014

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 2 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB