Mahasiswa Magister Susastra Universitas Diponegoro (Undip), Arista Nur Rizki, berhasil menyelesaikan riset tesis hermeneutika menggunakan objek teks Babad Diponegoro. Seperti yang diketahui, babad ini telah diakui UNESCO sebagai Memory of The World (MoW) atau Warisan Ingatan Dunia.
Arista menyelesaikan penelitian tesis dengan judul “Lingkaran Hermeneutika Teks Babad Diponegoro dalam Lukisan The Garden of Earthly Prosperity in Ground Zero karya Isur Suroso (Sebuah Pendekatan Hermeneutika Paul Ricoeur).”
Mahasiswa yang akrab disapa Arista itu mengaku riset tesis ini membutuhkan proses panjang. Termasuk kendala saat riset lapangan dengan kondisi pandemi COVID-19.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Namun, dia akhirnya bisa menyelesaikan riset berkat dukungan dari keluarga PATRA PADI (Paguyuban Trah Pangeran Diponegoro) sejak awal.
Riset dengan Babad Diponegoro
Arista menjelaskan, objek kajian menggunakan Babad Diponegoro memiliki urgensi tersendiri bagi mahasiswa Undip, khususnya jurusan sastra dan sejarah.
“Objek Babad Diponegoro harus menjadi perhatian khusus, karena Pangeran Diponegoro yang menjadi nama kampus Undip meninggalkan sebuah harta karun berupa Babad Diponegoro,” jelasnya dikutip dari laman Undip, Senin (3/10/2022).
“Babad Diponegoro sebagai teks sastra tentu tidak bisa kita kesampingkan dari fokus riset, karena terbukti UNESCO saja mengakui sebagai warisan ingatan dunia, apalagi kita yang menggunakan nama Diponegoro sebagai almamater,” tambah Arista.
Hal tersebut yang mendasari Arista saat melakukan magang selama satu bulan di Humas Undip dengan memilih objek Babad Diponegoro versi Manado sebagai objek penelitian tesisnya.
Babad Diponegoro versi Manado sendiri ditulis sendiri oleh Pangeran Diponegoro saat diasingkan oleh Belanda di Sulawesi Selatan pada tahun 1831-1832.
Bagian Isi Teks Babad Diponegoro
Arista menuturkan bahwa bagian teks Babad Diponegoro yang menjadi fokus perhatian adalah gatra ke-52 pada pupuh ke-14.
Bagian tersebut mengisahkan Pangeran Diponegoro muda saat dibimbing langsung oleh nenek buyutnya, GKR Ageng Tegalreja yang merupakan permaisuri dari Sri Sultan Hamengkubuwono I.
Bagian pupuh ini juga menggambarkan suasana masyarakat Tegalrejo pada masa muda Pangeran Diponegoro.
Adapun saat ini, kediaman Tegalrejo tempat Pangeran Diponegoro tinggal bersama nenek buyutnya itu sering disebut Museum Sasana Wiratama Yogyakarta.
Luput dari Perhatian Sejarah
Menurut Arista, bagian pupuh yang ditelitinya sering luput dari perhatian sejarah Pangeran Diponegoro.
Padahal, kisah tersebut menjadi bukti pentingnya proses pembentukan karakter Pangeran Diponegoro, khususnya saat mengenyam pendidikan sebagai seorang santri.
“Saya tertarik mengambil bagian kisah ini karena bercerita jauh sebelum masa Perang Diponegoro. Masih banyak yang menganggap kisah penting Pangeran Diponegoro bagi Indonesia adalah saat Perang Jawa (1825-1830). Padahal kisah Pangeran Diponegoro saat menimba ilmu tidak kalah penting juga,” jelasnya.
Manfaatkan Lukisan Bersejarah
Tidak hanya mengandalkan teks, dalam proses analisisnya, Arista juga memanfaatkan sebuah lukisan berjudul “The Garden of Earthly Prosperity in Ground Zero” yang dilukis oleh Isur Suroso.
Lukisan tersebut berhasil dimanfaatkan Arista untuk memperkaya proses penafsiran terhadap teks Babad Diponegoro.
“Karena teori yang saya pakai hermeneutika, itu tentang penafsiran. Maka saya juga melibatkan lukisan yang sesuai dengan bunyi kisah pada bagian teks sebagai pembanding sekaligus untuk memperkaya kandungan makna yang bisa digali dari tembang tersebut,” ujar Arista.
Lukisan karya Isur Suroso tersebut pernah ditampilkan di Jogja Gallery pada Februari 2019. Saat itu, terdapat Pameran Sastra Rupa yang digelar oleh PATRA PADI.
Hasilnya, Arista sukses membedah proses penafsiran dalam tembang tersebut dan menemukan fakta-fakta penting seperti sosok GKR Ageng Tegalreja, lingkaran ulama Tegalrejo pada masa muda Pangeran Diponegoro, hingga konsep tarekat yang dialami Pangeran Diponegoro sebagai seorang santri sekaligus ‘wong tani’ di Tegalrejo.
Raih IPK Sempurna
Sementara itu, riset tesis yang dilakukan oleh Arista ini dibimbing oleh Prof. Mudjahirin Thohir, M.A. Proses sidang tesis telah dilakukan pada Jumat Wage, 26 Agustus 2022 dipandu oleh Dr. M. Suryadi, M. Hum., Dr. Redyanto Noor, M.Hum. dan Dr. M. Abdullah, M.A.
Selama duduk di bangku perkuliahan Magister Susastra Undip, Arista juga berhasil menorehkan nilai dengan IPK sempurna, yakni 4,00.
Berkat pencapaiannya, Arista akan ditunjuk menjadi salah satu narasumber dalam acara Academic Student Networking 2022 yang menjadi agenda tahunan Program Studi Magister Sastra UGM dengan tema Sastra, Revitalisasi dan Transformasi Sastra Daerah pada 14 Oktober 2022 mendatang.
Fahri Zulfikar – detikEdu
Sumber: detik.com, Senin, 03 Okt 2022