Harga CPO Tidak Terjerembap Terlalu Tajam
Kebijakan pemerintah mewajibkan pencampuran biodiesel dalam solar bersubsidi telah menyelamatkan petani kelapa sawit. Langkah tersebut mampu meredam penurunan harga minyak sawit mentah akibat permintaan global yang melemah.
Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) M Fadhil Hasan mengatakan hal ini di Jakarta, Minggu (23/2).
Harga minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO) Januari 2014 tercatat 865 dollar AS (Rp 9,9 juta) per ton, turun dari 909,6 dollar AS (Rp 10,4 juta) per ton pada Desember 2013.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
”Harga CPO tidak terjerembap terlalu tajam karena ada program mandatori bahan bakar nabati (B 10) dari pemerintah. Program yang berlaku efektif sejak September 2013 ini sangat meningkatkan penyerapan CPO sebagai bahan pencampur solar,” kata Fadhil.
Indonesia memproduksi 26 juta ton minyak kelapa sawit mentah (CPO) dari lahan seluas 9,2 juta hektar tahun 2013. Sedikitnya 3,8 juta petani kelapa sawit memiliki 43 persen dari total luas perkebunan kelapa sawit nasional.
Menurut Fadhil, harga merosot akibat suplai minyak nabati meningkat tajam sepanjang Januari 2014. Stok CPO Indonesia dan Malaysia pun masih melimpah berkat kenaikan produksi akhir tahun 2013.
Panen kedelai di Brasil dan Paraguay juga meningkat berkat hujan yang mengakhiri masa kemarau. Menurut laporan FAO, stok kanola di Kanada juga berlimpah karena ekspor lesu yang dipicu peningkatan stok biji bunga matahari dari kawasan Laut Hitam.
Kondisi ini membuat ekspor CPO Indonesia merosot tajam dari 2,02 juta ton pada Desember 2013 menjadi 1,57 juta ton pada Januari 2014. Permintaan dari India, Eropa, Pakistan, dan China turun, sementara dari Amerika Serikat tercatat ada kenaikan.
”Bulan Februari ini stok mulai berkurang di Indonesia dan Malaysia sehingga kita bisa berharap harga membaik. Harga hingga pertengahan Februari bergerak di kisaran 860-925 dollar AS (Rp 9,8 juta-10,6 juta) per ton,” kata Fadhil.
Penurunan produksi memang sedang terjadi. Saat ini, kawasan semenanjung Sumatera dan Malaysia memasuki musim kemarau sehingga siklus panen kelapa sawit menjadi lebih lambat dari biasanya.
Petani kelapa sawit di Desa Tenggulun, Kecamatan Tenggulun, Aceh Tamiang, Lukmanul Hakim (40), mengatakan, harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit mulai bergerak naik sejak awal Februari. Saat ini harga TBS kelapa sawit Rp 1.520 per kilogram, naik dari Rp 1.470 per kilogram pekan lalu.
”Sekarang sudah mulai musim kemarau sehingga produksi buah pun berkurang jauh,” kata Lukmanul.
Beberapa waktu lalu PT Pertamina (Persero) mengaku baru mendapat kepastian pasokan biodiesel (Fatty acid methyl esters/FAME) 45 persen dari total kebutuhan pada 2014-2015. Untuk itu perseroan tersebut akan melanjutkan kegiatan pengadaan biodiesel agar dapat mencapai target pasokan sesuai ketentuan pemerintah.
Total kebutuhan FAME yang ditawarkan 5,2 juta kiloliter (kl) untuk periode 2014-2015. Sejauh ini Pertamina baru mendapatkan kepastian pasokan 2,4 juta kl atau 45 persen dari total kebutuhan. Kepastian pasokan itu diperoleh melalui tender. (HAM)
Sumber: Kompas, 24 Februari 2014