Penginderaan Jauh

- Editor

Minggu, 14 November 2021

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Jauh di atas, berkeliaran satelit-satelit perekam citra bumi yang bahkan dapat membedakan antara tumbuh-tumbuhan yang sehat dengan yang tidak.

Memang manusia tidak pernah puas dengan kemampuan yang sudah dimilikinya termasuk juga dalam hal jangkauan penginderaannya. Tidak puas dengan daya penglihatannya yang diperoleh sewaktu lahir, dibuatlah teropong. Tetapi teropong tidak dapat melihat ke balik gunung, maka naíklah manusia ke udara. Mula-mula dengan balon dan kemudian dengan pesawat. Maka dapatlah manusia melihat dan merekam citra bumi kita ini dengan leluasa.

Inípun masih belum cukup. Rekaman permukaan bumi diperlukan dalam bentuk yang lebih luas lagi, bahkan kalau bisa keseluruhan satu sisi bumi direkam pada satu gambar saja. Pula mengapa kíta mesti membatasí diri kepada bumi saja? Kita juga íngin melihat bulan secara dekat. Tidak saja bulan, tetapi juga Ma?s, Venus, Jupiter dan entah apa lagi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Apa daya? Jelas kita perlu meletakkan mata kita di angkasa dan kalau bukan mata kita langsung, maka wakil dari mata kita. Ternyata wakíl mata manusia, dalam wujud satelit, sekarang telah banyak berkeliaran di angkasa. Ada satelit yang merekam citra bumi untuk kegunaan analisa cuaca, ada yang khusus untuk analisa sumber daya dan ada pula untuk kegunaan militer.

Bagaimana cara satelit merekam gambar dan bagaimana gambar itu dapat diperoleh di bumi dalam bentuk yang dapat dinikmati mata telanjang? Seperti halnya dengan fotograñ biasa, umumnya satelit juga bekerja berdasarkan pemantulan cahaya, atau tepatnya pemantulan radiasi solar (matahari). Radíasi solar díkumpulkan, difokuskan dan direkam. Tetapi berlainan dengan fotogra? biasa, gambarnya tidak direkam pada ?lem, melainkan diubah menjadi sinyal-sinyal radio yang dipancarkan ke bumi. Sinyal-sinyal itu ditangkap oleh stasiun bumi dimana sinyal-sinyal itu direkam dalam bentuk pita magnetis atau melalui suatu proses elektrokímia disusun kembali dengan pertolongan komputer menjadi gambar nyata pada kertas.

Selain teknik penginderaan jauh yang berdasarkan radiasi solar, ada pula satelit yang mempergunakan radiasi thermal (panas) dan gelombang mikro yang terpancar dari permukaan bumi sebagai dasar citra yang dibuat. Perbedaan jenis-jenis radiasi ini terletak pada panjang gelombang yang terrekam. Panjang gelombang yang berlainan dapat menkarakterisasikan suatu komponen bumi secara unik.

Pada panjang gelombang cahaya-tampak dan inframerah-dekat, pemantulan terutama merupakan fungsi dari komposisi kimiawi bumi; sedangkan pada panjang gelombang inframerah-thermal yang lebih panjang, pemantulan lebih ditentukan oleh daya panas tanah.

Dengan demikian, citra yang diperoleh mengandung informasi yang dapat dipergunakan untuk menonjolkan ciri-ciri tertentu. Misalnya, pada gambar yang dihasilkan dapat dibedakan antara salju, es dan awan. Bahkan dengan satelit tertentu dapat dibedakan antara tumbuh-tumbuhan yang sehat dan yang tidak sehat !

Maka, tidaklah mengherankan jika teknologi pengínderaan jauh melaluí satelit ini sangat bermanfaat . Antara lain untuk pencarian mineral langka dan sumber minyak bumi, melakukan pengawasan (monitor) perladangan dalam skala besar, melakukan inventarisasi sumber daya pada tingkat nasíonal, pengendalian polusi, peramalan cuaca, memonitor hutan, serta macam macam aplikasi geologi dan arkeologi. Tentunya satelit penginderaan jauh dipergunakan juga untuk pertahanan militer dan untuk kegíatan mata-mata. Pengambilan gambar-gambar pada panjang gelombang yang berbeda-beda dapat menemukan lokasi yang sebelumnya dianggap terkamuflir dengan baik.

Tidaklah mengherankan pula jika banyak negara mempunyai satelit penginderaan jauh. Negara yang mempunyai satelit jenis ini antara lain Jepang, Perancis, Amerika Serikat, Rusia dan Kanada. Setiap satelit mengelilingi bumi mengikuti orbit tertentu, dan tentunya dirancang untuk tidak bertabrakan dengan orbit dari sekian banyak satelit lain yang ada di ruang angkasa. Setiap kali mengitari bumi,
jalur yang direkam bergeser, sehingga baru setelah beberapa hari suatu satelit dapat kembali ke jalur semula. Misalnya satelit LANDSAT milik AS mengitari bumi sambil mengambil gambar terus-menerus selama 18 hari sebelum mengulangi lagi jalur orbitnya. Dengan sekian banyak satelit yang merekam permukaan bumí secara terus-menerus, bisa dibayangkan berapa banyaknya citra bumí yang tersimpan di berbagai pelosok bumi.

Kelihatannya angkasa kita akan menjadi lebih ramai lagi. AS, Jepang dan Perancis berminat mengangkasakan satelit yang lebih mutakhir lagi. Pada tahun 1985.

Jepang merencanakan peluncuran satelit ERS1 yang men?pergunakan sistem pencitraan dengan radat. Sistem radar ini lmenyediakan ”cahaya” sendiri dalam bentuk gelombang radar yang dipancarkan ke bumí, sehingga tidak tergantung kepada cahaya dari matahari, dan dengan demikian dapat merekam baik siang maupun malam hari, bahkan pada cuaca apapun karena dapat menembus awan. Suatu
keistimewaan lain dari sistem radar ini ialah dapat menembus permukaan bumí pada daerah-daerah yang kering, sedangkan pada hutan tropis sistem radar ini dapat merekam permukaan di bawah pepohonan. Misalnya, percobaan sistem radar pada pesawat ulang-alik Columbia telah berhasil menemukan bekas lembah sungai selebar sungai Nil dibawah gurun Sahara dan telah dapat pula menunjukkan rawa-rawa di bawah hutan di Kalimantan.

Perancis dengan satelit SPOT (Systeme Probatoire d°Observation del la Terre) yang juga akan diorbitkan pada pertengahan dekade ini, turut memajukan teknologi satelit sumber daya. Scanner yang ada pada SPOT merupakan yang pertama yang dapat disetir dari bumí, sehingga bilamana LANDSAT dapat mengulang perekaman suatu lokasi dalam 18 hari SPOT dapat melakukannya dalam waktu hanya
4-5 hari.

Dengan demikian, fenornena yang berubah dengan cepat, misalnya banjir, dapat dimonitor. Bukan itu saja, SPOT juga akan memperbaikí resolusi citra yang diperoleh dari 80 meternya LANDSAT menjadi 10 meter.

Ini berarti setiap unsur pada citra merupakan rekaman dari suatu areal seluas 100 meter per segi. Yaitu suatu lapangan bola dengan luas 500 meter per segi akan terrekam sebagai lima titik. Dengan perkataan lain, dengan citra yang dihasilkan, bisa saja diidenti?kasi benda-benda seluas lapangan bola, bahkan sekecil rumahpun!

Wah, bagaimana dengan privasi kita? Apalagi kalau resolusi scannernya ternyata dapat lebih dipertajam lagí? Jangan-jangan semua tingkah laku kita dapat ”diintip”. Karena kekhawatiran kemungkinan penyalahgunaan teknologi inilah maka hukum internasional dalam bidang penginderaan jauh kini tengah giat dikembangkan. Masalah yang dibahas tennasuk kontroversi sehubungan dengan keuntungan
ekonomis dan militer yang diperoleh negara yang memiliki satelit.

Nah, siapa yang menyangka keinginan untuk merekam bumí dari angkasa dapat menírnbulkan polemik macam ini?

Sedangkan keinginan untuk merekam Mars, Venus dan Jupiter? Apakah ini telah tercapai? Tentu saja! Belum lama ini misi Pioneer dari AS telah berhasil memancarkan citra benda-benda angkasa raya itu dari jarak yang cukup dekat. Apakah dengan demikian manusia menjadi puas? Tentu saja tidak! Belum!—M. Muliadi Ridwan

Sumber: Majalah AKU TAHU/April 1983.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 37 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB