ACANTHASTER GLANCI, demikian nama ilmiahnya. Kita biasanya menyebutnya “Bulu Seribu”. Sedangkan nama kerennya dalam bahasa Inggris “The crown of thorns starfish atau terjemahan bebasnya menjadi “Bintang laut mahkota”
Hewan ini mempunyai duri-duri tajam yang tersebar pada bagian punggungnya. Makanan utamanya adalah karang yang masih lemah. Gerakannya relatif sangat lamban, karena itu Anda tidak usah khawatir akan dikejar oleh hewan ini.
CARA BERKEMBANG BIAK
Bintang laut mahkota/ bulu seribu bukanlah hewan yang hemaprodit. Ada bintang laut jantan, dan ada yang betina. Secara sederhana saja perkembanganbiakannya digambarkan sebagai berikut: Mula-mula hewan jantan dan betina bersama-sama melepaskan sperma dan sel telur dalam air laut. Setelah sel telur dan sperma bertemu selanjutnya telur yang telah dibuahi ini akan berkembang menjadi kecebong atau”larva. Kecebong dari kelompok bintang laut disebut “auricularia” dan mereka hidup melayang-layang sebagai plankton. Kecebong tersebut akan menjelma menjadi bintang laut mahkota/ bulu seribu. Beberapa ahli mengatakan apabila hewan itu dipotong, maka tiap potongan akan tumbuh bintang laut mahkota yang baru (regenerasi).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
BENTUK LUAR
Bentuk tubuhnya tidaklah seperti bintang laut lainnya, tetapi lebih menyerupai cakram dengan tangan-tangan di sekeliling tubuh berkisar antara 10 sampai 42 cm. Lubang Anus atau dubur terletak Pada bagian punggungnya. Mulutnya terletak pada bagian perut. Jadi hewan ini berbeda dengan hewan lainnya dalam posisi tubuhnya. Karena itu lebih tepat kalau hewan ini dikatakan berada dalam keadaan menungging daripada menelungkup.
Bila berjalan (lebih tepat disebut merayap) dan menempel pada hewan ini menggunakan kaki-kaki yang berada pada celah ambulacra. Pergerakannya sangat lambat, sehingga dalam sehari semalam ia hanya mampu berpindah tempat paling jauh sekitar delapan meter.
Biasanya hewan ini berpindah karena makanan di tempat itu habis, mendapatkan gangguan dari musuhnya, atau karena sebab lain.
TEMPAT HIDUP
Biasanya hewan ini sering dijumpai pada daerah terumbu karang. Orang yang senang berenang (snorkeling, atau menyelam di daerah tubir mungkin sudah pernah menjumpainya.
Hewan ini lebih senang berada di atas koloni karamg batu terutama karang batu. Terutama pada karang batu yang berbentuk meja (Acropora spp.) namun kadang-kadang dia juga di menyelip di antara karang-karang bercabang (Acropora spp., atau berlindung di bawah karang batu. Umumnya hewan ini berada pada kedalaman antara satu sampai tiga meter.
WARNA
Semasa masih hidup di laut, hewan ini mempunyai warna yang menarik. Tidak heran banyak penyelam atau perenang dengan snorkel asyik memperhatikannya. Tetapi awas, jangan sampai tergores durinya. Pada umumnya, hewan ini berwarna abu-abu, abu-abu kemerahan, coklat bata, jingga, bahkan ada yang berwar:- na biru menyala. Duri-durinya berwarna abu-abu kekuningan.
MAKANAN DAN CARA MAKAN
Di dalam dunia ilmu pengetahuan, hewan ini disebut hewan pemakan kerang. Tidak berarti bahwa dia memakan karang batu seutuhnya, yang dimakannya hanya bagian yang lunak dari karang batu itu. Dengan mengulur bagian usus depannya (pesophagus) hewan ini melalap bagian lunak dari karang batu yang tersembul dari lubang kecil pada karang. Kemudian ia melepaskan semacam asam percernakan (extoenzym) yang mempunyai fungsi penghancur sel-sel polip. Polip yang telah hancur diserap ke dalam tubuhnya. Sedangkan sisa makanan yang tidak tercema akan dilepas melalui du-bur. Koloni karang batu yang telah di-makan oleh bulu seribu terlihat berbercak putih, menandakan koloni batu tersebut telah mati.
SEBARAN
Hewan ini tersebar luas pada daerah tropis, dan sub tropis, dengan pusat penyebaran di daerah Great Barier Reef Australia. Daerah tersebut meliputi kepulauan sebelah barat Samudera Hindia, Kepulauan Mascrene, Afrika Timur, Madagaskar, Laut Merah, Timur Selatan Arabia, Barat India, Australia bagian Utara, Kepulauan Filipina, Cina Selatan, Jepang, Kepulauan Pasific Selatan, dan Kepulauan Hawaii. Pengamatan yang pernah dilakukan Proyek Asean-Australia dengan cara berenang mengelilingi pulau-pulau di Kepulauan Seribu, pada tahun 1991, khususnya kepulauan Tidung, Pramuka, Air; dan Pulau Pari, menunjukkan jumlah bulu seribu, lebih dari seratus ekor pada masing-masing pulau. Pada sekitar tahun enam puluhan, pernah dilaporkan kerusakan karang batu yang hebat pada terumbu karang Great Barier Reef Australia gara-gara hewan ini.
MUSUH-MUSUH
Tampaknya, hewan ini kurang mempunyai musuh. Entah karena sdia mempuyai duri-duri berbisa, entah karena bentuknya menyeramkan sehingga hewan lain engan mendekat. Namun demikian, tak berarti hewan ini tak mempunyai musuh. Menurut catatan musuh hewan ini adalah Charonia tritonis atau lebih dikenal dengan sebutan triton. Triton inilah satu-satunya hewan yang berani menelan “bulu seribu” bulat-bulat.
Amat disayangkan, bahwa triton sekarang sangat langka karena sering diambil untuk diperjual belikan cangkangnya, yang memang elok. Akhirnya dengan hilangnya triton dari siklius kehidupan di terumbu karang, populasi “bulu seribu” meningkat.
BAHAYANYA
Mengingat hewan ini mempunyai duri-duri pada bagian punngungnya, sedangkan duri-duri itu berhubungan dengan kantong bisa, maka tidak ayal lagi orang yang terkena goresan atau pun tusukan durinya akan kesakitan dan terjadi pembengkakan pada daerah yang terluka.
Untuk mengatasinya, biaanya orang menghindar alias tak mau pegang. Kalau pun terpaksa terkena juga karena tak sengaja, maka bagian yang terkena sebaiknya diberi amoniak (kalau kebetulan membawa), kalau tidak membawa amoniak, ada pertolongan pertama yang praktis, yaitu dengan cara dikencingi….(ini betul lho!!!).
Oleh: Nurachmad Hadi, Balitbang Biologi Laut, Puslitbang Oseanologi-LIPI, Jakarta
Sumber: Majalah AKUTAHU 123/AGUSTUS 1993