BARANGKALI tidak berlebihan bila dikatakan lobster merupakan salah satu marga dari Krustasea laut yang mempunyai potensi ekonomi penting. Keistimewaan ini disebabkan dagingnya yang gurih, halus dan lezat serta berprotein tinggi dibandingkan jenis udang lainnya. Sudah barang tentu hal ini merupakan jaminan meningkatnya peminat lobster.
Lobster dalam bahasa Inggris dikenal dengan nama “Crayfish” atau “Spiny Lobster”, sedangkan di Indonesia dikenal dengan nama Udang Karang atau Udang Barong. Nama ilmiah yang juga membuatnya beken adalah Panulirus spp.
JENIS-JENIS UDANG KARANG DAN TEMPAT HIDUPNYA
Di Indonesia udang karang ditemu-kan hanya 6 jenis, menyebar dimana-mana dan mempunyai habitat yang berbeda. Ke enam jenis tersebut adalah:
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Udang Kendal atau Udang Rejuna
Nama Ilmiah: Panulirus versicolor
Nama Inggris: Dark-green striped legs spiny lobster
Udang jenis ini menyukai perairan terumbu karang dengan kedalaman beberapa meter. Dan biasanya bersem-bunyi di tempat-tempat yang terlindung di antara batu-batu karang.
Jarang dijumpai dalam kelompok yang berjumlah banyak. Kalau kita akan menangkapnya, terpaksa harus menyelam, karena jenis udang ini tidak mau masuk ke dalam perangkap.
Udang Jaka atau Udang Batu
Nama Ilmiah: Panulirus penicillatus
Nama Inggris: Brown or red spiny lobster
Udang ini lebih menyukai perairan yang dangkal di bagian luar terumbu. Daerah tersebut selalu menerima damparan ombak yang keras. Udang tersebut banyak ditangkap dengan cara menyelam, tetapi sering juga ditangkap dengan jaring yang diberi umpan seperti halnya di laut Selatan Jawa.
Udang Bunga atau Raja Udang
Nama Ilmiah: Panulirus longipes
Nama Inggris: White spotted red or brown spiny lobster
Hidup di daerah perairan yang bersifat oseanik dan sedikit terlindung. Biasanya ditemui di dalam lubang batu atau karang. Pada malam hari akan naik ke tubir untuk mencari makan. Cara penangkapannya dengan jaring yang dipasang di tubir, sedangkan pada tempat-tempat yang dalam, dilakukan dengan jalan menyelam.
Udang Ketangan atau Udang Cemara
Nama Ilmiah: Panulirus ornatus.
Nama Inggris: Green, fine pale spotted, zebra legs spiny lobster.
Jenis udang ini banyak mendiami daerah terumbu karang yang dangkal dan sedikit keruh, dimana karang tidak dapat tumbuh dengan baik. Jenis ini umumnya sulit untuk masuk perangkap dan biasa ditangkap dengan menyelam. Udang ini dapat mencapai ukuran yang besar dan berat lebih dari 3 kilogram.
Udang Jarak
Nama Ilmiah: Panulirus polyphagus.
Nama Inggris: Grey blue, spotted legs spiny lobster.
Ditemui pada perairan yang keruh dan hidup di dasar laut yang berlumpur. Ditangkap dengan jaring dasar atau alat perangkap karena hidup di laut agak dalam. Jenis ini mempunyai arti penting bagi perikanan di India dan Thailand.
Udang Pantung atau Udang Bireng
Nama Ilmiah: Panulirus homarus.
Nama Inggris: Light, blue green spotted, bloched legs spiny lobster.
Banyak dijumpai di perairan dangkal sampai kedalaman beberapa meter dan tinggal di lubang granit atau vulkanis. Udang ini berkelompok dalam jumlah yang banyak dan dapat ditangkap dengan perangkap yang diberi umpan.
KENDALA
Permintaan dunia terhadap lobster terus meningkat, sementara produksinya masih sangat tergantung dari alam dan belum bisa diandalkan. Cara penangkapannya pun masih dengan cara sederhana (dengan jaring dan penyelaman).
Prospek ekspor lobster memang menjanjikan harapan. Permintaan dunia yang terus menerus meningkat seperti yang dicatat oleh PROSPEK (1991). Jepang misalnya membutuhkan lobster sebanyak 10.000 setahun. Sedangkan Indonesia hanya mampu memasok sebanyak 1.750 ton setahun atau 17,5%. Jumlah kesemuanya itu masih merupakan tangkapan laut.
Perikanan udang karang di Indonesia memang telah lama dilakukan, hanya saja pengusahaannya masih dikerjakan dengan cara yang sederhana di samping juga kuantitas produksi udang karang yang sangat dipengaruhi musim. Penangkapan udang ini biasanya dilakukan terutama pada musim Barat dimana nelayan tidak melaut karena cuaca yang tidak baik. Pekerjaan ini hanya merupakan pekerjaan sambilan saja. Tetapi di saat musim hujan hasil penangkapan biasanya lebih baik dibandingkan musim kemarau. Hal ini berkaitan dengan populasi udang karang yang meningkat pada musim hujan akibat pemijahan dan jumlah pakan relatif banyak pada musim ini.
Kendala lain adalah sederhananya alat tangkap yang digunakan. Selama ini hanya menunggu udang karang masuk dan terjebak ke dalam jaring. Padahal lobster lebih menyukai hidup di daerah karang yang berkadar garam tinggi serta di perairan dalam yang kebanyakkan tidak terjangkau oleh alat-alat sederhana tersebut.
Faktor kendala lainnya yang juga tidak kalah pentingnya adalah kesulitan pembenihan dalam usaha pembudidayaan. Karena apa? Hal ini disebabkan “naupli” dari udang karang sangat lama yaitu sekitar 6 bulan. Lamanya pemeliharaan “naupli” menyebabkan angka kematian yang tinggi sehingga bayi lobster yang mampu hidup sangat terbatas.
Salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam perikanan udang karang adalah kesegaran hasil tangkapan. Udang karang harus dibunuh dalam keadaan segar dan hidup, karena sangat berpengaruh terhadap kualitas dagingnya.
Daerah-daerah yang mempunyai produktivitas udang karang tinggi, menurut DitJen perikanan, adalah Aceh dan Riau yang pada tahun 1989 menghasilkan 317 ton, Kaltim (207 ton), Sumut, Sumbar dan Bengkulu masing-masing 133 ton. Kemudian Bali, NTB dan NTT masing-masing sebesar 124 ton. Dan diikuti oleh Sulut (11 ton), Sulsel (9 ton), Maluku dan Irja (3 ton).
Lobster untuk memenuhi kebutuhan ekspor masih sangat tergantung dari penangkapan di laut. Oleh sebab itu perikanan udang karang di Indonesia, dalam hal ini pembudidayaan udang karang perlu digalakkan dengan memperhatikan faktor-faktor kendala yang ada.
Oleh: Rianta Pratiwi, Puslitbang Oseanologi-LIPI, Jakarta
Sumber: Majalah AKUTAHU/APRIL 1993