DIBEBERAPA kota besar seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya dan sebagainya, saat ini telah mulai nam ak adanya penurunan kualitas lingkungan hidup, bahkan di beberapa wilayah telah terjadi perusakan keseimbangan lingkungan hidup. (KR 3 Januari 1990). Sebagai penyebabnya antara lain karena meningkatnya polusi, pembangunan fisik kota yang tidak memadai dan adanya kecenderungan masyarakat melakukan kegiatan guna menunjang kehidupannya yang memberi dampak terhadap lingkungan.
Turunnya kualitas atau rusaknya keseimbangan lingkungan hidup, sebagai salah satu penyebabnya adalah tingkat pencemaran yang telah melampaut ambang batas sehingga jumlah beban yang dihasilkan dan dibuang serta dimasukkan dalam saluran penampungan atau lainnya juga melampaui kesanggupan alam guna menetralisirnya.
Pencemaran yang dimaksud dalam konteks ini adalah pencemaran karena air limbah atau air buangan masyarakat, baik air limbah/ buangan rumah tangga maupun buangan industri, yang secara konvensional penanggulangannya dalam tata populasi kota yang padat dan metropolis sudah tidak dimungkinkan lagi, sebagaimana terlihat pada drainase ataupun pada resapan tanah yang dijadikan terminal, sehingga merubah kualitasnya dan menjadi tidak sehat. Padahal disisi lain masyarakat membutuhkan air bersih dan lingkungan yang sehat. Keadaan ini cukup memprihatinkan dan menimbulkan ancaman bagi keles-tarian kehidupan manusta dan makluk hidup lainnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Oleh sebab itu, guna melakukan penyelamatan dan pelestariannya diperlukan penataan ekosistem yang terencana dengan menggunakan teknologi yang memadat dan didukung upaya menumbuhkan kesadaran di kalangan masyarakat akan arti suatu lingkungan yang sehat. Untuk penyelamatan dan pengawasannya, secara umum Pemerintah telah menggariskan ketentuan melalui Undang Undang No.4 tahun 1982 tentang lingkungan hidup, serta ketentuan pelaksanaannya berdasarkan Peraturan Pemerintah No.29 tahun 1986 tentang Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL).
Pada pertambahan populasi yang tinggi, padat dan metropolis, jelas tampak sebagai sumber utama pencemaran adalah air buangan aktifitas rumah tangga secara kuantitas dengan tanpa mengesampingkan buangan industri yang semakin hari semakin dirasakan peningkatannya. Cukup beralasan, untuk mengatakan modernisasi dan perkembangan teknologi sudah jelas merupakan kebutuhan masyarakat. Oleh karenanya akan pula menimbulkan pola konsumsi (nutrisi dan dietry) kepada masyarakat yang akan berakibat pada kualitas air buangannya. Karena alasan inilah perlu dipikirkan dan diberikan perhatian untuk penanggulangannya.
Guna mengatasi masalah air buangan ini, kemajuan teknologi yang ada saat ini sedikit banyak telah mampu menjawab dan sudah dilaksanakan, baik yang dilakukan oleh para ilmuwan maupun teknolog sesuai kebutuhan dan kemampuan lingkungannya, mulai dari kebutuhan yang konvensional sampai kepada kebutuhan yang lebih luas.
Melihat kondisi kondisi lingkungawhidup yang ada dengan te-tap memperhatikan air limbah (buangan) yang sedemikian rupa kualitasnya berasal dari rumah tancbb ri uta dan tuprunalran calah satu penyebab pencemaran lingkungan, ingin diuraikan secara sistematik aplikasi ‘Package Sewage Treatment’ sebagai salah satu teknologi terapan yang sesuai untuk penanggulangannya.
lnstalasi
Instalasi Package Treatment menurut pengertian awalnya diartikan secara praktis, suatu instalasi terpadu yang dapat dibuat dan diadakan secara cepat karena tuntutan kebutuhan dan dengandimensi (ukuran) dibuat sedemikian kecil karena keterbatasan lahan sehingga proses pengolahannyapun harus dibuat lebth cepat. Dari pengertian ini akan dapat ditarik makna dan diuraikan fungsi. serta tujuannya secara singkat: pertama, instalasi dapat dibuat dan diadakan secara cepat. Pembuatan dan pengadaan
secara cepat itu dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan secara cepat pula, artinya pada jumlah populasi tertentu dapat dibuang yang sedemikian kecilnya dan pada saat populasi bertambah, instalasi tersebut dapat diganti dengan yang lebih besar. Dengan demtkian fungsinya tidak terputus putus atau dapat dipindah-pindahkan dari satu tempat ketempat lainnya, menurut kebutuhannya dengan pengelolaan yang sangat baik.
Melihat pada fungsinya yang demikian ini, tentu pembuatan package sewage ini menanggung resiko biaya investasi dan operasi yang tidak kecil. Oleh karena itu dengan berbagai pertimbangan dan pemikiran ekonomis, dalam pengembangannya instalasi package dirubah menjadi instalasi permanen yang bentuk ataupun konfigurasinya dapat disesuaikan dengan keterbatasan lahan dan jumlah populasi.
Kedua, penempatannya tidak menyita lahan. Sebagaimana disebutkan dalam penjelasan sebelumnya , instalasi package ini dapat dibuat besar atau kecil sesuai kebutuhan, artinya penggunaannya dapat bersifat ekonomis. Pemikiran kearah ekonomis ini diperlukan karena sifat ‘non retainable investment’ dari suatu instalasi. Oleh sebab itu untuk mengatasi kepadatan penduduk, keterbatasan lahan atau karena lahan tersebut sudah mahal harganya, maka penggunaan instalasi ini dapat dikatakan representatif.
Secara teknis dan pentanfaatan instalasi dapat diperhitungkan, apakah instalasi tersebut harus besar atau kecil yang didasarkan pada jumlah populasi para pemakai yang memerlukannya. Untuk itu, peruntukan instalast ini dapat diterapkan dan dipasang pada hotel, pertokoan, rumah sakit, perkantoran, komplek pendidikan dan pemukiman. Secara operasional, masih diperlukan usaha pengamanan yang baik agar tujuan dan maksudnya dapat tercapai.
Ketiga, penguraian biologis dapat dipercepat. Pengembangan instalasi package di Indonesia berdasarkan penelitian lapangan yang dilakukan terhadap instalasi terpasang dan juga hasil hasil penelitian yang dilakukan oleh instansi pemerintah dan non pemerintah serta perguruan tinggi yang berkepentingan. Diantara hasil penelttian yang merupakan data/ informasi yang penting adalah beban Biological Oxygen Demand (BODd5) masyarakat umum saat ini masih berkisar pada angka 225 ppm yang berarti masih jauh dibawah kriteria yang dibuat WHO, yaitu berkisar pada angka antara 300-500 ppm BOD5.
Untuk itu, proses penguraian biologis bagi air buangan rumah tangga dapat dilakukan dengan sistem ‘extended aeration’ (aerasi berkepanjangan yaitu sistem yang memadai guna menyesuaikan beban BOD5. Proses penguraian biologis tersebut dapat berlangsung dengan baik apabila ada keseimbangan sesuai yang diperlukan didalam air buangan, sehingga bakteri pembusuk dapat hidup dan berkembang baik pada siklus kehidupan yang normat. Apabila keseimbangan tersebut tercapai, maka hasil pengolahan akan memenuhi syarat standar badan air/ drainase, yaitu: BOD = 20 ppm, Suspendid Solid (SS) = 300 ppm, Bacteriologi = menurut persyaratan lokal.
Proses pengolahan
Instalasi package ini menggunakan proses pengolahan biologis mekanis, maksudnya melalui proses menghidupkan dan mengembangkan bakteri dengan sistem aerasi atau lebih dikenal dengan istilah pengolahan secara ‘Extended Aeration with Activated Sludge and Diffusion Aeration and air Blower. Sistem ini menggunakan dua tahapan proses, yaitu Aerasi (penambahan oksigen dari udara) dan sedimentasi (pengendapan).
Pengolahan aerasi merupakan proses biologis yaitu proses yang mengusahakan kehidupan bakten dengan melarutkan oksigen ke dalam air untuk respirasi bakteri sehingga terjadi gelembung gelembung dan turbulensi yang juga berfungsi sebagai media pengangkut nutnsi, oksigen dan bakten itu sendiri sehingga bakteri itu dapat mengkonsentrasikan diri untuk reproduksi. Kegunaannya untuk menjaga keseimbangan antara nutrisi dan bakteri itu sendiri, oleh karena itu diperlukan pengaturan pemberian oksigen sebab jika kelebihan akan muncul sifat kanibalis pada bakteri. Adapun syarat syarat untuk menjaga keseimbangan itu adalah: 1. memberikan lingkungan yang idial bagi bakteri. 2. menghindarkan zat racun yang dapat membunuh bakteri. 3. menghindarkan infiltrasi lemak dan minyak.
Kecuali pada awal prosesnya, ‘seeding’ tidak diperlukan karena instalast berfungsi secara bertahap, sehingga keseimbangan dapat diusahakan tetap antara bakteri pembusuk dan nutrisinya. Sedang tata kerja lumpur aktif yang mengandung bakteri yang diresirkulir dan berhubungan langsung dengan ‘raw sawage’ dengan maksud guna membantu mempercepat proses.
Secara garis besar, cara kerja instalasi dapat digambarkan menurut tahapan sbb.
Pertama, air kotor yang baru ‘raw sewage’ mengalir menuju instalasi untuk pertama kalinya ke dalam ruang influent. Kedalam ruang influent ini juga mengalir lumpur yang diresirkulasi dari ruang pengendapan (settling) sehingga bercampur menjadi satu. Dan ada kalanya unit penghancur comminitor dipakai untuk menghancurkan raw sewage padat. Kedua, campuran air kotor tsb dialirkan ke ruang aerasi untuk diproses selama 24 jam dengan bantuan unit penyebar udara diffuser yang mendapatkan udara melalui unit blower. Selanjutnya larutan air kotor mengalir secara konstan menuju ruang pengendap melalui unit pelampung. Didalam ruang pengendap lumpur dan benda benda padat langsung mengendap, sedangkan air yang jernih melimpah kekanal pembuangan untuk kemudian dialirkan ke saluran umum.
Ketiga, benda berida terapung yang tunbul dari endapan lumpur atau yang terbawa dari ruang aerasi, mengalir menuju ventury skimmer untuk kemudian direserkulasikan menuju ruang influent. Sedangkan endapan lumpurnya diresirkulasikan ke ruang influent untuk dicampurkan dengan air kotor yang baru masuk. Sistem resirkulasi tersebut sangat penting karena besar pengaruhnya terhadap hasil pengolahan, artinya pengembalian lumpur aktif dengan menggunakan pompa udara ada keuntungan, yaitu pada saat resirkulasi lumpur tetap ada hubungan langsung dengan udara untuk memberi kehidupan pada bakteri.
Benda terapung yang biasanya berupa minyak dan benda padat yang berat jenisnya lebih kecil ketimbang berat jenis air dan terjadi dalam bentuk lapisan yang tidak menyatu serta dapat dihisap oleh mulut ventury skimmer yang diletakkan sedikit dibawah permukaan air. Bentuk henda benda terapung lainnya yang berasal dari lumpur , yang tidak tersirkulasi, yaitu lumpur yang tergasifikasi oleh lapisan lumpur yang anaerobik. Sebab sebab lain sehingga mengakibatkan lapisan lumpur terapung pada pembukaan air yaitu karena proses aerasi yang berlebihan atau karena beban biologis dan resirkulasi lumpur yang terlalu rendah, (Pengolahan limbah secara anaerobik , Kompas 17 Januari 1990, hal X). Selanjutnya air yang telah menjalani proses aerasi dan pengendapan akan melimpah ke kanal pembuangan dan bila ditentukan lain, air tersebut dapat langsung ke saluran umum.
Proses biologis
Untuk instalasi yang amat kompleks, diperlukan proses pengolahan biologis. Pada saat instalasi mulai dioperasikan, bentuk awal microorganisma yang ada didalam instalasi tsb adalah enzymes dan reaksi yang terjadi antara enzymes serta zat zat yang terkandung dalam air kotor segar raw sewage dan deng.an oksigen yang diintroduksikan kedalam air akan berbeda. Pada waktu proses biokimia bekerja, reaksi antara zat zat pada air kotor segar dan O2 yang terlarut karena proses aerasi akan terjadi dengan bakteri dan zat zat biokimia yang 1 sudah ada pada instalasi.
Air kotor segar rawsewage mengandung berbagai bentuk komponen nitrogen (urine, amonia), komponen karbon (faeces dan karbohidrat) serta phosphor. Persyaratan agar tercapai reaksi yang seimbang perbandingannya antara karbon, nitrogen dan phosphor berkisar antara 150:5:1. Seluruh reaksi biokimia tsb terjadi pada ruang aerasi dimana oksigen yang terlarut terus-menerus mempengaruhi dan berperan pada perubahan bentuk sifat biologis dan biokimia dalam usaha memperbanyak zat zat. Bakteri anaerobik dan nitrifikasi berkembang secara konstan dan mengalami siklus kehidupan yang berakhir dengan menghasilkan nitrat, CO2, air non degradasi dan inert organik dan juga phosphat (BPPT, 1989).
Setelah mengalami reaksi biologis dan pengolahan selama 24 jam larutan menuju ruang pengendap, praktis menjadi stabil dan proses pemisahan terjadi (partikel yang lebih berat akan mengendap). Air yang melimpah kesaluran merupakan larutan larutan yang sudah stabil dan tidak lagi terjadi reaksi nitrat kecuali sejumlah kecil nitrit. Air yang diklasifikasikan stabil dan jemih akan terdiri dari zat zat: BOD-20 ppm maksimum, DO-2 sampai 3 ppm, NO2-1.0 ppm, NO3– 20 sampat 30 ppm, P-15 ppm, pH-7, bakteri E coli – 0 dan amonia 10 PPm.
OLEH: AMIEN NUGROHO
Sumber: Kedaultana Rakyat, 18 Februari 1990