Serangga dinilai sebagai sumber pangan alternatif bergizi. Selain bernilai gizi tinggi, serangga juga bahan pangan yang lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan bahan pangan ternak lain.
KOMPAS/SEKAR GANDHAWANGI—-Tampilan belalang goreng yang dibeli dari pelantar e-dagang, Sabtu (1/5/021). Serangga merupakan bahan pangan alternatif yang bergizi tinggi. Serangga mengandung, antara lain, protein, lemak esensial, dan mikronutrien.
Dahi sebagian orang bakal mengernyit saat disuguhi sepiring serangga goreng. Walau bukan hal baru, belalang, jangkrik, dan ulat hong kong masih asing di lidah beberapa orang. Terlebih, jika dijadikan kawan nasi putih hangat atau dimakan sebagai camilan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Menyantap serangga sebenarnya tidak aneh. Hal ini sudah dilakukan sebagian orang Indonesia sejak zaman dulu, sebutlah di Papua atau DI Yogyakarta. Toples-toples berisi belalang atau walang goreng pun kerap dijual bebas di pinggir jalan Kabupaten Gunungkidul, DI Yogyakarta.
Serangga goreng juga dijual secara daring di e-dagang. Di salah satu toko, sekotak belalang goreng ukuran kecil dihargai Rp 35.000. Beratnya 150-170 gram per kotak. Sementara itu, harga sekotak belalang ukuran besar Rp 45.000.
Belalang goreng punya cita rasa yang gurih. Teksturnya garing tak berdaging. Kres, kres, kresss…. Sensasi mengunyah belalang goreng mirip mengunyah kulit udang, tetapi lebih nikmat dan bisa ditelan.
KOMPAS/SEKAR GANDHAWANGI—-Tampilan belalang goreng yang dibeli dari pelantar e-dagang, Sabtu (1/5/021). Serangga merupakan bahan pangan alternatif yang bergizi tinggi. Serangga mengandung, antara lain, protein, lemak esensial, dan mikronutrien.
Mengunyah belalang goreng terasa 11-12 dengan makan berondong jagung alias popcorn; ringan, seperti makan angin. Karena rasanya yang gurih dan asin, tidak ada salahnya mencicipi walang goreng dengan nasi. Menu ini lumrah bagi beberapa orang yang akrab dengan walang goreng.
Selain itu, makan serangga juga dianjurkan bagi mereka yang bertahan hidup di alam liar. Selain mudah ditemui, serangga juga punya kandungan gizi yang baik.
Pangan bergizi
Pegiat makanan dari serangga (entomophagy) sekaligus pendiri organisasi Krik, Iwan Permana, mengatakan, jangkrik mengandung potasium, zat besi, kalsium, protein, dan vitamin B12. Ia menilai, serangga merupakan salah satu sumber daya yang belum dimanfaatkan secara optimal sebagai bahan pangan.
”Sekitar 2 miliar orang mengonsumsi serangga, terutama di negara dunia ketiga, seperti Meksiko, Afrika, dan Thailand. Nenek moyang Indonesia juga memakan serangga, misalnya laron dan belalang. Serangga biasanya disangrai dan dijadikan lauk,” kata Iwan pada diskusi daring ”Serangga, Sumber Protein dan Pangan Masa Depan”, Sabtu (1/5/2021).
Mengutip buku Serangga Layak Santap: Sumber Baru bagi Pangan dan Pakan oleh FG Winarno, sekitar 80 persen atau 3.000 suku bangsa di dunia berpengalaman makan serangga. Hewan kecil itu bahkan jadi penganan populer di Asia, Afrika, Amerika Latin, hingga Oseania.
Berdasarkan studi para pakar di Universitas Wageningen, Belanda, serta Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO), ada sekitar 2.000 spesies serangga yang bisa jadi bahan pangan. Beberapa serangga yang sering disantap warga global antara lain tonggeret, semut, ulat sagu, kelabang, kalajengking, dan tarantula.
KOMPAS/ICHWAN SUSANTO—Ulat sagu merupakan sumber protein lokal yang sangat bergizi. Seperti namanya, ulat ini hidup di batang sagu yang telah mati. Tampak masakan berbahan ulat sagu yang telah diolah/dimasak di restoran, 15 Februari 2020, di Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua.
Studi tersebut menyebutkan bahwa serangga mengandung kadar protein yang mirip dengan pangan hasil ternak pada umumnya. Ada pula asam lemak esensial dan mikronutrien berkadar tinggi pada serangga. Kadar protein serangga sekitar 13-77 persen dari berat keringnya.
”Dua sendok makan tepung jangkrik punya kandungan protein lebih banyak dari dua butir telur ayam. Kandungan zat besinya juga tinggi dan baik untuk mengatasi kelelahan,” ujar Iwan.
Ahli gizi Dian PM Saraswati mengatakan, kandungan gizi serangga baik untuk bahan pangan alternatif. Selain bergizi, serangga pun bisa diperoleh dengan harga relatif murah sehingga bisa diakses lebih banyak orang.
Namun, perlu diingat bahwa tubuh sebagian orang sensitif dengan protein tertentu, termasuk protein pada serangga. Ini bisa menimbulkan efek alergi. Alergi ringan berupa gatal dan bentol, sedangkan alergi berat bisa memicu syok hingga mengancam nyawa.
KOMPAS/RYAN RINALDY—Aneka menu serangga goreng di Talad Rod Fai Train Night Market, Bangkok, Thailand, Minggu (4/8/2019). Di Thailand, serangga goreng menjadi camilan yang dianggap sehat.
Uji reaksi alergi bisa dilakukan sebelum mengonsumsi serangga. Cairan pada serangga diambil, kemudian diusapkan di punggung tangan. Jika kemudian kulit gatal, disarankan tidak memakan serangga itu.
Ramah lingkungan
Dian menambahkan, serangga adalah bahan pangan yang lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan ternak lain. Serangga tidak memerlukan lahan luas, tidak perlu banyak air, dan menghasilkan emisi karbon dioksida yang rendah.
Berdasarkan buku FG Winarno, ternak besar dan kecil umumnya menghabiskan 2,99 galon air, 25 pon (11,3 kilogram) pakan, dan menggunakan lahan luas untuk menghasilkan 1 pon (0,45 kilogram) daging. Untuk memproduksi berat yang sama, serangga hanya membutuhkan 1 galon air, 2 pon (0.9 kilogram) pakan, dan lahan yang sempit.
”Di sisi lain, jika serangga terlalu banyak ditangkap, keseimbangan ekosistem akan terganggu. Solusinya adalah dengan budidaya sehingga tidak bergantung hanya pada serangga di alam,” tutur Dian.
Konsultan makanan dan minuman, Chef Desyanto Nugroho, mengatakan, cara terbaik mengenalkan serangga kepada orang awam adalah mengolahnya menjadi bentuk lain. Serangga bisa diolah jadi tepung, protein bar, atau dicampur dengan makanan lain, misal dengan cokelat atau dijadikan isian tortilla.
”Syaratnya adalah bagaimana agar itu tidak seperti bentuk aslinya. Kalau wujudnya asli, saya rasa beberapa orang tidak nyaman memakannya,” kata Desyanto.
Setelah pandemi Covid-19, ada baiknya terbang ke Kopenhagen, Denmark, dan mampir ke salah satu restoran yang menyuguhkan serangga di buku menunya. Mungkin suatu saat kita menambah referensi makan serangga, dari lauk nasi putih jadi jadi macam-macam makanan lezat.
Oleh SEKAR GANDHAWANGI
Editor: ICHWAN SUSANTO
Sumber: Kompas, 2 Mei 2021