Bukan Saatnya Lomba Megapiksel, Ini Era Fotografi Komputasional

- Editor

Rabu, 14 Oktober 2020

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Teknologi kecerdasan buatan sudah begitu masuk ke dalam proses fotografi kamera ponsel, sehingga jumlah piksel kini tidak lagi menjadi satu-satunya barang dagangan. Ini adalah era fotografi komputasional, era AI.

OPPO—Tampak belakang ponsel Oppo Reno4 F, yang dihadirkan dalam dua warna: matte black (kiri) dan metallic white (kanan). Ponsel ini akan diluncurkan resmi di Indonesia pada 12 Oktober mendatang.

Vendor ponsel pintar Oppo, pada Selasa (6/10/2020) secara khusus menggelar acara icip-icip jarak jauh bagi jurnalis dan influencer untuk melihat produk terbarunya, Reno4 F. Tidak ada pengumuman harga dan dijual sejak kapan, acara ini khusus menggarisbawahi teknologi kamera yang dimiliki ponsel tersebut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Padahal, secara hardware kamera, sebetulnya tidak ada yang menonjol dari Reno4 F. Tidak disebutkan persis menggunakan sensor apa, tetapi dari spesifikasi yang dibuka, memang bukan sesuatu yang spesial.

Kamera spesifikasi tertingginya ada di bagian belakang. Kamera ini memiliki resolusi 48 megapiksel dengan sensor ukuran 1/2 inci, jenis sensor yang juga banyak dipakai oleh ponsel-ponsel lain di kelas menengah. Lantas apa yang ingin dipamerkan Oppo kalau spesifikasi kameranya tidak menonjol?

Algoritma artificial intelligence atau kecerdasan buatan. Selling point ponsel ini ada pada perangkat lunak pengolah citra foto. Dan semuanya, menggunakan embel-embel AI, AI Color Portrait, AI Super Night Portrait, AI Night Flare Portrait, AI Super Clear Portrait, dan AI Beautification.

Ambil contoh AI Super Night Portrait, misalnya. PR Manager Oppo Indonesia Aryo Meidianto mengatakan, moda AI Super Night Portrait secara sederhana mirip dengan teknologi foto HDR (high dynamic range), di mana sejumlah foto dengan berbagai tingkat keterangan akan dirangkai untuk menyelamatkan baik highlight maupun shadow.

Namun teknologi AI akan memastikan bahwa HDR tidak terlihat terlalu berlebihan dan bisa memisahkan antara wajah subyek dan latar belakang.

Lalu juga ada AI Color Portrait. Dalam moda ini, AI akan bekerja dengan mengenali subyek foto secara otomatis lalu memisahkannya dari latar belakang. Kemudian, latar belakang akan dibuat menjadi hitam-putih, menyisakan subyek yang berwarna.

“Ini juga membuat foto menjadi karya seni yang saya prediksikan akan jadi tren di kalangan anak muda,” kata PR Manager Oppo Indonesia Aryo Meidianto.

Untuk fitur AI Super Clear Portrait, Aryo mengatakan Oppo menggunakan teknologi deep learning, salah satu subset dalam bidang kecerdasan buatan. Algoritma deep learning dapat mendeteksi keberadaan wajah pada sebuah foto kemudian meningkatkan detil tertentu.

“Misalnya, alis dan bulu mata dapat ditingkatkan, dapat direkonstruksi untuk menjadikan foto yang dihasilkan tampak lebih jelas,” kata Aryo.

Sesungguhnya, ini pun bukan pelibatan AI dalam fotografi ponsel. Ini menjadi penegas kembali bahwa saat ini adalah era fotografi komputasional.

Fotografi komputasional
“Kebanyakan foto yang kita ambil sekarang ini, bukanlah foto biasa yang berasal dari satu jepretan. Sekarang, kamera ponsel itu mengambil sejumlah foto dan komputer menggabungkannya menjadi satu gambar,” kata pakar ilmu komputer dan kecerdasan buatan University of California Berkeley AS Profesor Ren Ng dalam wawancaranya dengan New York Times.

TANGKAPAN LAYAR YOUTUBE/GOOGLE—Infografis yang ditampilkan Google saat peluncuran Google Pixel pada 2016; menjadi ponsel dengan kamera terbaik.

Kehadiran fotografi komputasional pada ponsel mungkin pertama kali dirasakan luas dampaknya ketika Google Pixel edisi pertama (2016) mendapat gelar ponsel dengan kamera terbaik dan algoritma kecerdasan buatan menjadi alasannya.

“Penggunaan HDR+ oleh Google Pixel telah menghasilkan kualitas foto yang seharusnya sulit dilakukan oleh sensor kecil pada ponsel. Ini membuka apa yang biasanya tidak mungkin menjadi mungkin,” tulis David Cardinal dari DXOMARK, sebuah firma konsultan yang melakukan benchmark terhadap kualitas foto dari kamera, lensa, dan ponsel.

Sejak saat itu, setiap ponsel Google Pixel pun selalu mendapatkan skor yang tinggi atas dasar algoritma pengolahan citra yang superior.

Apple pun pada peluncuran iPhone 11 Pro pada 2019 memperkenalkan teknologi Deep Fusion. Teknologi ini pada dasarnya meningkatkan detail yang ada pada foto.

Vice President Apple Phil Schiller mengatakan, Deep Fusion bekerja dengan cara mengambil sembilan foto, kemudian prosesor AI menganalisa setiap piksel untuk mencari bagian yang terbaik dan kemudian menggabungkannya menjadi satu. Hasilnya, adalah foto dengan detail yang jauh lebih baik, melampaui apa yang dihasilkan sistem kamera biasa, tanpa AI.

“Ini adalah bagaimana sebuah prosesor menghasilkan gambar. Ini adalah sains fotografi komputasional yang gila!” kata Schiller.

Lantas, jika teknologi foto pada ponsel pintar sudah sejauh ini, apakah kelak kehadiran AI juga akan muncul pada kamera profesional?

Oleh SATRIO PANGARSO WISANGGENI

Editor: KHAERUDIN KHAERUDIN

Sumber: Kompas, 7 Oktober 2020

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 1 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB