Korban Serangan Jantung Melonjak Selama Pandemi

- Editor

Rabu, 30 September 2020

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Pandemi Covid-19 memicu dampak kesehatan tidak langsung, yaitu lonjakan kematian karena serangan jantung. Situasi itu terjadi karena penderita penyakit jantung tidak segera mendapat penanganan yang tepat.

Dampak kematian karena Covid-19 selama ini hanya dihitung berdasarkan orang yang terinfeksi virus SARS-CoV-2. Padahal, pandemi juga memicu dampak tidak langsung, yaitu lonjakan kematian karena serangan jantung terlambat ditangani.

Kajian terbaru menemukan adanya 2.085 tambahan kematian (excess death) dibandingkan dengan rata-rata tahunannya di Inggris dan Wales karena penyakit jantung dan stroke selama puncak pandemi Covid-19.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Penyelidikan ini dilakukan tim ilmuwan data dan dokter, yang dipimpin oleh akademisi di Universitas Leeds dan dipublikasikan di jurnal Heart pada Selasa (29/9/2020). Kolaborator lainnya berasal dari Keele University, National Health Service (NHS) Digital, Kantor Statistik Nasional, Barts Health NHS Trust, dan University College London.

Hal ini merupakan studi besar ketiga dari akademisi yang menyelidiki bagaimana puncak pandemi Covid-19 memengaruhi layanan kardiovaskular darurat.

Disebutkan, tambahan kematian ini disebabkan orang-orang yang terkena serangan jantung atau penyakit kardiovaskular akut lainnya tidak segera mendapat perawatan darurat di rumah sakit. Keterlambatan ini karena pasien takut tertular Covid-19 ataupun tidak dirujuk untuk pengobatan. Sebagian besar korban meninggal di rumah atau di rumah perawatan.

Chris Gale, profesor Kedokteran Kardiovaskular di Universitas Leeds, mengatakan, ”Sejumlah kematian ini seharusnya dapat dicegah jika mereka segera pergi ke rumah sakit ketika mereka mulai mengalami serangan jantung atau stroke. Padahal, riset sebelumnya menunjukkan, layanan serangan jantung di seluruh negeri (Inggris) tetap beroperasi penuh selama puncak pandemi.”

Jianhua Wu, pengajar di School of Medicine di Leeds, yang memimpin penelitian ini, mengatakan, studi ini merupakan yang pertama memberikan gambaran rinci dan komprehensif tentang apa yang terjadi pada orang-orang yang menderita penyakit kardiovaskular akut di Inggris dan Wales. Temuan diharapkan membantu pemerintah dan NHS untuk memastikan orang yang sangat sakit segera mencari bantuan.

Menurut kajian ini, dalam kurun empat bulan sejak 2 Maret-30 Juni 2020, terdapat 28.969 kematian kardiovaskular. Data ini lalu dibandingkan dengan jumlah rata-rata kematian pada periode sama selama enam tahun sebelumnya.

Hasilnya, terdapat peningkatan 8 persen kematian dibandingkan dengan rata-rata, atau 2.085 kematian berlebih. Kematian akibat kardiovaskular yang berlebihan mulai muncul akhir Maret 2020 dan memuncak pada awal April saat Pemerintah Inggris mempromosikan pesan ”tetap di rumah, lindungi pekerja kesehatan dan selamatkan nyawa”.

Khawatir tertular
Pesan ini, menurut peneliti, kemungkinan yang mengakibatkan lebih sedikit orang bersiap pergi ke rumah sakit meski mengalami serangan jantung. Alasannya, mereka khawatir tertular Covid-19, atau khawatir akan membebani sistem layanan kesehatan.

Studi sebelumnya oleh para peneliti yang sama dan diterbitkan dalam The Lancet dan European Heart Journal telah mengungkapkan bahwa jumlah orang yang tiba di rumah sakit dengan serangan jantung turun tajam, dengan beberapa unit lebih dari setengah dari jumlah biasanya.

Kajian ini juga menemukan, stroke dan gagal jantung menjadi penyebab kematian paling utama bagi orang-orang di panti jompo dan rumah sakit.

Gale mengatakan, temuan ini mendukung hipotesis banyak orang menjauh dari rumah sakit meskipun mereka amat sakit dengan penyakit kardiovaskular akut.

Kajian ini merekomendasikan agar sistem layanan kesehatan mempersiapkan gelombang Covid-19 di masa depan dengan memastikan orang-orang memahami bahwa rumah sakit terbuka dan memiliki proses untuk meminimalkan risiko pasien menderita Covid-19.

Oleh AHMAD ARIF

Editor: EVY RACHMAWATI

Sumber: Kompas, 30 September 2020

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 4 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB