Selama lima tahun mendatang, pemerintah akan memfokuskan program riset dan komersialisasinya pada produk-produk substitusi impor, pemberdayaan usaha mikro kecil dan menengah, serta penanganan Covid-19.
Pemerintah akan memfokuskan program riset dan komersialisasinya dalam lima tahun ke depan pada produk-produk substitusi impor, pemberdayaan usaha mikro kecil dan menengah, serta penanganan Covid-19. Upaya ini juga diharapkan membantu percepatan pemulihan ekonomi dan menghemat devisa.
Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional Bambang PS Brodjonegoro secara virtual, Kamis (13/8/2020), mengatakan, pengurangan ketergantungan impor dan pemberdayaan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) itu akan sangat membantu pemulihan ekonomi Indonesia dan menggerakkan produksi dalam negeri.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Hal itu disampaikan Bambang seusai mengikuti salah satu tahapan Rapat Koordinasi Nasional tentang Prioritas Riset Nasional (PRN) 2020-2024. PRN dikembangkan dari Rencana Induk Riset Nasional (RIRN) 2017-2045.
Untuk substitusi impor, riset di antaranya akan diprioritaskan pada pengembangan bahan bakar nabati dari biji sawit (bukan minyak sawit mentah/CPO) untuk mengurangi impor bahan bakar minyak yang besar, pengembangan garam industri, alat utama sistem pertahanan, serta kebutuhan pangan.
”Biji sawit untuk bensin nabati itu akan akan diambil dari perkebunan sawit rakyat sehingga bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menggerakkan ekonomi lokal,” katanya. Untuk memproduksi bahan bakar nabati itu, digunakan Katalis Merah Putih yang kini juga siap diproduksi dan mengurangi ketergantungan pada katalis impor.
Demikian pula riset garam yang diarahkan untuk meningkatkan kandungan natrium klorida garam krosok petani hingga 97 persen atau sesuai standar garam industri. Upaya ini akan meningkatkan nilai jual garam rakyat hingga 2-4 kali lipat. Selain itu, produk samping pabrik garam yang sedang dibangun di Gresik, Jawa Timur, itu juga bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku obat dan minuman isotonik.
Sementara itu, lanjut Bambang, riset untuk pemberdayaan UMKM akan difokuskan pada pemanfaatan teknologi hingga UMKM bisa berkembang dan lebih produktif. Upaya itu, antara lain, berupa pengenalan teknologi pengalengan makanan tradisional atau teknologi digital yang membantu memperluas akses pasar UMKM.
Covid-19
Pandemi Covid-19 turut mengubah fokus PRN 2020-2024. Penelitian untuk mencegah dan menangani Covid-19 kini juga diutamakan, seperti pembuatan vaksin, obat modern asli Indonesia, ataupun obat herbal terstandar. Pembuatan alat-alat kesehatan yang dibutuhkan masyarakat langsung juga masuk dalam prioritas.
Ketua Pelaksana Manajemen PRN Prakoso mengatakan, perubahan topik PRN dimungkinkan jika setelah evaluasi dipandang perlu memasukkan produk-produk lain yang bersifat strategis. Atas dasar pertimbangan itu, vaksin Covid-19, pengembangan pesawat N219 dan R80, dan juga kapal pelat datar masuk dalam PRN 2020-2024.
Meski demikian, Bambang berharap, pada 2024, produk-produk yang masuk dalam PRN sudah mendapat izin dan sertifikasi sehingga bisa dikomersialisasikan. Karena itu, kerja sama antara industri, peneliti, dan pemerintah dalam konsep triple helix terus didorong.
Untuk membantu mengomersialisasikan produk inovasi anak bangsa, pemerintah dalam peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional Ke-25 Tahun 2020 pada Senin, 10 Agustus, meluncurkan katalog elektronik inovasi Indonesia di Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP). E-katalog ini bisa jadi rujukan lembaga pemerintah, sekaligus jadi penanda produk yang didesain dan diproduksi sepenuhnya di Indonesia.
”Dengan e-katalog itu, diharapkan memberikan keberanian bagi lembaga pemerintah untuk mengawali penggunaan produk inovasi Indonesia,” ucap Bambang. Penggunaan produk inovasi anak bangsa itu akan meningkatkan permintaan dan skala produksi sehingga membantu percepatan hilirisasi hasil riset.
Selain itu, usaha percepatan hilirisasi riset juga didorong dengan melibatkan industri yang berpotensi menjadi produsen untuk terlibat dalam proses riset. Industri bisa memberikan panduan tentang produk yang diinginkan pasar dan layak dikomersialisasikan. Untuk meningkatan partisipasi industri tersebut, pemerintah telah menyiapkan sejumlah insentif pengurangan pajak yang akan segera diluncurkan.
Namun, menjalankan program PRN di tengah pandemi tidaklah mudah. Pengurangan anggaran kementerian dan lembaga untuk mengatasi berbagai dampak Covid-19 turut memangkas anggaran riset.
Meksi demikian, kini ada dana Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) yang bisa dimanfaatkan untuk mendanai semua program PRN. ”Implementasi PRN tetap berjalan pada 2020 ini walau ada pandemi,” tegas Prakoso.
Oleh MUCHAMAD ZAID WAHYUDI
Editor: ICHWAN SUSANTO
Sumber: Kompas, 13 Agustus 2020