Virtual

- Editor

Selasa, 9 Juni 2020

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Kata “virtual” seakan sedang dirayakan karena terlalu kerap disebut. Pertemuan “virtual”, halal bihalal “virtual”, atau belajar “virtual.” Apa sesungguhnya makna “virtual”? Kenapa kata ini dicomot ke bahasa Indonesia?

Akhir-akhir ini kata virtual sedang naik daun. Ada konferensi virtual, rapat virtual, konser virtual, obrolan virtual, pameran virtual, dsb. Sebab kampung halaman kata ini Inggris, banyak orang tak begitu paham maknanya. Kata ini sering digunakan silih berganti dengan kata daring dan maknanya tak berbeda, karena itu orang pun menarik kesimpulan bahwa makna kedua kata ini serupa.

Kata daring sebenarnya terjemahan kata on line (Inggris). Rasanya cukup beralasan jika orang bertanya mengapa virtual tak diterjemahkan saja ke dalam bahasa Indonesia. Orang tak perlu bertanya seperti itu kalau ia membuka Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) karena di sana tertulis memang virtual. Bukan kata lain.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Ternyata kata itu tak diterjemahkan, melainkan diserap menjadi kata Indonesia. Arti kata serapan itu ‘(secara) nyata’. Contoh penggunaannya diberikan KBBI: “demokrasi dalam arti nyata”. KBBI tetap konsisten dengan arti kata itu karena sejak kamus tersebut terbit kali pertama pada 1988, arti kata itu sama dan contohnya pun serupa.

Saya merasa perlu ada keterangan tambahan mengenai kata serapan itu. Jadi tak hanya “(secara) nyata” saja. Karena dengan keterangan tambahan atau penjelasan, kata virtual itu tak dibebani dengan banyak arti. Dalam pertandingan sepak bola dan berbagai peristiwa lain kita mengenal frasa live coverage, laporan langsung. Maksudnya tak lain bukan rekaman, sedangkan yang virtual bukanlah sesuatu yang direkam. Kalau kata virtual dimaksudkan sebagai tak langsung pasti tak tepat pula karena pembicaraan secara virtual adalah langsung walaupun tak berhadap-hadapan dalam jarak dekat. Daring agaknya pilihan yang lebih tepat untuk menggantikan virtual.

Untuk mengetahui penjelasan tambahan apa yang harus diberikan kepada virtual dalam KBBI, saya menelusuri beberapa kamus bahasa Inggris. Dalam kamus saku Oxford Learners Pocket Dictionary disebutkan dua makna virtual. Satu di antaranya, saya rasa, cukup tepat sebagai penjelasan. Virtual adalah made to appear to exist by the use of computer software. Dengan menggunakan piranti lunak komputer, kita dapat membuat sesuatu seakan-akan benar-benar ada di dekat kita.

Karena itu, realitas virtual adalah imaji yang diciptakan komputer yang tampaknya benar-benar ada. Seandainya komputer tak ada, pastilah semua yang serba virtual tak pernah ada pula. Artinya, komputerlah sangat berperan di sini. Wajar jika ada yang bertanya mengapa kata asing itu diserap begitu saja tanpa penjelasan memadai.

KOMPAS/TATANG MULYANA SINAGA—Proses peluncuran website dan aplikasi jualsayuran.com secara virtual di Bandung, Jabar, Jumat (5/6/2020).

Mengingat sejak 1988 KBBI telah menyerap virtual dengan makna “(secara) nyata”, sangat banyak waktu bagi Badan Bahasa mengevaluasi kembali apa yang perlu disempurnakan dalam KBBI yang menjadi rujukan ini. Penambahan entri baru memang perlu, tetapi perbaikan, penambahan, dan penjelasan tak kalah pentingnya. Andai kata virtual diterjemahkan jadi melalui komputer, orang akan lebih mudah memahami maknanya.

KBBI telah menyertakan salah satu entrinya, virtual, ke dalam terbitan pertama (1988), tapi kata itu baru berada di atas angin ketika pandemi covid-19. Korona menyerang ke sana ke mari, termasuk Indonesia. Kalau wabah itu tidak datang, mungkin virtual hanya tersimpan dalam kamus; tertidur dan masyarakat tak merasa perlu menggunakannya kembali.

Sori Siregar, Cerpenis

Editor ILHAM KHOIRI

Sumber: Kompas, 9 Juni 2020

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 19 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB