Populasi Flora Kebun Raya Bogor Berkurang; Tanaman Tua Mati Dimakan Usia

- Editor

Senin, 21 Oktober 2013

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Populasi tanaman di Kebun Raya Bogor, Jawa Barat, berkurang karena faktor usia dan bencana alam, seperti angin puting beliung. Pada tahun 2000, populasi tanaman sekitar 16.000 tanaman, tahun 2006 sebanyak 14.000 tanaman, dan tahun 2012 tinggal 13.000 tanaman.

”Sekitar 70 persen tanaman di sini telah berusia ratusan tahun sehingga sangat rentan saat terjadi bencana alam,” ujar Kapat Yuriawan, anggota staf Hubungan Masyarakat di Kebun Raya Bogor, Sabtu (19/10).

Kepala Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor Mustaid Siregar secara terpisah mengatakan, tahun 2006 saat terjadi angin kencang dan angin puting beliung, banyak pohon yang tumbang.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Dari segi pemeliharaan, lanjut Mustaid, selama ini koleksi pohon tua tak diizinkan untuk dimasukkan satuan anggaran perawatannya. ”Koleksi pohon tua di kebun raya selama ini tidak dianggap sebagai aset negara, padahal sangat tinggi nilainya dari sisi konservasi dan ilmu pengetahuan,” kata Mustaid.

Kebun Raya Bogor, yang dibangun pada 18 Mei 1817, sampai akhir 2012 memiliki koleksi tanaman yang terdiri dari 212 suku, 1.250 marga, dan 3.400 jenis. Jumlah itu menyusut sekitar 19 persen dibandingkan dengan tahun 2000.

Salah satu pohon yang hilang dari kebun raya seluas 87 hektar tersebut adalah kelapa sawit (Elaeis guinensis) pertama yang dibawa dari Afrika Barat ke Kebun Raya Bogor tahun 1848 dan kemudian menjadi induk kelapa sawit di Asia Tenggara. Tanaman kelapa sawit pertama itu mati tahun 1993 karena faktor usia.

Berkurangnya jumlah tanaman juga berdampak pada menurunnya jumlah jenis burung yang hidup di kebun raya. Jika tahun 2006 masih ada sekitar 90 jenis burung, tahun 2010 berkurang menjadi sekitar 50 jenis burung dan saat ini diperkirakan tinggal sekitar 30 jenis burung.

Meski menyusut, tanaman-tanaman unggulan seperti pohon raja (Koompassia excelsa), teratai raksasa (Victoria amazonica), palem (Arecaceae), meranti (Dipterocarpaceae), dan tanaman lain, termasuk buah-buahan langka, masih terpelihara dengan baik.

Kapat mengatakan, pendapatan negara bukan pajak yang besarnya sekitar Rp 9 miliar per tahun dari tiket masuk dan parkir kendaraan sebagian besar digunakan untuk perawatan tumbuhan dan menambah koleksi baru. (K04/K07/NAW)

Sumber: Kompas, 21 Oktober 2013

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Seberapa Penting Penghargaan Nobel?
Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024
Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI
Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin
Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Berita ini 20 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:50 WIB

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:46 WIB

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:41 WIB

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:31 WIB

Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:22 WIB

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB