Batan Siap Sokong Rencana Pembangunan PLTN

- Editor

Jumat, 22 November 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Batan siap menyokong jika pemerintah memutuskan untuk membangun PLTN. Hampir semua aspek keilmuan terkait pembangunan dan pengelolaan PLTN dimiliki oleh ahli-ahli dari Batan.

KOMPAS/MUCHAMAD ZAID WAHYUDI–Majelis pengukuhan profesor riset Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) mengukuhkan tiga profesor riset Batan yang baru di Jakarta, Rabu (20/11/2019). Dengan tambahan tiba profesor baru tersebut, Batan kini memiliki 55 profesor riset meski hanya 19 profesor riset yang masih aktif karena sebagian besar sudah pensiun.

Hampir semua aspek keilmuan terkait pembangunan dan pengelolaan pembangkit listrik tenaga nuklir atau PLTN dimiliki oleh ahli-ahli dari Badan Tenaga Nuklir Nasional atau Batan. Karena itu, Batan sejak lama siap menyokong jika pemerintah memutuskan untuk membangun PLTN.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

“Dari keragaman ilmu, hampir semua aspek PLTN dimiliki oleh ahli-ahli Batan, seperti bidang keselamatan, teknologi, studi keekonomian, penyiapan tapak, hingga pengembangan masyarakat,” kata Kepala Batan Anhar Riza Antariksawan seusai pengukuhan tiga profesor riset Batan di Jakarta, Rabu (20/22/2019).

Beberapa waktu lalu, lanjut Anhar, Menteri Riset dan Teknologi Bambang PS Brodjonegoro menugaskan Batan untuk menyiapkan diri jika rencana pembangunan PLTN nanti diputuskan. Namun, tidak dijelaskan kapan proyek pembangunan PLTN itu akan dimulai.

Dari kesiapan sumber daya manusia, Indonesia memiliki potensi yang memadai. Saat ini, sejumlah perguruan tinggi memiliki program studi atau bidang peminatan nuklir, seperti Universitas Gadjah Mada maupun Institut Teknologi Bandung. Batan juga mengelola Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir yang mencetak ahli vokasi terkait pengelolaan instalasi nuklir. Jika pemerintah akhirnya menyatakan siap membangun PLTN, lulusan dari berbagai perguruan tinggi itu adalah modal penting.

“Pembangunan PLTN tidak hanya membutuhkan satu disiplin ilmu saja, tapi berbagai disiplin, termasuk teknik mesin, elektro, informatika hingga sipil,” tambahnya. Untuk mereka, para ahli Batan juga siap membagikan ilmu dan melatih mereka hingga mampu membangun dan mengelola PLTN dengan baik.

KOMPAS/MUCHAMAD ZAID WAHYUDI–Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) Anhar Riza Antariksawan.

Kesiapan Batan membangun PLTN itu sebenarnya sudah dimiliki Batan sejak lama. Awal pendirian Batan yang waktu itu bernama Lembaga Tenaga Atom Nasional tidak terlepas dari keinginan Presiden Soekarno agar Indonesia menguasai teknologi nuklir. Namun hingga Batan berumur lebih dari 60 tahun, belum ada kepastian kapan Indonesia akan mendirikan PLTN.

Beberapa tahun lalu, Batan pernah meminta agar pemerintah segera memutuskan apakah akan membangun PLTN atau tidak. Sebagai lembaga riset, Batan tidak mempermasalahkan apakah PLTN jadi dibangun atau tidak. Namun keputusan pemerintah itu penting agar Batan bisa fokus melakukan riset dan inovasi ditengah terbatasnya anggaran yang dimiliki Batan.

Beragam
Keragaman pengetahuan yang sekaligus menandakan kesiapan Batan mendukung pembangunan PLTN itu terlihat dari pengukuhan tiga profesor riset di Batan, Rabu. Ketiga profesor baru Batan itu memiliki bidang yang terkait dengan rencana pembangunan PLTN ke depan.

IMG_20191122_093819.jpgKOMPAS/MUCHAMAD ZAID WAHYUDI–Ketiga profesor riset Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) yang dikukuhkan Rabu (20/11/2019) di Jakarta, Dani Gustaman Syarif (kedua dari kiri), Budi Setiawan (tengah) dan Heny Suseno (kedua dari kanan) berfoto bersama Kepala Batan Anhar Riza Antariksawan (paling kiri) dan Ketua Majelis Pengukuhan Profesor Riset Batan Ridwan (paling kanan).

Dani Gustaman Syarif, ahli material keramik Batan meneliti pemanfaatan teknologi nano dalam fluida pendingin reaktor yang dikenal sebagai nanofluida. Keberadaan partikel nano dalam fluida pendingin itu membuat fluida memiliki karakteristik termal yang lebih baik hingga berpeluang menggantikan fluida konvensional, seperti air, etilen glikol, minyak atau cairan lain.

“Nanofluida mempunyai perpindahan panas yang lebih baik daripada fluida konvensional sehingga sangat menjanjikan penggunaannya di masa depan untuk meningkatkan nilai ekonomi dan keselamatan dan berbagai sistem,” katanya.

Pengetahuan tentang nanofluida itu juga bisa diaplikasikan untuk bidang lain selain teknologi reaktor nuklir, seperti aneka mesin produksi, otomotif, proses permesinan logam, dan pendingin piranti elektronik, terutama komputer. Nanofluida juga berpeluang diproduksi di tanah air karena melimpahnya aneka mineral alam di Indonesia, seperti bauksit, pasir zirkon, yarosit, pasir besi, dolomit dan monasit.

Meski memiliki keuntungan terkait karakter termalnya, namun pemanfaatan nanofluida dalam reaktor nuklir masih memerlukan studi lebih lanjut agar penggunaannya tidak menganggu efisiensi reaksi fisi di dalam reaktor dan tidak menimbulkan bahan radioaktif baru.

Sementara itu, Budi Setiawan yang memiliki bidang kepakaran kimia fisika membahas soal penyiapan fasilitas disposal (pembuangan) limbah radioaktif yang ke depan akan dibutuhkan saat Indonesia membangun PLTN.

Selama ini, limbah radioaktif dari berbagai reaktor riset Batan maupun rumah sakit dan industri di seluruh Indonesia di simpan di fasilitas penyimpanan sementara di Pusat Teknologi Limbah Radioaktif (PTLR) Batan di Serpong, Tangerang Selatan. Fasilitas disposal belum dibutuhkan karena jumlah limbahnya masih sedikit dan aktivitas radiasinya rendah sampai menengah hingga akan habis aktivitas radiasinya selama disimpan di tempat sementara.

IMG_20191122_093800.jpgKOMPAS/HENDRA A SETYAWAN–Seorang pranata nuklir dari Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) melakukan pengujian kepadatan serbuk pelet dari uranium untuk dijadikan bahan bakar reaktor nuklir di Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir, Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Serpong, Tangerang Selatan, Rabu (11/9/2019). Di Indonesia, ketakutan dan kesalahpahaman tentang nuklir masih tinggi. Akibatnya, pemanfaatan nuklir untuk kesejahteraan tak optimal.

Fasilitas disposal yang baik adalah yang mampu mengisolasi paket limbah radioaktif hingga seminimal mungkin radiasi yang lolos ke lingkungan sekitar. Karena itu, penggunaan bahan alam tertentu yang memiliki kemampuan serap zat radioaktif sesium-137 penting, seperti tanah lempung, bentonit, kaolin dan pasir kuarsa perlu dipelajari lebih lanjut.

Selain itu, Heny Suseno ahli kimia radiasi Batan mempelajari radioekologi lautan Indonesia. Studi itu bermanfaat sebelum pembangunan PLTN dilaksanakan, perlindungan lingkungan selama tahap operasional PLTN, maupun mengantisipasi masuknya kontaminan radioaktif ke perairan laut Indonesia.

“Studi radioekologi kelautan di pesisir terdekat lokasi reaktor riset dan fasilitas nuklir di Indonesia bertujuan untuk memberikan kepastikan keamanan operasional (reaktor) dan perlindungan terhadap masyarakat,” ujarnya.

Berbagai pengetahuan dan kemampuan itu akan sangat berguna jika Indonesia benar-benar menyatakan siap membangun PLTN. Karena itu, Anhar mengatakan penting untuk adanya keputusan pemerintah tentang kapan PLTN di Indonesia akan dibangun. Dengan putusan itu, maka berbagai langkah pendukung pembangunan PLTN juga bisa disiapkan.

Oleh M ZAID WAHYUDI

Editor YOVITA ARIKA

Sumber: Kompas, 21 November 2019

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 4 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB