Seleksi masuk perguruan tinggi negeri untuk tahun 2020 dibuka lebih awal. Sekolah harus segera mengunggah data siswa ke Pangkalan Data Sekolah dan Siswa.
Pendaftaran Seleksi Masuk Perguruan Tinggi Negeri untuk tahun 2020 mulai lebih cepat, sejak awal Desember 2019. Sebelumnya, pendaftaran untuk tahun ini, dimulai pada pertengahan Januari 2019. Selain itu, ada perubahan peraturan dalam Ujian Tertulis Berbasis Komputer. Apabila tahun 2019 peserta boleh mengambil UTBK dua kali, di tahun 2020 kesempatan UTBK hanya satu kali.
KOMPAS/LARASWATI ARIADNE ANWAR–Ketua Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi Ravik Karsidi (kedua dari kiri) dalam jumpa pers di Jakarta pada hari Jumat (15/11/2019) menjelaskan pendaftaran seleksi masuk perguruan tinggi negeri akan dibuka sejak 2 Desember 2019.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Secara garis besar, prosedur seleksi tetap sama dengan tahun 2019, yaitu SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri) dan SBMPTN (Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri). Khusus untuk Ujian Mandiri (UM) tergantung kepada keputusan perguruan tinggi negeri (PTN) karena belum tentu setiap PTN membuka jalur ini.
Pengumuman tersebut disampaikan oleh Direktur Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Pendidikan dan Teknologi Ismunandar di Jakarta, Jumat (15/11/2019). Ia didampingi para pengurus Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi (LTMPT) dan Majelis Rektor Perguruan Tinggi Negeri Indonesia (MRPTNI).
Berdasarkan rekap data semester 2017-2018 di Pangkalan Data Pendidikan Tinggi milik Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, terdapat 4.586 perguruan tinggi di Indonesia. Dari jumlah tersebut PTN sebanyak 122 lembaga berupa universitas, politeknik, institut, sekolah tinggi, dan akademi. Kategori PTN tidak mencakup perguruan tinggi kedinasan di bawah kementerian atau lembaga pemerintah selain Kemdikbud atau pun perguruan tinggi teologi di bawah Kementerian Agama.
Ismunandar mengatakan, kuota untuk mahasiswa yang diterima melalui jalur SNMPTN adalah minimal 20 persen di setiap PTN dan jalur SBMPTN minimal 40 persen. Jalur UM diberi batasan paling banyak 30 persen. Persyaratan mengikuti salah semua jenis jalur masuk itu adalah agar sekolah segera mengunggah data siswa lengkap ke Pangkalan Data Sekolah dan Siswa.
“Jangan menunggu hingga saat terakhir. Apalagi, jumlah siswa kelas XII cukup banyak di tiap-tiap sekolah,” tuturnya. Jumlah data siswa yang diunggah ke Pangkalan Data Sekolah dan Siswa sesuai kuota untuk sekolah tersebut.
Ketua LTMPT Ravik Karsidi mengatakan, kewenangan memilih nama-nama siswa yang diajukan mengikuti SNMPTN sepenuhnya diberikan kepada sekolah karena mereka yang mengetahui prestasi akademik, non akademik, dan karakter siswa masing-masing. Sistem komputer LTMPT hanya menyaring nama-nama siswa yang lulus persyaratan mengikuti SNMPTN.
Jalur ini menetapkan kuota untuk setiap sekolah, misalnya SMA yang berakreditasi A boleh mengajukan 40 persen siswa yang dinyatakan layak untuk mengikuti SNMPTN. Seringkali jumlah siswa yang layak di satu sekolah melebihi kuota sehingga sekolah diminta menyeleksi mereka yang betul-betul berhak diikutsertakan di SNMPTN.
Rektor Universitas Airlangga Mohammad Nasih mengatakan, akreditasi sekolah masih menjadi faktor penting bagi PTN karena sejauh ini merupakan penanda mutu yang diakui. Akan tetapi, jika Kemdikbud mengeluarkan aturan baru mengenai akreditasi, misalnya menghilangkan status akreditasi A, B, dan C serta menggantinya hanya menjadi “terakreditasi” dan “tidak terakreditasi”, perguruan tinggi juga akan beradaptasi.
KOMPAS/NINO CITRA ANUGRAHANTO–Peserta sedang mengerjakan ujian tulis berbasis komputer (UTBK) untuk memasuki perguruan tinggi, di Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Sabtu (13/4/2019).
Paket UTBK ditambah
Jalur SBMPTN menyaring calon mahasiswa baru dari perolehan nilai UTBK. Apabila tahun 2019 peserta boleh mengambil UTBK dua kali jika tidak puas dengan hasil ujian pertama, di tahun 2020 kesempatan UTBK hanya satu kali.
Menurut Ismunandar, setelah mengevaluasi UTBK 2019, ternyata hasil ujian kedua tidak jauh berbeda daripada ujian yang pertama. Bahkan, ada kecenderungan hasil ujian yang kedua lebih rendah. Lebih baik mengoptimalkan satu kesempatan ujian sekaligus membuka akses lebih luas kepada peserta.
“Paket ujiannya yang ditambah. Peserta bisa memilih paket sains-teknologi, sosio-humaniora, atau campuran. Bagi mereka yang ragu mau masuk ke prodi eksakta atau sosial bisa mengambil paket UTBK soal campuran,” ujarnya. UTBK tahun 2020 juga ramah penyandang disabilitas sehingga mereka tidak perlu membawa pendamping.
Pendaftaran UTBK dimulai tanggal 30 Maret 2020 karena menunggu pengumuman hasil SNMPTN. Adapun ujiannya dilakukan pada 20-26 April 2020 di 74 titik yang ditentukan. Ujian ini tidak gratis karena peserta harus membayar Rp 200.000 kecuali mereka yang dinyatakan lolos pendaftaran Bantuan Pendidikan Siswa Miskin (Bidikmisi) maupun Kartu Indonesia Pintar Kuliah.
Oleh LARASWATI ARIADNE ANWAR
Editor YOVITA ARIKA
Sumber: Kompas, 16 November 2019