Terdapat 1.126 Spesies Capung di Indonesia

- Editor

Senin, 29 Juli 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Capung hingga di atas dahan kering di kolam Taman Piknik di Jalan Manunggal II, Cipinang Melayu, Jakarta Timur, Minggu (7/7/2019). Taman Piknik seluas 1,4 hektar dilengkapi kolam resapan, taman bermain anak, tempat duduk dan toilet. Taman tersebut kini menjadi alternatif bagi warga sekitar utuk menikmati udara segar di ruang terbuka. Pencapaian target ruang terbuka hijau seluas 30 persen dari luas wilayah Jakarta bisa jadi sulit terwujud mengingat lahan yang terbatas. Aneka inovasi dibutuhkan untuk menambah luasan RTH. Berdasarkan Peraturan Daerah DKI Jakarta Nomor 1 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah 2030, Jakarta menargetkan total luas ruang terbuka hijau mencapai 30 persen dari luas wilayah DKI pada tahun 2030. Namun, Dinas Kehutanan DKI menilai angka tersebut tidak realistis. Dengan luas Provinsi DKI 64.457 hektar, luas RTH pada tahun 2030 semestinya sekitar 19.337,15 hektar.
Adapun 1 persen dari luas total wilayah DKI adalah lebih kurang 650 hektar atau setara delapan taman Monas yang seluas 80 hektar.


Kompas/AGUS SUSANTO (AGS)
7-7-2019

Capung hingga di atas dahan kering di kolam Taman Piknik di Jalan Manunggal II, Cipinang Melayu, Jakarta Timur, Minggu (7/7/2019). Taman Piknik seluas 1,4 hektar dilengkapi kolam resapan, taman bermain anak, tempat duduk dan toilet. Taman tersebut kini menjadi alternatif bagi warga sekitar utuk menikmati udara segar di ruang terbuka. Pencapaian target ruang terbuka hijau seluas 30 persen dari luas wilayah Jakarta bisa jadi sulit terwujud mengingat lahan yang terbatas. Aneka inovasi dibutuhkan untuk menambah luasan RTH. Berdasarkan Peraturan Daerah DKI Jakarta Nomor 1 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah 2030, Jakarta menargetkan total luas ruang terbuka hijau mencapai 30 persen dari luas wilayah DKI pada tahun 2030. Namun, Dinas Kehutanan DKI menilai angka tersebut tidak realistis. Dengan luas Provinsi DKI 64.457 hektar, luas RTH pada tahun 2030 semestinya sekitar 19.337,15 hektar. Adapun 1 persen dari luas total wilayah DKI adalah lebih kurang 650 hektar atau setara delapan taman Monas yang seluas 80 hektar. Kompas/AGUS SUSANTO (AGS) 7-7-2019

Hingga pertengahan 2019, terdata sebanyak 1.126 jenis capung di Indonesia. Jumlah tersebut meningkat apabila dibandingkan dengan temuan atau penelitian yang pernah dilakukan sejumlah pihak hingga tahun 2014.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

KOMPAS/AGUS SUSANTO–Capung hinggap di atas dahan kering di kolam Taman Piknik di Jalan Manunggal II, Cipinang Melayu, Jakarta Timur, Minggu (7/7/2019). Taman Piknik seluas 1,4 hektar ini dilengkapi kolam resapan, taman bermain anak, tempat duduk, dan toilet.

Penambahan spesies baru capung tersebut merupakan hasil penelitian dan pengumpulan data yang dilakukan Indonesia Dragonfly Society (IDS/Komunitas Capung Indonesia). Banyaknya spesies semakin mengukuhkan Indonesia sebagai megabiodiversity.

”Pendataan dimulai sejak berdirinya IDS pada 2009. Pada Jambore Capung I tahun 2014, jumlah data spesies capung yang dikumpulkan baru sekitar 800,” ujar Koordinator Basis Data Capung dari IDS Nanang Kamal dalam Jambore Capung Indonesia di Banyuwangi, Jawa Timur, Minggu (28/7/2019).

KOMPAS/ANGGER PUTRANTO–Koordinator Basis Data Capung dari Indonesia Dragonfly Society Nanang Kamal

Pada tahun 2014, Lembaga Ilmu Pengetahuan (LIPI) mendata ada 800-1.000 spesies capung di Indonesia. LIPI menyimpan 5.000-an specimen dari 400-an spesies.

Pada Jambore Capung II tahun 2017, IDS merilis ada 859 spesies capung di Indonesia. Data tersebut didapat dari 6.546 data dan 250 jurnal yang dikumpulkan.

”Pendataan jumlah spesies capung di Indonesia kami kumpulkan dari jurnal-jurnal dan buku-buku yang diterbitkan sejumlah komunitas capung di daerah. Kami juga mengumpulkan sejumlah data yang belum dijadikan buku. Hasilnya pada Jambore Capung III tahun ini kami umumkan ada 1.126 spesies yang ada di Indonesia,” ucap Nanang.

KOMPAS/ANGGER PUTRANTO–Jambore Capung digelar oleh Indonesia Dragonfly Society di Banyuwangi, Jawa Timur, Sabtu (27/9/2019).

Spesies baru paling banyak ditemukan di Pulau Papua dengan jumlah lebih dari 200 jenis capung. Papua menjadi pulau dengan jenis yang paling banyak karena luasan wilayahnya dan banyaknya peneliti asing yang melakukan penelitian di sana.

Nanang mengatakan, penemuan spesies baru tidak semata-mata karena ada persilangan antarspesies atau ada spesies yang berevolusi. Penemuan spesies baru sangat mungkin terjadi karena pada pendataan sebelumnya ada spesies yang belum terdata atau belum dibedakan secara detail.

”Pembedaan spesies dilakukan dengan mengamati perbedaan karakteristik capung. Warna bukan menjadi penciri utama. Pembeda karakteristik capung justru dilihat dari bentuk tubuh, sayap, dan embelan (anal appendeges),” ujar Nanang.

KOMPAS/DAHLIA IRAWATI–Anggota Indonesia Dragonfly Society (IDS) berburu memotret beragam jenis capung di perairan Wendhit, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Selasa (4/6/2013). Para pencinta dan pengamat capung ini memotret dan mendokumentasikan berbagai jenis capung di Indonesia. Tujuannya, mengajak masyarakat untuk mencintai alam dan lingkungan melalui pengetahuan kecintaan terhadap capung.

Salah satu spesies yang relatif baru ditemukan ialah Drepanosticta halmahera. Capung tersebut merupakan capung jarum yang ukuran badannya kecil dan berwarna hitam-coklat-metalik.

Spesies tersebut ditemukan peneliti capung dari LIPI, Pungki Lupiyaningdyah, di Halmahera. Penemuan tersebut berkat penelitian yang ia lakukan bersama peneliti Australia pada tahun2012 dan baru dipublikasikan pada 2014.

”Saat turun lapangan, kami hanya mengumpulkan data, foto, dan specimen. Saat membuat laporan hasil penelitian di lapangan, kami tidak menemukan referensi pada salah satu capung temuan kami. Akhirnya, baru pada 2014 hasil temuan kami dipublikasi sebagai salah satu spesies baru yang ditemukan,” tutur Pungki.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO–Kompas Muda-Indonesia Dragonfly Society turut membuka stan pada acara Kompas Muda Creativity 5th Anniversary di Kampus Universitas Kristen Duta Wacana, Yogyakarta, dan memamerkan sejumlah capung koleksi mereka, Sabtu (4/2/2012).

Pungki mengatakan, banyaknya spesies capung di Indonesia menunjukan tingginya tingkat keanekaragaman hayati di Indonesia. Hal ini juga mengukuhkan Indonesia sebagai salah satu dari tujuh wilayah megabiodiversity dunia.

Keanekaragaman capung juga menjadi indikator beragamnya kondisi lingkungan di Indonesia. Selain itu, keberadaan capung juga menunjukkan bahwa kondisi lingkungan di sejumlah tempat di Indonesia relatif baik.

Ketua IDS Wahyu Sigit mengatakan, data tentang spesies baru capung di Indonesia merupakan salah satu yang paling dinantikan oleh peneliti serangga dunia. Pasalnya, jumlahnya yang sangat beragam dan adanya penemuan-penemuan baru membuat banyak peneliti menunggu informasi tersebut.

KOMPAS/AGUS SUSANTO–Seekor capung hinggap di dahan kering di obyek wisata alam Sumber Podang di Desa Joho, Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, Sabtu (23/3/2019). Keberadaan tempat wisata tersebut membuat warga berkontribusi langsung untuk menjaga sungai mereka dari sampah dan pencemaran.

”Wilayah Indonesia luas, tetapi jumlah penelitinya sedikit sehingga potensi ada spesies baru yang ditemukan sangat besar. Kondisi kita berbeda dengan Inggris yang hanya memiliki sekitar 60 hingga 70 spesies dan sulit untuk menemukan ada spesies baru,” ujarnya.

Sigit mengatakan, Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah spesies capung terbanyak dari 6.190 spesies capung yang ada di dunia, hampir 30 persen ada di Indonesia.–ANGGER PUTRANTO

Editor YOVITA ARIKA

Sumber: Kompas, 28 Juli 2019

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 18 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB