Universitas Indonesia mulai mengembangkan ilmu manajemen penerbangan melalui kerja sama dengan Coventry University dari Inggris. Kerja sama ini diharapkan dapat menghasilkan sumber daya manusia yang mampu mengembangkan industri penerbangan di Indonesia.
Direktur Magister Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) Rofikoh Rokhim mengatakan, industri penerbangan di Indonesia terus berkembang pesat sehingga dibutukan sumber daya manusia (SDM) yang memahami ilmu penerbangan atau aviasi secara keseluruhan.
KOMPAS/PRAYOGI DWI SULISTYO–Universitas Indonesia bekerja sama dengan Coventry University untuk mengembangkan program manajemen penerbangan, Jumat (22/3/2019), di Jakarta. Kerja sama ini dibangun untuk menghasilkan sumber daya manusia yang siap mengelola industri penerbangan di Indonesia dengan baik
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Indonesia tidak hanya membutuhkan SDM untuk industri penerbangan dari mesinnya saja, tetapi juga membutuhkan SDM yang mampu mengelola industri penerbangan secara keseluruhan,” kata Rofikoh dalam peresmian kolaborasi FEB UI dengan Coventry University di Jakarta, Jumat (22/3/2019).
Rofikoh mengatakan, FEB UI memilih Coventry University karena telah memiliki reputasi yang baik dalam pola pengajaran dan riset tentang manajemen industri penerbangan. Ilmu manajemen dibutuhkan untuk memperbaiki kualitas industri penerbangan di Indonesia.
KOMPAS/PRAYOGI DWI SULISTYO–Rofikoh Rokhim
“Permasalahan seperti penerbangan pesawat yang tertunda dan perusahaan maskapai bangkrut diharapkan tidak terulang lagi ketika kita mampu mengelolanya dengan baik,” ujar Rofikoh. Pengelolaan ini juga berguna untuk menekan biaya penerbangan antarpulau yang masih lebih mahal dibandingkan penerbangan ke negara lain di Asia Tenggara.
Hal tersebut sejalan dengan program pemerintah yang ingin adanya konvektivitas antarpulau. Ia mengatakan, pemerintah mendukung program kerja sama ini sesuai dengan aturan dari Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Ristek dan Dikti).
Rofikoh menjelaskan, mahasiswa yang mengikuti program master ini wajib mengambil mata kuliah manajemen fungsional sesuai aturan dari Kementerian Ristek dan Dikti. Untuk mata kuliah yang sifatnya teknis, UI mendatangkan pengajar dari Coventry University yang lebih memiliki pengalaman, seperti pengaturan rute, penjadwalan, manajemen bandara, dan lain-lain.
“Materi yang diajarkan dosen kita merupakan mata kuliah dasar, sedangkan mereka mengajarkan yang berkaitan dengan teknologi,” ujar Rofikoh.
Melalui program ini, lulusan dari UI akan mendapatkan dua ijazah dari UI dan Coventry University. UI juga menyiapkan program pendidikan eksekutif bagi peserta yang telah menjadi manajer untuk mendapatkan sertifikat.
Melalui program manajemen ilmu penerbangan, diharapkan kualitas SDM Indonesia di bidang aviasi dapat meningkat. Mereka diharapkan tidak hanya mampu mengelola maskapai penerbangannya saja, tetapi juga mampu mengatur keseluruh aspek dalam industri penerbangan.
Industri penerbangan
Director for Enterprise and Innovation of Coventry University Paul Fairburn mengatakan, industri manufaktur di Indonesia berkembang dengan pesat. Melalui kerja sama ini, diharapkan dapat mendukung industri aviasi Indonesia di masa depan.
KOMPAS/PRAYOGI DWI SULISTYO–Paul Fairburn
Coventry University berkomitmen dapat bekerja sama untuk jangka waktu yang panjang dan berkelanjutan. Hal tersebut sebagai bentuk dukungan untuk memajukan perekonomian di kedua negara.
Duta Besar Inggris untuk Indonesia, ASEAN, dan Timor Leste Moazzam Malik mengatakan, Indonesia memiliki potensi yang besar dalam kemajuan ekonomi. Situasi tersebut bagus untuk para investor yang ingin mengembangkan bisnisnya secara berkelanjutan.
Menurut Moazzam, industri teknologi khususnya penerbangan menjadi salah satu industri yang akan berkembang di Indonesia pada masa depan. Hal itu membuat kemampuan pengelolaan bandara, mesin, teknik, keamanan penerbangan, dan segala sesuatu berkait jasa penerbangan dibutuhkan.
KOMPAS/HERU SRI KUMORO–Chappy Hakim
Ketua CSE Aviation Chappy Hakim mengatakan, persaingan industri penerbangan secara global sangat cepat seiring dengan kompetisi dalam industri teknologi yang terus berkembang. Menurut Chappy, regulator dan operator dalam industri aviasi sangat membutuhkan SDM yang menguasai di bidangnya.
Untuk menjawab tantangan tersebut, kerja sama antarlembaga pendidikan dibutuhkan agar mampu memahami metode dalam pengembangan manajamen penerbangan. “Kita perlu melihat tantangan industri penerbangan di masa depan dan harus mulai menjawabnya sejak sekarang,” kata Chappy.–PRAYOGI DWI SULISTYO
Editor HAMZIRWAN HAM
Sumber: Kompas, 22 Maret 2019