Dari ketinggian 270 meter di tengah kepungan menara pencakar langit ibu kota, Oppo memperkenalkan ponsel pintar seri terbarunya yakni R17 Pro. Seri itu menandai pemberontakan Oppo terhadap pasar ponsel tanah air, termasuk segmen ponsel swafoto yang dikuasai selama tiga tahun terakhir.
Pesan dari R17 Pro jelas dan gamblang, inilah Oppo yang baru. Bukan lagi Oppo yang bermanja-manja dengan pengguna ponsel yang ingin tampil cantik dan menawan dengan swafoto serta terinspirasi oleh para duta produknya seperti Isyana Sarasvati, Raisa, Chelsea Islan, hingga duta yang terbaru yakni Vanesha Prescilla.
Garis tegas itu ditunjukkan lewat harga jualnya yakni Rp 10 juta. Jelas saja tudingan bahwa ponsel tersebut terlalu mahal mengingat selama ini ponsel swafoto seri F, seperti F9 dengan spesifikasi paling baik saja punya harga hanya separuhnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
KOMPAS/DIDIT PUTRA ERLANGGA RAHARDJO–Oppo R17 Pro menawarkan fitur fotografi malam untuk menggaet segmen yang baru.
Belum lagi penggunaan seri sistem dalam cip (SoC) Snapdragon 710 atau bukan kelas unggulan (flagship) yakni seri Snapdragon 800 membuatnya dituding kelewatan mematok harga setara ponsel kelas flagship. Sebagai perbandingan, Pocophone F1 yang memiliki SoC Snapdragon 845 saja dihargai sekitar Rp 5 juta.
Ada alasan khusus saat Oppo mengundang wartawan dan para pembuat konten untuk hadir di lantai 67 Menara Gama di bilangan Rasuna Said Jakarta sambil menunggu matahari tenggelam, Kamis (3/1/2019). Semua menantikan kegelapan malam datang, karena inilah momen yang dinanti ponsel R17 Pro.
Tiga detik
Surya tenggelam, langit berselimut gelap menyisakan kerlip lampu dari jendela gedung pencakar langit menjadikan Jakarta bak lautan cahaya bila dilihat dari ketinggian. Di mata manusia, pemandangan ini bisa dinikmati tanpa usaha, tetapi sebaliknya dengan sensor kamera di ponsel pintar.
Inilah kendala yang dihadapi oleh teknologi kamera ponsel pintar sejak pertama kali memiliki fitur merekam gambar. Kendala ini pula yang ditantang oleh R17 Pro.
Dengan moda “Ultra Night” yang diperkenalkan, R17 Pro tidak memiliki kendala untuk merekam gambar di kondisi pencahayaan yang terbatas itu. Hanya butuh tiga detik bagi kamera ponsel tersebut untuk merekam kondisi yang gelap menjadi hasil yang terang benderang.
Tiga detik terdengar mustahil untuk menghasilkan gambar yang terang tapi sekaligus stabil, terlebih dengan badan ponsel yang dipegang tangan langsung. Tapi dengan beberapa percobaan di lantai 67 itu, sebagian besar menunjukkan hasil yang baik dan ideal.
Selama tiga detik itu, Oppo membangun kolaborasi perangkat keras yang ada di dalam badan R17 Pro seperti sensor Sony IMX 362 dengan ukuran sensor 1,4 micron piksel untuk menangkap lebih efektif menangkap gambar gelap, berpadu dengan diafragma pintar dari lensa yang bisa menyesuaikan diri dari f/1,5 ke f/2,4 tergantung kondisi pencahayaan.
Teknologi stabilisasi kamera memastikan getaran atau goyangan kecil pada badan tidak mengaburkan hasil akhirnya. Semua perangkat keras itu juga dikomando perangkat lunak yakni AI Ultra-clear Engine yang dikembangkan oleh Oppo.
KOMPAS/DIDIT PUTRA ERLANGGA RAHARDJO–Oppo memperkenalkan lini ponsel kelas menengah keatas untuk pasar Indonesia melalui R17 Pro setelah fokus menggarap ponsel swafoto selama dua tahun terakhir, Kamis (3/1/2019).
Hasil akhirnya, gambar di kondisi gelap yang tampil cerah dan menawan meski tidak menggunakan alat bantu seperti tripod. Beberapa catatan, hasil foto kamera ponsel ini mendongkrak saturasi warna sehingga obyek seperti bermandi cahaya neon.
Moda ini butuh waktu untuk dikuasai, setidaknya bersiap untuk menahan tangan agar tidak bergerak selama pengambilan gambar. Tantangan lainnya adalah memastikan obyek foto juga berbuat serupa agar tidak kabur meski pengguna bisa bereksperimen dengan memanfaatkan keterbatasan ini.
Bila digunakan saat kondisi terang, moda ini akan bertindak layaknya moda kamera biasa, tidak memaksakan diri mengambil gambar selama tiga detik sehingga gambar akhir berlebih eksposurnya.
Mengingat perjalanan Oppo mengusung kamera depan di seri ponsel swafoto selama ini, malam itu memang terdengar janggal sewaktu hanya disebut spesifikasi kamera depan resolusi 25 megapiksel dengan fitur beatifikasi. Porsinya jauh lebih sedikit dengan pemaparan soal spesifikasi kamera belakang.
Memotret malam bukanlah kali pertama yang ditawarkan oleh produsen ponsel pintar. Ada Huawei yang memperkenalkan fotografi malam sejak seri P9 dan kini P20 Pro, termasuk seri Mate 20 Pro. Mode potret malam Huawei memiliki durasi pengambilan gambar yang bervariasi tergantung kondisi pencahayaan sementara Oppo tetap konsisten di tiga detik.
Performa
Meski bukan masuk lini andalan, spesifikasi yang diusung R17 Pro ditawarkan Oppo agar konsumen bersedia merogoh uang Rp 10 juta. Teknologi yang mereka kembangkan sendiri seperti pengisian daya kilat SuperVOOC ditanamkan sehingga bisa membuat pengisian baterai sebanyak 40 persen berlangsung dalam waktu 10 menit saja.
KOMPAS/DIDIT PUTRA ERLANGGA RAHARDJO–Oppo memperkenalkan lini ponsel kelas menengah keatas untuk pasar Indonesia melalui R17 Pro setelah fokus menggarap ponsel swafoto selama dua tahun terakhir, Kamis (3/1/2019). Mereka menawarkan fitur fotografi malam untuk menggaet segmen yang baru.
Dari segi komponen, R17 Pro merupakan ponsel pertama yang menggunakan SoC Snapdragon 710 yang diumumkan bulan Agustus 2018. Bukan terkencang memang, tetapi prosesor ini memberikan manajemen sumber daya serta fitur seperti kecerdasan buatan lebih maju ketimbang produk yang diluncurkan sebelumnya.
Menimang R17 Pro akan memunculkan kesan bahwa ini adalah produk yang digarap dengan apik dan memperhatikan aspek estetikanya. Bagian muka menunjukkan bagian yang hampir dipenuhi layar kecuali secuil bagian atas yang menyisakan warna hitam untuk slot kamera. Sensor sidik jari terletak di bawah layar sehingga bisa dibuka tanpa jari yang menjangkau bagian punggung.
Teknik gradasi warna akan membuat siapa pun kesulitan menerka warna dari punggung R17 Pro, birukah atau ungu, tergantung arah pencahayaan. Varian warna inilah yang membuat R17 Pro bisa terlihat menonjol dibanding ponsel-ponsel lainnya.
Di punggung, tinggal ada tiga lensa kamera yang tersusun secara vertikal. Kamera utama memiliki resolusi 20 megapiksel yang didampingi kamera 12 megapiksel untuk membantu pengambilan gambar di kondisi gelap.
Satu kamera yang terletak paling atas justru menimbulkan pertanyaan karena memiliki teknologi time-of-flight (TOF) atau penginderaan objek secara tiga dimensi secara jarak jauh berbasis cahaya. Teknologi ini melengkapi pemindaian wajah di kamera depan meski berlangsung untuk jarak dekat.
Pertanyaan muncul karena Oppo menonaktifkan teknologi itu.
KOMPAS/DIDIT PUTRA ERLANGGA RAHARDJO–Oppo memperkenalkan lini ponsel kelas menengah keatas untuk pasar Indonesia melalui R17 Pro setelah fokus menggarap ponsel swafoto selama dua tahun terakhir, Kamis (3/1/2019).
PR Manager Oppo Indonesia Aryo Meidianto mengatakan bahwa mereka memutuskan untuk mengunci teknologi itu sambil menunggu tumbuhnya ekosistem dari para pelaku agar pengguna mendapatkan pengalaman terbaik. Sampai waktunya tiba, kamera paling atas hanya berfungsi untuk memandu kamera utama dalam mengambil gambar.
Konsentrasi
Dalam jajaran produk ponsel Oppo, seri R tempatnya ada di bawah seri unggulan yakni Find. Bagi yang mengenal Oppo sejak tahun 2016 mungkin hanya akan mengenal nama seri F atau lebih dikenal dengan ponsel swafoto. Padahal sebelumnya mereka juga merilis beberapa seri R ke pasar Indonesia seperti R5 tahun 2014 yang saat itu didapuk sebagai ponsel pintar tertipis di dunia.
Pada bulan Mei 2015, Oppo kembali meluncurkan seri penerusnya yakni R7 dan varian R7 Plus untuk menandai satu dekade kiprah Oppo di kancah global. Seri tersebut menjadi transisi teknologi dari seri flagship saat itu yakni Find 7 untuk menghadirkan teknologi pengisian daya baterai secara cepat yakni VOOC untuk seri menengah.
Bulan Januari 2016, seri R7S diluncurkan sebagai penengah antara R7 dan R7 Plus, mempertemukan spesifikasi dan harga jual yang bisa membuat akur antara kebutuhan dan daya beli konsumen. Mereka memboyong teknologi kamera Pure Image yang didatangkan dari seri N1 yang terkemuka berkat kamera putarnya.
Bulan berikutnya, menandai awal sejarah Oppo dengan reputasi ponsel swafoto mereka saat memperkenalkan seri F1 dengan menonjolkan kemampuan kamera depan untuk mengambil swafoto. Dari sanalah kolaborasi antara ponsel swafoto dan duta produk terus mendorong Oppo menguasai benak konsumen hingga seri terbaru yakni F9 di bulan Agustus 2018.
Selama kampanye ponsel swafoto itu, Oppo tidak pernah lagi menggarap seri lain. Bahkan seri R9s pun dikemas ulang menjadi F3 Plus untuk pasar Indonesia.
Memperkenalkan R17 Pro membuat Oppo harus berbicara dengan pesan yang baru kepada konsumennya. Kebutuhan ini karena mereka mendapati “masalah” dengan keberhasilannya selama ini. Seperti diutarakan Aryo saat Oppo meluncurkan Find X pertengahan tahun 2018 lalu, pertanyaan konsumen adalah selalu mengenai kualitas swafoto.
“Padahal tawaran utama dari Find X adalah kamera utama dengan teknologi geser. Tapi apa pun yang kami perkenalkan, yang sekarang diingat dari konsumen adalah kemampuan swafotonya,” kata Aryo.
Itulah kenapa tahun 2019 Oppo berubah haluan untuk tidak lagi memperkenalkan diri sebagai merek ponsel swafoto. Mereka ingin dikenal sebagai perusahaan yang menyodorkan inovasi teknologi kepada konsumennya. Keputusan untuk keluar dari zona nyaman karena sejarah membuktikan hal itu mampu menenggelamkan merek-merek yang sebelumnya menjadi raja.
“Kami akan berhenti memperkenalkan seri F dan memperkenalkan seri lain kepada segmen penggemar ponsel swafoto, termasuk pendekatan yang selama ini dipakai,” ujar Aryo.
Langkah pertama sudah dilakukan, tidak lagi meminta pengguna untuk membuat foto diri yang cantik, kini Oppo mengajak penggunanya untuk menantang gelap dan mengabadikan momen. Tidak lagi soal “aku”, tapi di luar itu.
DIDIT PUTRA ERLANGGA RAHARDJO
Editor PRASETYO EKO
Sumber: Kompas, 8 Januari 2019