Salah satu cara mendorong milenial menjadi saintis adalah dengan mengenalkan sains dan teknologi sejak pendidikan usia dini. Ketertarikan, kreativitas, dan keterampilan dapat dikembangkan melalui pembelajaran sains berbasis pengalaman langsung.
Kurikulum 2013 mengatur tentang sikap ilmiah dan budaya berpikir sejak dini. Hal tersebut membuka ruang bagi milenial untuk mengenal sains dan tertarik menjadi saintis.
FRANSISKUS WISNU W DANY UNTUK KOMPAS–Forum #KOPITALK Anak Milenial Cinta Sains di Indonesia Convention Exhibition, Tangerang, Banten, Jumat (2/11/2018).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Firly Savitry, Co Founder Ilmuan Muda Indonesia (IMI) mengatakan, penting untuk mulai sejak dini mengajarkan anak-anak tentang sains. Dengan memanfaatkan perkembangan teknologi serta membuka ruang belajar secara langsung, akan mampu mengasah kreativitas serta ketertarikan kepada sains.
“Anak-anak punya kecerdasan dan kreativitas untuk dapat belajar sains. Bukan hanya melalui papan tulis dan buku. Tetapi, juga belajar secara langsung agar dapat tahu. Dengan praktik, maka langsung tahu dan tumbuh daya tarik,” ucapnya di Indonesia Science Expo (ISE) ke-3 tahun 2018 yang digelar di Indonesia Convention Exhibition, Tangerang, Banten, Jumat (2/11/2018).
Beberapa inovasi teknologi yang dimanfaatkan IMI untuk pembelajaran sains yaitu menggunakan planetarium berjalan agar anak-anak bisa menyaksikan film tentang luar angkasa maupun belajar perbintangan. Ada juga laboratorium berjalan yang berukuran kecil sehingga mudah dibawa ke mana-mana.
Anak-anak juga didorong untuk belajar secara langsung di alam. Melihat sesuatu yang ada di sekitar, bahkan mencari tahu lebih banyak informasi. Hal ini bertujuan untuk mendekatkan dunia anak dengan sains sehingga mereka melihat sisi lain dari sekitarnya, serta menimbulkan rasa ingin tahu.
“Anak-anak di Halmahera, Sabang, dan daerah lain yang tidak memiliki planetarium maupun keterbatasan alat, dibantu dengan teknologi tersebut agar dapat belajar dan tahu. Dengan tahu sains itu nyata, milenial akan tertarik,” katanya.
Selain itu, guru-guru pendidikan usia dini diberikan pelatihan agar memahami cara menggunakan alat peraga dan memanfaatkan barang-barang di sekitar sebagai pengganti peralatan laboratorium.
FRANSISKUS WISNU W DANY UNTUK KOMPAS–Suasana Indonesia Science Expo (ISE) ke-3 tahun 2018 yang berlangsung di Indonesia Convention Exhibition, Tangerang, Banten, Jumat (2/11/2018).
Saintis dan industri
Saat ini, tantangan yang dihadapi adalah menghasilkan saintis yang siap bekerja dalam industri. Sedangkan, tidak mungkin mengajarkan semua hal ketika berada di perguruan tinggi.
Laksana Tri Handoko, Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengatakan, salah satu cara mengatasi hal tersebut adalah dengan program magang. Magang di industri memberikan pembelajaran yang berbeda sesuai kebutuhan industri. Selain itu, calon saintis dapat memilih industri sesuai keinginannya.
“Magang sebagai kesempatan untuk belajar dan menambah pengalaman. Ada diskusi dengan industri, agar mengetahui kebutuhan dan melakukan program khusus yang sesuai,” ucapnya.
Bernadette Ruth Irawati Setiady, Presiden Komisaris Kalbe Farma mengatakan, basis industri adalah riset dan pengembangan. Industri membutuhkan saintis untuk menghasilkan temuan yang sesuai dengan kebutuhan. Oleh karena itu, penting membuka ruang bagi saintis untuk mengembangkan riset.(FRANSISKUS WISNU WARDHANA DHANY)–YOVITA ARIKA
Sumber: Kompas, 3 November 2018