Kisah BJ Habibie tentang Awal Mula Bentuk BPPT

- Editor

Kamis, 23 Agustus 2018

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Presiden ketiga RI BJ Habibie berbicara tentang pembentukan awal Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi ( BPPT ). Dia adalah kisah pertama dari institut yang diciptakan pada masa pemerintahan Presiden Soeharto.

Saat itu, Soeharto meminta Habibie yang pernah belajar di Jerman tentang membuat pesawat untuk pulang ke Indonesia dan mendirikan pesawat terbang untuk Indonesia. Saat itu, Habibie mengajukan beberapa pertanyaan kepada Soeharto.

“Saudaraku, ketika saya bertemu Pak Harto, saya bertanya kepadanya, ‘Pertama-tama pertanyaan saya’, dia berkata ‘apa yang salah?’ Pertama, ‘mengapa Bung Karno diperlakukan seperti itu?’ Dia jelaskan tidak ada yang sempurna, kamu nggak sempurna, saya dan Bung Karno juga nggak sempurna, kalau saya lepaskan akan ada situasi yang tidak baik, saya bilang oke saya bisa mengerti, dan ada lagi pertanyaan berikutnya yang dia jawab, “ujar Habibie dalam peluncuran buku BPPT di Auditorium BPPT, Jl. MH Thamrin, Jakarta Pusat, Kamis (23/8/2018).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Foto: BJ Habibie saat peluncuran 5 Windu BPPT (Zunita / detikcom)

Habibie juga menjelaskan mengapa dia bertemu dengan Soeharto karena dia ingin berbicara tentang institusi yang akan dibentuk dalam mengoordinasikan teknologi dan penerbangan.

“Jadi saya bermaksud menemui Pak Harto dalam hal ini saya berbicara atas nama yang saya koordinasikan di bidang penerbangan dan tidak hanya terpapar dari Jerman,” katanya.

Dari pertemuan itu, Habibie mematahkan gagasan bahwa perlu ada lembaga untuk mengatur ekonomi mikro. Jadi, BPPT lahir dan disetujui oleh Soeharto pada waktu itu.

“Jadi kami membuat organisasi secara ilmiah dan pragmatis berdasarkan permintaan pasar, lahir malam itu, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi,” katanya.

Dia menjelaskan perbedaan antara BPPT dan Bapennas. Namun, kedua institusi tersebut bersifat sinergis dan saling melengkapi.

“Saya sampaikan BPPT adalah mikro ekonomi, mikro ekonomi nggak bisa dipisahkan dengan teknologi dan Bapennas adalah makro ekonomi. Jadi saya sampaikan makro ekonomi seperti nge-rem supaya mikro ekonomi itu terarah bangsa Indonesia. Rem, gas, dan supir adalah Presiden RI,” pungkasnya . (zap / ams)–Zunita Putri –

Sumber: detikNews, Kamis 23 Agustus 2018
—————
BJ Habibie Soroti BPPT yang Tak Diikutsertakan Tangani Masalah

Presiden ke-3 RI Bacharuddin Jusuf Habibie menilai Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) selama tahun belakangan ini tidak memiliki peranan penting di pemerintahan Indonesia. Peran BPPT di Indonesia tidak terlihat dalam menyelesaikan suatu masalah.

“Masalahnya, semua informasi selama BPPT bukan anggota kabinet dan diwakili menyatu dengan Kemenristek Dikti (Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi),” kata Habibie saat konferensi pers usai acara peluncuran buku ‘Gelombang Transformasi Teknologi Nasional’ di Kantor BPPT, Jl MH Thamrin, Jakarta Pusat, Kamis (23/8/2018).

Habibie menilai dalam pemerintahan saat ini, BPPT hanya dianggap sebagai cadangan dalam permasalahannya. Dia pun menganggap sistem seperti itu salah, tidak seharusnya BPPT dikesampingkan.

“Dia (BPPT) hanya mendapat second hand permasalahannya, dan untuk penyelesaian masalah dia nggak ikut sertakan dianggap seperti biasa saja, itu salah,” ucap Habibie.

Padahal menurutnya, BPPT seharusnya dijadikan peranan penting dalam pemerintahan, sebab dia menilai BPPT saat ini jauh lebih baik dibandingkan sebelumnya.

“Sudah dijelaskan peran BPPT, kalau saya lihat dari sumber daya manusianya, BPPT maju sekali. Mereka itu baik dibandingkan generasi saya, usianya juga, jadi pemikiran mereka sama, bukan karena Pak Habibie tapi karena perkembangan dirinya,” jelas Habibie.

BPPT tahun ini telah memasuki usia 40 tahun. BPPT berperan sebagai lembaga yang mempunyai kebijakan untuk kerekayasaan, audit teknologi, kliring teknologi, intermediasi teknologi, alih teknologi, dan komersialisasi teknologi.(zap/dnu)–Zunita Putri –

Sumber: detikNews, Kamis 23 Agustus 2018
—————-
Menhub hingga BJ Habibie Hadiri Bedah Buku Lima Windu BPPT

Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi dan presiden ke-3 RI BJ Habibie menghadiri acara bedah buku Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Buku tersebut diluncurkan untuk memperingati 40 tahun BPPT.

Pada acara yang dimulai pada pukul 09.40 WIB di auditorium gedung II BPPT, Jl MH Thamrin, Jakarta Pusat, Kamis (23/8/2018), itu, Budi dan Habibie hadir sebagai narasumber dalam bedah buku ‘Lima Windu BPPT Membangun Negeri, Gelombang Transformasi Teknologi Nasional’, yang diluncurkan BPPT dalam memperingati hari ulang tahun BPPT.

“Memasuki lima windu, BPPT berusaha meningkatkan daya saing bangsa melalui inovasi teknologi serta layanan teknologi dalam upaya bidang pembangunan, BPPT juga akan terus berupaya untuk mendorong penguasaan teknologi, untuk diterapkan seluruh pemangku kepentingan agar kita bisa berlari mengejar bangsa lain, dirgahayu keempat puluh tahun BPPT, terus berinovasi,” ujar Kepala BPPT Unggul Priyanto dalam sambutannya.

Selain Habibie dan Budi, Ketua Sisnas Iptek DPR RI Daryatmo Mardiyanto, mantan Menko Perekonomian Hatta Rajasa, dan juga seluruh jajaran staf BPPT menghadiri bedah buku ini. Buku ini berisi informasi mengenai perjalanan ide berdiri dan dilahirkannya BPPT sebagai lembaga pada 1978 hingga saat ini.

Buku itu juga menjelaskan peran dan tantangan baru BPPT setelah peristiwa politik besar berupa gelombang reformasi 1998 sampai saat ini. Hingga kini acara masih berlangsung dan akan dilanjutkan dengan diskusi bedah buku. Nantinya akan ada pemberian Jurnalistik Award 2018 bagi para pewarta yang telah mengikuti lomba yang diselenggarakan BPPT. (ams/ams)–Zunita Putri –

Sumber: detikNews, Kamis 23 Agustus 2018

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 9 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB