Di antara tumpukan buku bekas yang berdebu, tersimpan banyak ilmu. Tidak heran jika buku bekas tetap punya nilai ekonomi, apalagi jika sudah masuk kategori antik. Harganya bisa jutaan rupiah. Jadi kalau punya buku bekas, jangan dibuang. Lebih baik dijual atau disumbangkan saja.
Minggu (12/5/2018) sore, Hendra mondar-mandir mencari sebuah buku di antara berbagai rak. Tangannya memilah dan mencari tumpukan buku yang dipinta oleh seorang pembeli. “Yang ini bukan mas?” katanya kepada seorang lelaki berkacamata.
DICKY PRASTYA–Hendra di depan toko buku Guru Bangsa di Jalan Tarumanegara, Ciputat, Banten yang ia kelola. Toko itu menyediakan berbagai buku bekas dan buku antik.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Pembeli itu pun lantas melihat-lihat buku yang disodorkan Hendra. Setelah itu ia mencari sendiri tumpukan buku bekas lainnya yang sebagian ditumpuk begitu saja di lantai.
Hendra sudah enam tahun menjaga toko buku bekas bernama Guru Bangsa yang lebih dikenal sebagai toko buku Ucok. Letaknya di Jalan Tarumanegara, Ciputat, Tangerang di sekitar Kampus 2 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Hendra mengatakan, salah satu keuntungan bekerja di toko buku adalah ia bebas membaca buku apa saja. “Yah kita bisa pinterlah,” kata Hendra yang tahun ini berencana melanjutkan kuliah di sebuah PT swasta.
Hendra menceritakan, toko buku itu milik Bang Ucok. Bang Ucok-lah yang setiap hari berburu buku bekas ke penjuru Jakarta untuk dijual kembali. Biasanya buku diperoleh dari para mahasiswa, dosen, mantan pejabat, atau lembaga. “Kami pernah membeli buku bekas sampai mencapai 2,5 ton dari sebuah lembaga. Pernah juga beli buku bekas sampai dua truk,” ujar Hendra.
DICKY PRASTYA–Suasana di toko buku bekas Guru Bangsa di Jalan Tarumanegara, Ciputat, Banten, Minggu (12/5/2018). Pembeli dipersilakan mencari sendiri buku di rak-rak dan tumpukan buku.
Seperti Hendra, Abdurrahman Heriza, mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, berkutat di bisnis buku bekas. “Awalnya bisnis ini untuk menambah modal di kegiatan organisasi. Namun karena tak ada yang mengurus, ya sudah untungnya buat pribadi saja,” ujar Abdurrahman yang memulai bisnis ini dengan modal Rp 10 juta, Rabu (30/5/2018).
Surga buku bekas di Jakarta saat ini ada di lantai bawah Blok M Square. Di situ, berjejer kios-kios kecil buku bekas. Namun, pagi itu sekitar pukul 10.00, Selasa (15/5/2018), baru ada empat toko buku yang buka. Ali (50), salah seorang pemilik toko buku, sedang membersihkan buku dikiosnya. “Jam sepuluh baru buka, kalau tutup sih suka-suka. Kalau saya biasanya setengah delapan malam,” kata Ali.
CHRISTOFORUS RISTIANTO– Suasana di salah satu toko buku bekas di Blok M Square, Selasa (15/5/2018).
Ia menjual aneka buku kuliah, buku sejarah, buku politik, majalah, sampai komik. Ia mengaku buku-buku bekas itu ia peroleh dari pemasok. Sebagian lagi adalah buku bekas yang dihibahkan dari orang yang pindahan rumah. “Ada juga orang yang datang ke saya menawarkan buku-bukunya di rumah yang terlalu banyak. Jadi mereka jual ke saya.”
Buku antik
Toko-toko yang menyediakan buku bekas berharga murah menjadi tempat menarik bagi mahasiswa dan kutu buku. Rifqy Aziz, mahasiswa UIN Jakarta, mengaku belanja buku bekas sejak Maret 2016 lalu. “Awalnya saya senang dengan novel dan buku bergenre humaniora. Namun belakangan saya juga turut membeli majalah Prisma edisi 90-an di Lembaga Penelitian, Pendidikan, dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES),” ungkapnya.
Erika Wijaya, mahasiswi jurusan Hukum Universitas Gadjah Mada, juga menjadikan lapak-lapak buku bekas sebagai arena berburu buku. Setiap pulang ke Jakarta, ia menyempatkan diri mampir ke Blok M untuk mencari buku. Menurut dia buku-buku di Blok M harganya miring. “Buku-buku hukum itu mahal, dan gue nyari banyak ketika pulang ke rumah,” kata Erika.
Ia menjelaskan rentang harga buku-buku bekas yang ia beli antara Rp 100.000-Rp 500.000. “Buku barunya mahal, mulai dari 1 hingga 3 juta,” ujarnya. Erika juga tidak pernah mempermasalahkan kualitas buku yang dibeli. Yang penting halamannya lengkap.
Di toko buku bekas, harga buku seolah tidak ada patokannya. Di toko buku Guru Bangsa di Ciputat, rata-rata buku politik antara Rp 25.000-Rp 35.000 dengan kondisi masih bagus dan minim coretan. Tapi ada buku-buku yang sudah lusuh dan ujungnya dimakan rayap harganya bisa ratusan ribu hingga jutaan. Nah, buku seperti itu biasanya buka antik.
Suatu sore, Ucok si pemilik toko buku Guru Bangsa menawarkan setumpuk arsip surat-surat pribadi milik seorang tokoh nasional yang sudah meninggal. “Ini mau saya lepas Rp 5 juta. Tapi belum ada yang mau,” katanya. (*/**/BSW)–BUDI SUWARNA
Sumber: Kompas, 6 Juli 2018